KARYA
TULIS ILMIAH
ASUHAN
KEPERAWATAN KELUARGA TN.N KHUSUSNYA NY.N DENGAN HIPERTENSI DI RT 01 RW 06
KELURAHAN JATIKARYA KECAMATAN JATISAMPURNA KOTA BEKASI
TAHUN
2016
OLEH
:
JONI
NIM.
18131027
AKADEMI
KEPERAWATAN ANTARIKSA JAKARTA
2016
LEMBAR
PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah
dengan judul “Asuhan Keperawatan
keluarga Tn. N Khususnya Ny. N Dengan Hipertensi Di RT 01 RW 06 Kelurahan
Jatikarya Kecamatan Jatisampurna Kota Bekasi” telah diterima dan disetujui
untuk diujikan pada ujian sidang dihadapan Tim Penguji.
Jakarta,
06 Agustus 2016
Pembimbing
Akademik
Maman
Setiaman,SKM
Mengetahui,
Direktur
Akper Antariksa Jakarta
Drs.H.Daryo,SKM.,M.Kes
LEMBAR
PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah dari
Nama : Joni
NIM : 18131027
Juduk
KTI :Asuhan Keperawatan Keluarga
Tn.N Khususnya Ny. N Dengan Hipertensi
Di RT 01 RW 06 Kelurahan Jatikarya Kecamatan Jatisampurna Kota Bekasi
Tela dipertahankan dihadapan Penguji dalam Sidang
Karya Tulis Ilmiah Akademi Keperawatan Antariksa Jakarta.
Hari, tanggal :
Sabtu, 06 Agustus 2016
Bertempat di :
Akademi Keperawatan Antariksa Jakarta
Dan dinnyatakan dapat
diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya
Keperawatan (A.Md.Kep), di Akademi Keperawatan Antariksa Jakarta.
Penguji
I
Maman
Setiaman.SKM
Penguji
II
Asep
Saepuloh.SKM.,M.Kes
KARYA
TULIS ILMIAH
ASUHAN
KEPERAWATAN KELUARGA TN.N KHUSUSNYA NY.N DENGAN HIPERTENSI DI RT 01 RW 06
KELURAHAN JATIKARYA KECAMATAN JATISAMPURNA KOTA BEKASI
TAHUN
2016
Karya Tulis ini diajukan sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan
OLEH
:
JONI
NIM.
18131027
AKADEMI
KEPERAWATAN ANTARIKSA JAKARTA
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Sejalan
dengan kemajuan jaman, peningkatan pengetahuan fasilitas pengobatan yang
semakin baik, dan alat yang digunakan semakin canggih, begitu pula makanan
cepat sajipun mudah didapat, tetapi makanan cepat saji dapat menimbulkan
masalah kesehatan khususnya hipertensi.
Hipertensi
disebut juga “the sillent disaese”
hipertensi dapat menimbulkan kematian tanpa menunjukan tanda-tanda yang dapat
dilihat dari luar, oleh karena itu salah satu cara mendeteksi yaitu dengan memeriksakan
diri secara teratur.
Di
Amerika, menurut National Health And
Nutrition Examination Survey (NHNESII): paling sedikit 30 % pasien
hipertensi tidak menyadari kondisi mereka, dan hanya 31 % pasien yang diobati
mencapai target tekanan darah yang diinginkan dibawah 140/90 mmHg. Penelitian
di Amerika Hypertension Association
(2006) di temukan hanya 68 % penderita hipertensi tahu bahwa mereka menderita
penyakit tersebut, sisanya mengatakan sama sekali tidak tahu.
Di
Indonesia, dengan tingkat kesadaran akan
kesehatan yang lebih rendah, jumlah pasien yang tidak menyadari bahwa dirinya
menderita hipertensi dan tidak mematuhi minum obat kemungkinan lebih besar.
Kecenderungan perubahan tersebut dapat disebutkan meningkatnya ilmu kesehatan
dan pengobatan, serta perubahan sosial ekonomi dalam masyarakat Indonesia yang
berdampak pada budaya dan gaya hidup masyarakat. Dalam lingkup penyakit
kardiovaskuler, hipertensi memduduki peringkat pertama dengan penderita
terbanyak. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat pada tahun 2012 setidaknya jumlah 839 juta kasus
hipertensi, diperkirakan menjadi 1.15 milyar pada tahun 2025 atau sekitar 29 %
dari total penduduk dunia, dimana penderitanya lebih banyak wanita (30%)
dibanding pria (29%). Sekitar 80% kenaikan kasus hipertensi terjadi terutama di
Negara-negara berkembang. Prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 31,7%
dari populasi usia 18 tahun ke atas. Dari jumlah itu, 60% penderita hipertensi
mengalami penyakit jantung, gagal ginjal, dan kebutaan. Hipertensi sebagai penyebab
kematian ke-3 setelah stroke dan tuberculosis, jumlahnya mencapai 6,8% dari
populasi penyebab kematian pada semua umur di Indonesia (Riskesdas, 2010).
Hasil
Rikesdas (2013) kecenderungan prevalensi hipertensi mengalami kenaikan dari
7,6% tahun 2007 menjadi 9,5% pada tahun 2013. Prevalensi hipertensi pada
penduduk umur 18 tahun ke atas di Indonesia adalah sebesar 25,8%. Prevalensi
hipertensi tertinggi di Bangka Belitung (30,9%), diikuti Kalimantan Selatan
(26,7%), dan terendah di Papua Barat (16,8%). Jawa Barat (29,4%), Gorontalo
(29%), Kalimantan Barat (28,3%), Sulawesi Selatan (28,1%), Sulawesi Utara
(27,1%), Kalimantan Tengah (26,7%) merupakan provinsi yang mempunyai prevelensi
hipertensi lebih tinggi dari angka Nasional, yaitu 25,8% (Kemenkes RI, 2013).
Hipertensi
merupakan penyakit yang makin banyak dijumpai di Indonesia terutama di
kota-kota besar. Hipertensi merupakan faktor resiko langsung terhadap timbulnya
infrak miokard. Hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistol yang tergantung
umur individu yang terkena. Tekanan darah berfluktuasi dalam batas-batas
tertentu tergantung posisi tubuh, umur, dan tingkat stres yang dialami. Dari
hasil pendataan ditemukan penderita hipertensi masih cukup tinggi dan bahkan
cenderung meningkat seiring dengan gaya hidup yang kurang bersih dan sehat,
mahalnya biaya pengobatan hipertensi disertai kurangnya sarana dan prasarana
penanggulangan hipertensi dapat menyebabkan kematian. Masalah hipertensi
merupakan masalah yang harus segera diatasi karena bila hipertensi tidak
diatasi dapat menyebabkan beberapa komplikasi yang ditimbulkan dari hipertensi
maka diperlukan beberapa penanganan dengan segera oleh tenaga kesehatan terutama
perawat.
Peran
dan aspek dalam perawat yang dapat dilakukan antara lain ialah peran promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitative. Tindakan yang dapat dilakukan oleh
perawat dalam upaya promotif ialah memberikan penyuluhan tentang hipertensi yang
bertujuan untuk menambah pengetahuan keluarga tentang penyakit hiprtensi antara
lain menjelaskan tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala, pencegahan
serta perawatan pada penderita hipertensi. Sedangkan tindakan yang dapat
dilakukan oleh perawat dalam upaya preventif ialah menganjurkan kepada keluarga
untuk dapat menghindari atau mengkomsumsi makanan-makanan yang dapat
meningkatkan hipertensi serta menganjurkan keluarga untuk mengontrol tekanan
darah secara rutin. Adapun upaya yang dapat dilakukan untuk tindakan kuratif
yaitu dengan cara berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat yang dapat
menurunkan tekanan darah serta dapat menganjurkan kepada keluarga untuk
mengkomsumsi obat-obat tradisional. Sedangkan upaya yang dapat dilakukan oleh
perawat untuk upaya rehabilitative ialah dengan menganjurkan kepada keluarga
untuk mengikuti kegiatan seperti fisioterapi untuk pemulihan keadaan pasien
yang terkena komplikasi hipertensi seperti stroke.
Dari
hasil mahasiswa/i Akper Antariksa Jakarta khusunya di kelurahan Jatikarya
Kecamatan Jatisampurna di RW 06 dari 203 KK yang masih menderita hipertensi
berjumlah 25 (12 %) KK. Dengan melakukan kunjungan rumah pada keluarga Tn.N
khususnya Ny.N didapatkan hasil pemeriksaan fisik tekanan darah 140/120 mmHg
dan keluarga mengatakan mempunyai keturunan riwayat hipertensi dari ayahnya
yang sekarang sudah meninggal.
Dari
hal tersebut diatas maka penulis tertarik untuk mengambil kasus Asuhan
Keperawatan Keluarga Tn.N khususnya Ny. N dengan hipertensi di RT 01 RW 06 Kelurahan
Jatikarya, Kecamatan Jatisampurna, Kota Bekasi.
B. Tujuan
penulis
1. Tujuan
umum
Penulis ingin
memperoleh pengalaman nyata dalam memberikan asuhan keperawatan dalam merawat
keluarga dengan masalah hipertensi dengan menggunakan proses keperawatan.
2. Tujuan
khusus
Penulis mampu untuk:
a. Melakukan
pengkajian langsung pada keluarga dengan anggota keluarga yang mengalami
hipertensi di keluarga Tn.N khususnya Ny.N.
b. Menganalisa
data untuk menentukan diagnosa keperawatan pada keluarga dengan hipertensi di
keluarga Tn.N khususnya Ny.N.
c. Merumuskan
diagnosa tindakan keperawatan keluarga di keluarga Tn.N khususnya Ny.N.
d. Melaksanakan
tindakan keperawatan kepada keluarga di keluarga Tn.N khususnya Ny.N.
e. Melakukan
evaluasi pada keluarga dengan hipertensi di keluarga Tn.N khususnya Ny.N.
f. Mengidentifikasi
kesenjangan yang terdapat antara teori dan kasus.
g. Mengidentifikasi
faktor-faktor pendukung, penghambat serta dapat mencari solusinya.
h. Mendokumentasikan
semua kegiatan keperawatan dalam bentuk narasi.
C. Ruang
lingkup
Dalam
penyusunan makalah ini penulis membahas tentang pemberian asuhan keperawatan
keluarga Tn.N khususnya Ny.N dengan hipetensi di RT 01 Rw 06 Kelurahan
Jatikarya, Kecamatan Jatisampurna, Kota Bekasi. Dilaksanakan pada tanggal 30
Mei 2016.
D. Metode
penulisan
Dalam
penulisan makalah ini penulis menggunakan metode :
1. Metode
deskriptif
Yaitu dengan
menggunakan pendekatan studi kasus dimana penulis mengambil satu kasus dan
diberikan asuhan keperawatan dalam pengumpulan data metode yang penulis gunakan
adalah wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik.
2. Metode
studi kepustakaan
Yaitu dengan
mempelajari buku-buku, makalah dan catatan kuliah yang berhubungan dengan judul
yang diambil.
E. Sistematika
penulisan
Sistematika
penulisan ini terdiri dari lima bab sebagai berikut: bab I pendahuluan yang
terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup, metode penulisan,
sitematika penulisan. Bab II tinjauan teori yang terdiri dari: konsep dasar
hipertens : pengertian, etiologi, tanda dan gejala, patofisiologi,
penatalaksanaan medis, konsep dasar keluarga, dan keperawatan keluarga. Bab III
tinjauan kasus yang terdiri dari: pengkajian, diagnosa keperawatan, penampisan
masalah, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Bab IV pembahasan yang terdiri
dari: pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi.
Bab V penutup yang teridiri dari kesimpulan dan saran. Daftar pustaka, serta
daftar lampiran.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A.
Konsep penyakit
1. Definisi
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang bersifat
abnormal dan diukur paling tidak pada tiga kesempatan yang berbeda. Secara
umum, seseorang dianggap mengalami hipertensi apabila tekanan daranya lebih tinggi
dari 140/90 mmHg (Muhamad Ardiansyah, 2012 hal 53).
Hipertensi juga sering
diartikan sebagai suatu keadaan di mana tekanan darah sistolik lebih dari 120
mmHg dan tekanan diatolik lebih dari 80 mmHg (Muhamad Ardiansyah, 2012 hal 53).
Hipertensi adalah
tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekakan darah diastolik lebih
dari 90 mmHg, atau bila pasien memakai obat antihipertensi (Arief Mansjoer.Dkk,2009
hal 518).
Hipertensi adalah
kenaikan tekanan darah dimana tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg dan atau
diastolik lebih dari 90 mmHg (Sarif La Ode, 2012 hal 242).
Hipertensi adalah
tekanan di dalam pembuluh darah melebihi 140 mmHg (sistol) dan 90 mmHg
(diastol) pada lebih dari satu kejadian akibat penyakit promer atau penyebab
yang tidak diketahui (Dwi Prambantini, Dkk, 2014 hal 38).
Hipertensi adalah
masalah umum dan berhubungan dengan meningkatnya resiko serangan jantung dan
stroke. Sangat penting untuk memperhatikan tekanan darah tinggi dan harus
dikendalikan dengan baik dan diawasi secara teratur. Tekanan darah tinggi
paling umum terjadi pada usia pertengahan atau lebih sering pada orang yang
berlebihan berat badan (Dr. Sandra Cabot, 2005 hal 45).
Tekanan darah dikatakan
normal pada angka 120/80 mmHg. Tekanan darah antara 120/80 mmHg dan 139/89 mmHg
disebut pre-hipertensi. Lebih dari 140/90 mmHg sudah tergolong hipertensi.
Dengan menggunakan alat yang bernama tensimeter, dapat diketahui seberapa tinggi
atau rendahnya tekanan darah. Angka sistolik menunjukan tekanan dalam pembuluh
darah saat jantung berkontraksi dan memompa darah menuju arteri. Angka
diastolik menunjukan tekanan dalam pembuluh darah saat jantung beristirahat
(dr.H.Tubagus Erwin Kusuma, 2013 hal 17).
Dikatakan menderita
tekanan darah tinggi katagori ringan apabila tekakan diastoliknya antara 90 dan
104 mmHg. Katagori sedang antara 105 dan 114 mmHg dan dikatakan menderita
tekanan darah tinggi berat jika tekanan diastoliknya mencapai 115 mmHg atau
lebih (Elizabet Tara,MD dan Eddy Soetrisno, hal 11).
2. Klasifikasi
Klasifikasi hipertensi
pada pasien berusia >18 tahun oleh The Joint National Committee on Detectio,
Evaluation, and Treatment of Higt Blood Pressure (1998) adalah sebagai berikut.
Kategori
|
TTD
(mmHg)
|
TDS
(mmHg)
|
Normal
|
<
85
|
<
130
|
Normal
tinggi
|
85
– 89
|
130
– 139
|
Hipertensi
|
|
|
Tinggi
1 (ringan)
|
90
– 99
|
140
– 159
|
Tinggi
2 (sedang)
|
100
-109
|
140
– 179
|
Tinggi
3 (berat)
|
110
- 119
|
180
– 210
|
Tinggi
4 (sangat berat)
|
>
120
|
>
210
|
Keterangan :
TDD : tekanan darah
diastolik
TDS : tekanan darah
sistolik
(Muhamad
ardiansyah,2012 hal 62-63)
Perhimpunan Nefrologi
Indonesia (Pernefri) memilih masifikasi sesuai WHO/ISH karena sederhana dan
memenuhi kebutuhan, tidak bertentangan dengan strategi terapi, tidak meragukan
karena memiliki sebaran luas dan tidak rumit, serta terdapat pula unsur sitolik
yang juga penting dalam penentuan sebagai berikut.
Klasifikasi
|
Sistolik
(mmHg)
|
Diatolik
(mmHg)
|
Pormotensi
|
<
140
|
<
90
|
Hipertensi
ringan
|
140
– 180
|
90
– 105
|
Hipertensi
perbatasan
|
140
– 160
|
90
- 95
|
Hipertensi sedang dan
berat
|
>180
|
> 105
|
Hipertensi
sistolik terisolasi
|
>140
|
<
90
|
Hipertensi
sistolik perbatasan
|
140
– 160
|
<
90
|
Hipertensi sistolik
terisolasi adalah hipertensi dengan tekanan sistolik sama atau lebih dari 160
mmHg, tetapi tekanan diastolik kurang dari 90 mmHg. Keadaan ini berbahaya dan
memiliki peranan sama dengan hipertensi diastolik (Arief mansjoer.Dkk,2009 hal
519).
Klasifikasi pengukuran
tekanan darah bedasarkan The Sixth Riport of the Joint National Committe on
Prevention, Detection, Evaluation, and Treadment of High Blood pressuare, 1997.
Kategori
|
Sistolik
(mmHg)
|
Diastolik
(mmHg)
|
Rekomendasi
|
Normal
|
<
130
|
<
85
|
Periksa
ulang dalam 2 tahun
|
Perbatasan
|
130
- 139
|
85
- 89
|
Periksa
ulang dalam 1 tahun
|
Hipertensi
tingkat 1
|
140
- 159
|
90
-99
|
Konfirmasi
dalam 1 atau 2 bulan anjurkan modifikasi gaya hidup
|
Hipertensi
tingkat 2
|
160
- 179
|
100
- 109
|
Evaluasi
atau rujuk dalam 1 bulan
|
Hipertensi tingkat 3
|
>180
|
>110
|
Evaluasi
atau rujuk segera dalam 1 minggu bedasarkan kondisi klinis
|
Catatan :
Pasien tidak sedang
sakit atau minum obat antihipertensi jika tekanan sistolik dan diastolik berada
dalam kategori yang berbeda, masukan dalam kategori yang lebih tinggi (Arief
mansjoer.Dkk,2009 hal 519).
3. Anatomi
Fisiologi
Jantung merupakan organ
berotot dengan empat ruang yang terletak di rongga dada, di bawah pelindung
tulang iga, sedikit ke sebelah kiri sternum. Jantung terdapat di dalam sebuah
kantung longgar berisi cairan yang disebut perikardium. Keempat ruang jantung
tersebut adalah atrium kiri dan kanan serta ventrikel kiri dan kanan. Sisi kiri
jantung memompa darah ke seluruh sel tubuh, kecuali sel-sel yang berperan dalam
pertukaran gas di paru-paru (sirkulasi sitemik). Sisi kanan jantung memompa
darah ke paru-paru untuk mendapat oksigen (sirkulasi paru atau pulmoner).
a. Sirkulasi
sitemik
Darah masuk ke atrium
kiri dan vena pulmonaris. Darah di atrium kiri kemudian mengalir ke dalam
ventrikel kiri melalui katup atrio ventrikel (AV), yang terletak di sambungan
attrium dan ventrikel (katup mitralis). Semua katup jantung membuka ketika
tekanan dalam ruang jantung atau pembuluh darah yang berada di atas melebihi
tekanan di dalam ruang atau pembuluh yang ada di bawah.
Aliran darah keluar
dari ventrikel kiri menuju sebuah arteri besar berotot, yang disebut aorta.
Darah mengalir dari ventrikel ke aorta melalui katup aorta. Darah di aorta
kemudian disalurkan ke seluruh sirkulasi sistemik, yakni melalui arteri,
arterior, dan kapiler yang kemudian menyatu kembali untuk membentuk vena-vena.
Vena-vena dari bagian bawah tubuh mengembalikan darah ke vena terbesar, yakni
vena kava inferior. Vena dari bagian atas tubuh mengembalikan darah ke vena
kava superior, yakni ke dua vena kava yang bermuara di atrium kanan.
b. Sirkulasi
paru-paru
Darah di atrium kanan
mengalir ke ventrikel kanan melalui katup AV lainnya, yang disebut katup
semilunaris (trikuspidalis). Darah keluar dari ventrikel kanan dan mengalir
melewati katub ke-4, katup vulmonaris, dan ke dalam arteri pulmonaris. Atreri
pulmonaris ini bercabang-cabang lagi menjadi arteri pulmonaris kanan dan kiri,
yang masing-masing mengalir melalui sebelah kanan dan kiri. Di paru-paru,
arteri-arteri pulmonaris ini bercabang-cabang lagi menjadi banyak cabang
arterior dan kemudian kapiler.
Setiap kapiler memberi
perfusi pada saluran pernapasan, melalui sebuah alveolus. Semua kapiler menyatu
kembali untuk menjadi venula dan venula menjadi vena. Vena-vena ini kemudian
menyatu untuk membentuk vena pulmonaris yang besar. Darah mengalir dalam vena
pulmonaris, kembali ke atrium kiri untuk menyelesaikan sirkulasi aliran darah jantung
(Muhamad Ardiansyah, 2012 hal 57-58).
4. Etiologi
a. Hipertensi
primer
Hipertensi primer
adalah hipertensi esensial atau hipertensi yang 90 % tidak diketahui
penyebabnya. Beberapa faktor yang diduga berkaitan dengan berkembangnya
hipertensi esensial di antaranya:
1) Genetik,
individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi, beresiko lebih
tinggi untuk mendapatkan penyakit ini ketimbang mereka yang tidak.
2) Jenis
kelamin dan usia, laki-laki berusia 35-50 tahun dan wanita pascamenopause
beresiko tinggi untuk mengalami hipertensi.
3) Diet,
komsumsi diet tinggi garam atau kandungan lemak, secara langsung berkaitan
dengan berkembangnya penyakit hipertensi.
4) Berat
badan atau obesitas, 25 %lebih berat badan di atas berat badan ideal juga
sering dikaitkan dengan berkembangnya hipertensi.
5) Gaya
hidup merokok dan komsumsi alkohol dapat meningkatkan tekanan darah (bila gaya
hidup yang tidak sehat tetap diterapkan).
b. Hipertensi
sekunder
Hipertensi sekunder
adalah jenis hipertensi yang penyebabnya diketahui. Beberapa gejala atau
penyakit yang menyebabkan hipertensi jenis ini antara lain:
1) Coarctation
aorta, yaitu penyempitan aorta congenital yang mungkin terjadi pada beberapa
tingkat aorta torasik atau aorta abdominal. Penyempitan ini menghambat aliran
darah melalui lengkung aorta dan mengakibatkan peningkatan tekanana darah di
atas area konstriksi.
2) Penyakit
prenkhim dan vaskular ginjal. Penyakit ini merupakan penyebab utama hipertensi
sekunder. Hiperteni renovaskular berhubungan dengan penyempitan satu atau lebih
arteri besar, yang secara langsung membawa darah ke ginjal. Sekitar 90 % lesi
arteri renal pada pasien dengan hipertensi disebebkan oleh aterosklerosis atau
fibrous dysplasma (pertumbuhan abnormal jaringan fibrous). Penyakit prenkhim
ginjal terkait dengan infeksi, inflamasi, serta perubahan struktur serta fungsi
ginjal.
3) Penggunaan
kontrasepsi hormonal (estrogen). Oral kontrasepsi yang berisi estrogen dapat
menyebabkan hipertensi melalui mekanisme renin-aldosteron-mediate volume
expansion. Dengan penghentian normal setelah beberapa bulan.
4) Gangguan
endokrin. Disfungsi medulla adresnal atau korteks adrenal dapat menyebabkan
hipertensi sekunder. Adrenal-mediate hypertension disebabkan kelebihan primer
aldosteron, kontrisol, dan katekolamin. Pada aldosteron primer, kelebihan
aldosteron menyebabkan hipertensi dan hipokalemi. Aldosteronisme primer
biasanya timbul dari abdomen korteks adrenal yang benign (jinak). Pheochromocytomas
pada medulla adrenal yang paling umum dan meningkatkan sekresi katekolamin yang
berlebihan. Pada sindrom cushing, terjadi kelebihan gluukokortrikoid yang
diekskresi dari korteks adrenal. Sindrom cushing mungkin desebabkan oleh
hiperplasi adrenokortikal atau adenoma adrenokortikal.
5) Kegemukan
(obesitas) dan gaya hidup yang tidak aktif (malas berolahraga).
6) Stres,
yang cenderung menyebabkan kenaikan tekanan darah untuk sementara waktu. Jika
stres telah berlalu, maka tekanan darah biasanya akan kembali normal.
7) Kehamilan
8) Luka
bakar
9) Peningkatan
volume intravascular
10) Merokok.
Nikotin dalam rokok dapat merangsang pelepasan katekolamin ini mengakibatkan
iritabilitas miokardium, peningkatan denyut jantung, serta menyebabkan
vasokonrtiksi yang kemudian meningkatkan tekanan darah (Muhamad Ardiansyah,
2012 hal 59-62).
5. Patofisiologi
Tekanan arteri sistemik
adalah hasil dari perkalian cardiac
output dengan total tahanan perifer. Cardiac
output (curah jantung) dipeloleh dari perkalian antara stroke volume (volume darah yang dipompa dari ventrikel jantung)
dengan beart rate (denyut jantung).
Pengaturan tahanan perifer dipertahankan oleh sitem saraf otonom dan sirkulasi
hormon. Empat sistem kontrol yang berperan dalam mempertahankan tekanan darah,
anatra lain sistem baroreseptor arteri, pengaturan volume cairan tubuh, sitem
renin angiotensin, dan autoregulasi vaskuler.
Baroreseptor arteri
terutama ditemukan di sinus carotid, tapi
sering dijumpai juga dalam aorta dan dinding ventrikel kiri. Baroreseptor ini
memonitor derajat tekanan arteri. Sistem baroreseptor meniadakan peningkatan
tekanan arteri melalui mekanisme perlambatan jantung oleh respon vegal
(stimulasi parasimpatis) dan vasodilatasi dengan penurunan tonus simpatis.
Oleh karena itu,
refleks kontrol sirkulasi meningkatkan tekanan arteri sitemik bila tekanan
baroseseptor turun dan menurun tekanan arteri sitemik bila tekanan baroreseptor
meningkat. Sampai saat ini, belum diketahui secara pasti mengapa kontrol ini
gagal pada hipertensi. Hal ini ditujukan untuk menaikan re-serting sensitivitas baroreseptor, sehingga tekanan meningkat
secara tidak adekuat, sekalipun tidak ada penurunan tekanan.
Penurunan volume cairan
mempengaruhi tekanan arteri sitemik. Bila tubuh mengalami kelebihan garam dan
air, tekanan darah dapat meningkat melalui mekanisme fisiologi kompleks yang
mengubah aliran balik vena ke jantung dan mengakibatkan peningkatan curah
jantung. Bila ginjal berfungsi secara adekuat, peningkatan tekanan arteri dapat
mengakibatkan dieresis dan penurunan tekanan darah. Kondisi patologis yang
mengubah ambang tekanan pada ginjal dalam mengekskresikan garam dan air ini
akan meningkatkan tekanan arteri sitemik.
Renin dan agiotension
memegang peranan dalam mengatur tekanan darah. Ginjal memproduksi renin, yaitu
suatu enzim yang bertindak pada subtrat protein plasma untuk memisahkan
angiotensin I, yang kemudian diubah oleh enzim pengubah (comperting enzyme) dalam paru menjadi bentuk angiotensin II, dan
kemudian menjadi angiotensin III. Angiotensin II dan III mempunyai aksi vasokontriktor
yang kuat pada pembuluh darah dan merupakan mekanisme kontrol terhadap
pelepasan aldosteron.
Aldosteron sendiri
memiliki peran vital dalam hipertensi terutama pada aldosteron primer. Selain
membantu meningkatkan aktivitas sistem saraf simpatis, angiotensin II dan III
juga mempunyai efek inhibiting atau
penghambat pada ekskresi garam (natrium) yang mengakibatkan peningkatan tekanan
darah.
Sekresi renin yang
tidak tepat diduga sebagai penyebab meningkatnya tahanan perifer vascular pada
hipertensi esensial. Pada tekanan darah tinggi, kadar renin harus diturunkan
karena peningkatan tekanan arteriolar renal mungkin menghambat sekresi renin.
Namun demikian, sebagian besar orang dengan hipertensi esensial mempunyai kadar
renin normal.
Peningkatan tekanan
darah secara terus-menerus pada pasien hipertensi esensial kan mengakibatkan
kerusakan pembuluh darah pada organ-organ vital. Hipertensi esensial juga
mengakibatkan hyperplasia medial (penebalan
arterior-arteriola). Karena pembuluh darah menebal,maka ferpusi jaringan
menurun dan mengakibatkan kerusakan organ tubuh. Hal ini menyebabkan imfark miokard,
stroke, gagal jantung, dan gagal ginjal.
Autoregulasi vascular
merupakan mekanisme lain yang terlibat dalam hipertensi. Autoregulasi vascular
ini adalah suatu proses untuk mempertahankan perfusi jaringan dalam tubuh yang
relatif konstan. Jika aliran berubah, proses-proses autoregulasi akan
menurunkan tahanan vascular dan mengakibatkan pengurangan aliran. Jika terjadi
yang sebaliknya, akibat dari peningkatan aliran. Autoregulasi vascular
menimbulkan gejala hipertensi berkaitan dengan menimbulkan gejala hipertensi
berkaitan dengan kelebihan asupan garam dan air.
6. Manifestasi
klinis
Sebagian manisfestasi
klinis timbul setelah penderita mengalami hipertensi selama bertahun-tahun.
Gejala berupa :
a. Nyeri
kepala, terkadang disertai mual dan muntah akibat peningkatan tekanan darah
interaknium.
b. Penglihatan
kabur karena terjadi kerusakan pada retina sebagian dampak dari hipertensi.
c. Ayunan
lahkah yang tidak mantap karena terjadi kerusakan susunan saraf pusat.
d. Noktria
(sering berkemih di malam hari) karena adanya peningkatan aliran darah ginjal
dan filtrasi glomelurus.
e. Edema
dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler.
Pada
kasus hipertensi berat, gejala yang dialami pasien antara lain sakit kepala
(rasa berat di tengkuk),kelelahan, muntah-muntah, keringat berlebihan, tremor
otot, nyeri dada, pandangan kabur atau ganda, tinnitus (telinga berdengung),
serta kesulitan tidur.
Pada
gejala tersebut masing-masing individu tidak sama. Akan tetapi gejala khas yang
pasti adalah sakit kepala. Sakit kepala yang dirasakan ada pada sekitar tengkuk
dan muncul di pagi hari kemudian menghilang dengan seiring tingginya matahari.
Selain itu pula, sakit kepala dapat dirasakan dengan rasa pusing yang tidak
berdenyut, tetapi rasa berat dan tegang. Apabila seseorang sudah merasakan satu
atau lebih dari gejala tersebut, maka berpeluang untuk menghindari hipertensi.
Oleh karena itu, di anjurkan untuk memeriksakan tekanan darah meski tidak
merasakan gejala-gejala tersebut, terlebih sudah mengalami atau merasakan
gejala tersebut (Muhamad Ardiansyah, 2012 hal 66-67).
7. Komplikasi
Tekanan darah tinggi
tidak diobati dan ditangggulangi, maka dalam jangka panjang akan menyebabkan
kerusakan arteri di dalam tubuh sampai organ yang mendapat suplai darah dari
arteri tersebut. Komplikasi dapat terjadi pada organ-organ sebagai berikut:
(Muhamad Ardiansyah, 2012 hal 69-71).
a. Stroke
Stroke dapat timbul
akibat pendarahan karena tekanan tinggi di otak atau akibat embolus yang
terlepas dari pembuluh nonotak. Sroke dapat terjadi pada hipertensi kronis
apabila arteri-erteri yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan menebal,
sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang diperdarahinya menjadi berkurang.
Arteri-arteri otak yang mengalami arterosklerosis dapat melemah, sehingga meningkatkan
kemungkinan terbentuknya aneurisma.
b. Infrak
miokardium
Dapat juga terjadi infrak miokardium apabila arteri koroner
yang mengalami arterosklerotik tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke
miokardium atau apabila terbentuk thrombus yang dapat menghambat aliran darah
melalui pembuluh tersebut. Karena terjadi hipertensi kronik dan hipertrofi
ventrikel, maka kebutuhan oksigen miokardium tidak dapat dipenuhi dan dapat
terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infrak. Demikian juga, hipertrofi
ventrikel dapat menimbulkan perubahan-perubahan waktu hantaran listrik saat
melintasi ventrikel, sehingga terjadi distritmia, hipoksia jantung, dan
peningkatan resiko pembentukan bekuan darah.
c. Gagal
ginjal
Dapat terjadi gagal
ginjal karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada kapiler-kapiler
glomelurus, darah akan mengalir ke unit-unit fungsional ginjal, neuron akan
akan terganggu, dan dapat berlanjut menjadi hipoksia dan kematian. Dengan
rusaknya membran glomerulus, protein akan keluar melalui urine, sehinga tekanan
osmotic koloid plasma berkurang. Hal
ini menyebabkan edema yang sering dijumpai pada hipertensi kronik.
d. Ensefalopati
Ensefalopati (kerusakan
otak) dapat terjadi terutama pada hipertensi maligna (hipertensi yang meningkat
cepat). Tekanan yang sangat tinggi akibat kelainan ini menyebabkan peningkatan
tekanan kapiler dan mendorong cairan ke dalam ruang intertisium di seluruh
susunan saraf pusat. Akibatnya, neuron-neuron di sekitarnya menjadi kolaps dan
terjadi koma serta kematian. Bayi yang lahir mungkin memiliki berat lahir
rendah akibat perfusi plasenta yang tidak memadai. Bayi juga dapat mengalami
hipoksia dan asidosis apabila ibu mengalami kejang selama atau sebelum proses
persalinan.
8. Pemeriksaan
diaknostik
a. Hemoglobin
atau hematokrit, bukan pemeriksaan diagnostik tetapi mengkaji hubungan sel-sel
terhadap volume cairan (viskositas) dan mengindikasikan faktor-faktor rsiko, seperti
hyperkoagubalitas dan anemia.
b. BUN
atau kreainin, memberikan informasi tentang perfusi atau fungsi ginjal.
c. Glukosa,
hiperglikemia (diabetes militus adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan
oleh peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan hipertensi).
d. Kalium
serum, hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron utama (penyebab)
atau menjadi efek samping terapi deauretik.
e. Kalsium
serum, peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan hipertensi.
f. Kolesterol
dan trigeliserida serum peningkatan kadar dapat mengindikasikan adanya
pembentukan plak ateromatosa (evek kardiovaskuler).
g. Pemeriksaan
tiroid, hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokontriksi dan hipertensi.
h. Kadar
aldoteron serum, tes ini digunakan untuk mengkaji aldosteronisme primer (penyebab).
i.
Urinalisa, darah, protein, glukosa
mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau adanya diabetes.
j.
CT-scan, mengkaji tumor selebral, CSV,
esenfalopati, atau feokromositoma.
k. EKG,
dapat menunjukan pembesaran jantung, pola regangan, dan gangguan konduksi. Catatan
luas dan peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung
hipertensi.
l.
Foto dada, dapat menunjukan obstruksi
klasifikasi pada area katup, deposit pada atau takik aorta, serta pembesaran
jantung.
(Muhamad Ardiansyah,
2012 hal 78-80).
9. Penatalaksanaan
medis
Pengobatan hipertensi
adalah pengobatan jangka panjang bukan sepanjang kehidupan, oleh karena itu
diperlukan ketaatan bagi penderita hipertensi untuk menjalankan pengobatan
dengan baik, usaha pengobatan tidak hanya menurunkan tekanan darah saja, akan
tetapi untuk mempertahankan status kesehatan penderita.
Penanggulangan
hipertensi secara garis besar dibagi menjadi 2 jenis penatalasanaan yaitu:
a. Penatalaksanaan
farmakologi
1) Hidroklorotiazid
(HTC) 12,5 – 25 mg per hari dengan dosis tunggal pada pagi hari (pada
hipertensi dalam kehamilan, hanya digunakan bila disertai hemokonsentrasi atau
udem paru).
2) Reseprin
0,1 – 0,25 mg sehari sebagai dosis tunggal.
3) Propanolol
mulai dari 10 mg dua kali sehari yang dapat dinaikkan 20 mg dua kali sehari
(kontraindikasi untuk penderita asama).
4) Katopril
12,5 – 25 mg sebanyak dua sampai tiga kali sehari (kontraindikasi pada
kehamilan selama janin hidup dan menderita asama).
5) Nifedipin
mulai dari 5 mg dua kali sehari, bisa dinaikan 10 mg dua kali sehari.
(Muhamad Ardiansyah,
2012 hal68).
b. Penatalaksanaaan
nonfarmakologi
Langkah awa biasanya
adalah dengan mengubah pola hidup penderita, yakni dengan cara :
1) Menurunkan
berat badan sampai batas ideal.
2) Mengubah
pola makan pada penderita diabetes, kegemukan, atau kadar kolesterol darah
tinggi.
3) Mengurangi
pemakaian garam sampai kurang dari 2,3 gram natrium atau 6 gram natrium klorida
setiap harinya (disertai asupan kalsium, magnesium, dan kalium yang cukup).
4) Mengurangi
konsumsi alkohol.
5) Berhenti
merokok.
6) Olahraga
aerobik yang tidak terlalu berat (penderita hipertensi esensial tidak perlu
membatasi aktivitasnya selama tekanan darah terkendali).
B. Konsep
Asuhan Keperawatan Keluarga
1. Definisi
keluarga
Keluarga adalah
merupakan kumpulan individu yang mempunyai ikatan perkawinan, keturunan atau
hubungan darah atau adopsi, yang tinggal dalam satu rumah, mengadakan interaksi
dan komunikasi melalui peran sosial yang di jalankan. Keluarga bertujuan untuk
menciptakan, mempertahankan budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik,
mental, emosional, serta sosial dari setiap anggota keluarga. Anggota keluarga
saling berinteraksi satu dengan yang lain dan memiliki peran masing-masing
(Supartini, 2005).
Undang-undang No.5 Tahun
2005 tentang kependudukan dan pembangunan keluarga. Keluarga adalah merupakan
unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami, istri
dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya. Dengan demikian
sebuah keluarga dapat di gambarkan sebagai anggota dari kelompok masyarakat
yang paling dasar, tinggal bersama dan berinteraksi untuk memenuhi kebutuhan
antara individu. Sehingga sebagai kumpulan dua atau lebih individu, pelayanan
keperawatan kepada keluarga juga sekaligus mencakup pelayanan keperawatan
kepada individu. Sedangkan sebagai unit terkecil dari masyarakat, pelayanan
keperawatan kepada keluarga juga sekaligus mencangkup pelayanan keperawatan
kepada masyarakat. Sehingga dengan memberikan pelayanan keperawatan kepada keluarga,
perawatan juga sekaligus memberikan pelayanan kepada individu dan masyarakat.
Keluarga adalah dua
atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga kerena pertalian darah,
ikatan perkawinan atau adopsi (Bailon,Dkk, 2010).
2. Tipe
keluarga
a. Tipe
keluarga tradisional
1) The nuclear family
(keluarga inti), yaitu keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak.
2) The dyad family,
yaitu keluarga yang terdiri dari suami dan istri yang hidup dalam satu rumah
tetap tanpa anak.
3) Keluarga
usia, yaitu keluarga yang terdiri dari suami istri yang sudah tua dengan anak
sudah memisahkan diri.
4) The childless family,
yaitu keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk mendapatkan anak
terlambat waktunya. Penyebabnya adalah karena mengejar karir atau pendidikan
yang terjadi pada wanita.
5) The extended family
(keluarga besar), yaitu keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang hidup
bersama dalam satu rumah seperti nuclear
family di sertai paman, bibi, orang tua (kakek dan nenek), keponakan dan
lain sebagainya.
6) The single parent family
(keluarga duda atau janda), yaitu keluarga yang terdiri dari satu orang tua
bisa ayah atau ibu. Penyebabnya dapat terjadi karena proses perceraian,
kematian bahkan ditinggalkan.
7) Commuter family,
yaitu keluarga dengan kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda, tetapi
setiap akhir pekan semua anggota keluarga dapat berkumpul bersama di salah satu
kota yang menjadi tempat tinggal.
8) Multigeneration family,
yaitu keluarga dengan generasi atau kelompok umur yang tinggal bersama dalam satu
rumah.
9) Kin-network family,
yaitu keluarga dengan beberapa keluarga inti tinggal dalam satu rumah atau
saling berdekatan dan menggunakan barang-barang serta pelayanan bersama seperto
mengunakan dapur, kamar mandi, televisi, atau telpon bersama.
10) Blended family,
yaitu keluarga yang dibentuk oleh dua duda atau janda yang menikah kembali dan
membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya.
11) The single adult living alone /
single adul family, yaitu keluarga yang terdiri dari orang
dewasa yang hidup sendiri karena pilihannya atau perpisahan (resparasi) seperti
perceraian atau di tinggal mati.
b. Kelurga
Non tradisional
1) The unmarride teenaga mother,
yaitu keluarga yang terdiri dari orang tua terutama ibu dengan anak yang
berhubungan tanpa nikah.
2) The stepparent family,
yaitu keluarga dengan orang tua tiri.
3) Commune family,
keluarga dengan beberapa pasangan keluarga dengan anaknya yang tidak memiliki
hubungan saudara, hidup bersama dalam satu rumah, sember dan fasilitas yang
sama, pengalaman yang sama, sosialisasi anak dengan melalui aktivitas kelompok
atau membesarkan anak besama.
4) The nonmarital heterosexsual
cohabiting family, yaitu keluarga yang hidup bersama
berganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan.
5) Gay and lesbian fimiliesi,
keluarga dengan seseorang persamaan jenis kelamin yang hidup bersama
sebagaimana pasangan suami-istri (marital patners).
6) Cohabitating couple,
yaitu keluarga dengan seseorang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan
perkawinan karena beberapa alasan tertentu.
7) Group-marriage family,
yaitu keluarga dengan beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat rumah
tangga bersama, yang merasa telah saling menikah satu dengan yang lain, berbagi
sesuatu, termasuk seksual dan membersarkan anaknya.
8) Group network family,yaitu
keluarga inti yang dibatasi oleh aturan atau nilai-nilai, hidup berdekatan satu
sama lain dan saling mengunakan barang-barang rumah tangga bersama, pelayanan
dan bertanggung jawab membesarkan anaknya.
9) Foster family, yaitu
keluarga yang menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga atau saudara untuk
waktu sementara.
10) Homoles family,
yaitu keluarga yang terbentuk tanpa perlindungan yang permanen karena krisis
personal yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi atau problem kesehatan mental.
11) Gang, yaitu
sebuah bentuk keluarga yang destruktif, dari orang-orang muda yang mencari
ikatan emosional dan keluarga mempunyai perhatian, tetapi perkembangan dalam
kekerasan dan criminal dalam kehidupan (Faislodo Candra Widyanto, 2014).
3. Struktur
keluarga
a. Elemen
struktur keluarga
1) Struktur
peran keluarga
Menggambarkan peran
masing-masing keluarga baik didalam keluarganya sendiri maupun peran
dilingkungan masyarakat.
2) Nilai
atau norma keluarga
Menggambarkan nilai dan
norma yang dipelajari dan diyakini dalam keluarga.
3) Pola
komunikasi keluarga
Menggambarkan bagaimana
cara dan pola komunikasi diantara orang tua, orang tua dan anak, diantara
anggota keluarga ataupun dalam keluarga besar.
4) Struktur
kekuatan keluarga
Menggambarkan kemampuan
anggota keluarga untuk mengendalikan atau mempengaruhi orang lain dalam
perubahan prilaku kearah positif.
(Santo Setiawan,Dkk, 2008)
b. Ciri-ciri
struktur keluarga
1) Terorganisasi
Keluarga adalah
cerminan organisasi, dimana masing-masing anggota keluarga memiliki peran dan
fungsi masing-masing sehingga tujuan keluarga dapat tercapai. Oraganisasi yang
baik ditandai dengan adanya hubungan yang kuat antara anggota sebagai bentuk
saling ketergantungan dalam mencapai tujuan.
2) Keterbatasan
Dalam mencapai tujuan,
setiap anggota keluarga memiliki peran dan tanggung jawabnya masing-masing
sehingga dalam berinteraksi setiap anggota tidak bisa semena-mena tetapi
mempunyai keterbatasan yang dilandasi oleh tanggung jawab masing-masing anggota
keluarga.
3) Perbedaan
dan kekhususan
Adanya peran yang
beragam dalam keluarga menunjukan masing-masing anggota keluarga mempunyai
peran dan fungsi yang berbeda dan khas seperti halnya peran ayah sebagai
pencari nafkah utama, peran ibu yang merawat.
(Santun Setiawan,Dkk,
2008).
c. Dominasi
struktur keluarga
1) Dominasi
jalur hubungan darah
a) Patrilineal
Keluarga yang
berhubungan atau disusun melalui jalur garis ayah. Suku-suku indonesia
rata-rata mengunakan struktur keluarga patrilineal.
b) Matrilineal
Keluarga yang
berhubungan atau disusun melalui jalur garis ibu. Suku pasang salah satu suku yang
menggunakan truktur keluarga matrilineal.
2) Dominasi
keberadaan tempat tinggal
a) Patrilokal
Keberadaan tempat
tinggal satu keluarga yang tinggal dengan keluarga sedarah dari pihak suami.
b) Matrilokal
Keberadaan tempat
tinggal satu keluarga yang tinggal dengan sedarah dari pihak istri.
3) Dominasi
pengambilan keputusan
a) Patriakal
Dominasi pengambilan
keputusan ada pada pihak suami.
b) Matriakal
Dominasi pengambilan
keputusan ada pada pihak istri.
(Santun Setiawan,Dkk,
2008).
4. Fungsi
keluarga
Fungsi secara umum didefinisikan
sebagai hasil akhir atau akibat dari sstruktur keluarga. Aaddapun sebuah
keluarga mempuyai fungsi antara lain:
a. Fungsi
afektif (the affective function)
Fungsi ini berkaitan dengan fungssi internal keluarga
yang merupkan basis kekuatan keluarga.
Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial keluargaa.
Keluarga harus memenuhi kebutuhn kasih sayang anggota keluarganya karenaa
respon kasih sayang satu anggota ke anggota keluarga lainnya memberikan dasar
penghargaaan terhadap keidupan keluarga. Dengan demikian setiaap anggota
keluarga dapat saling mempertahankan iklim atau kondisi yang positif.
b. Fungsi
sosialisasi dan tempat bersosialisasi (socialization
and socil placement function)
Sosialisasi merupakan
proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu yang menghasilkan
interaksi sosial dan belajar berperan dalam lingkungan sosial. Sosialisasi
merujuk pada banyaknya pengalaman belajar yang diberikan dalam keluarga. Fungsi
sosialisasi dapat ditunjukan dengan membina sosialisasi pada anak, membantu
norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak, serta
meneruskan nilai-nilai budaya keluarga. Keluarga mengajarkan anggotanya untuk
bersosialisasi baik secara internal maupun eksternal keluarga.
c. Fungsi
repoduksi (the repoduction function)
Keluarga berfungsi
untuk meneruskan keturunan dan menambahkan sumber daya manusia dengan
memelihara dan membesarkan anak. Keluarga menjamin kontinuitas antar generasi
keluarga dengan menyediakan anggota baru untuk masyarakat. Fungsi ini dibatasi
oleh adanya program KB, dimana setiap rumah tangga dianjurkan hanya memiliki 2
orang anak.
d. Fungsi
ekonomi (the economi function)
Fungsi ekonomi keluarga
dengan mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan semua anggota
keluarga, seperti kebutuhan makanan, tempat tinggal, pakaian dan lain
sebagainya. Fungsi ini juga termasuk pengaturan pengunaan penghasilan keluarga
dimasa yang akan datang. Keluarga dengan kriteria dibawah keluarga sejahtera
seperti keluarga pra sejahtera, keluarga miskin atau juga keluarga miskin
sekali sulit untuk memenuhi fungsi ekonomi ini.
e. Fungsi
perawatan kesehatan (the healt care
function)
Fungsi keluarga dalam
perawatan kesehatan dengan melaksanakan praktek asuhan keperawatan yaitu
keluarga mempunyai tugas untuk memelihara kesehatan anggota keluarganya agar
tetap memiliki produktivitas dalam menjalankan peranya masing-masing. Fungsi
perawatan kesehatan ini dikembangkan menjadi tugas keluarga dibidang kesehatan.
Adapun tugas kesehatan keluarga menurut Frienman (2010) yitu :
1) Mengenal
masalah atau gangguan kesehatan keluarga Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga
yang perlu mendapatkan perhatian. Orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan
dan perubahan yang dialami anggota keluarga terutama berkaitan dengan
kesehatan. Alasanya adalah ketika terjadi perubahan sekecil apapun yang dialami
keluarga, maka secara tidak langsung akan menjadi perhatian orang tua atau
keluarga. Sehingga segala kekuatan akan digunakan untuk mengatasi permasalahan
kesehatan tersebut.
2) Mengambil
keputusan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga tugas ini merupakan upaya
keluarga yang utama untuk mencari bantuan yang tepat sesuai dengan masalah
kesehatan yang menimpa keluarga. Suara sumber daya internal keluarga yang
dianggap mampu memutuskan akan menentukan tindakan keluarga dalam mengatasi
masalah kesehatan yang dialami. Jika secara internal keluarga memiliki
keterbatasan sumber daya, maka keluarga akan mencari bantuan dari luar.
3) Merawat
anggota keluarga yang sakit tugas ini merawat anggota keluarga yang sakit
seringkali harus dilakukan keluarga untuk memberikan perawatan lanjutan setelah
memperoleh pelayanan kesehatan di institusi pelayanan kesehatan. Tidak menutup
kemungkinan juga ketika keluarga memiliki kemampuan untuk melakukan tindakan
pertolongan pertama, maka anggota keluarga yang sakit dapat sepenuhnya dirawat
oleh keluarga sendiri.
4) Memodifikasi
lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga, tugas ini merupakan
upaya keluarga untuk mendaya gunakan potensi internal yang ada di lingkungan
rumah untuk mempertahankan kesehatan atau membantu proses perawatan anggota
keluarga yang sakit. Tidakan memodufikasi lingkungan memiliki cakupan luas sesuai
dengan pengetahuan keluarga mengenai kesehatan.
5) Menggunakan
fasilitas kesehatan, tugas ini merupakan bentuk upaya keluarga untuk mengatasi
masalah anggota keluarga dengan memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang
ada.
5. Tahap
dan perkembangan keluarga
Tahap dan tugas
perkembangan keluarga yang diadaptasikan dari Duval adalah :
a. Pasangan
pemula atau pasangan baru menikah
Tahapan ini dimulai
saat dua insan dewasa mengikat janji melalui pernikahan dengan landasan cinta
dan kasih sayang. Tugas pada tahapan perkembangan keluarga antara lain saling
memuaskan antara pasangan, beradaptasi dengan keluarga besar dari masing-masing
piha, mencanakan dengan matang jumlah anak, memperjelaskan peran masing-masing
pasangan.
b. Keluarga
dengan “child bearing”(kelahiran anak
pertama)
Tahap ini dimulai saat
ibu hamil sampai dengan kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai dengan anak
pertama berusia 30 bulan.Tugas keluarga pada tahap ini antara lain:
mempersiapkan baiaya persalinan, mempersiapkan mental calon orang tua dan
mempersiapkan berbagai kebutuhan anak. Apabila anak sudah lahir tugas keluarga
antara lain: memberikan ASI sebagai kebutuhan utama bayi (minimal 6 bulan),
memberikan kasih sayang, memulai mensosialisasikan dengan lingkungan keluarga
besar masing-masing pasangan, pasangan kembali melakukan adaptasi karena
kehadiran anggota keluarga termasuk siklus hubungan seks, mempertahankan
hubungan dalam rangka memuaskan pasangan.
c. Keluarga
dengan anak prasekolah
Dimulai saat anak
pertama berusia 2,5 tahun dan berakhir saat anak berusia 5 tahun. Tugas yang
dimiliki pada keluarga dengan anak prasekolah dainataranya: menanamkan
nilai-nilai dan norma kehidupan, mulai menanam keyakinan beragam, mengenal
kultur keluarga, memenuhi kebutuhan bermain anak, menanamkan tanggung jawab
dalam lingkup kecil, mempertahankan dan memberikan stimulasi bagi pertumbuhan
dan perkembangan anak prasekolah.
d. Keluarga
dengan anak usia sekolah
Dimulai saat anak
pertama berusia 6 tahun dan berakhir saat anak berusia 12 tahun. Tugas yang
dimiliki keluarga dengan anak usia sekolah antara lain: memenuhi kebutuhan
sekolah anak baik alat sekolah maupun biaya sekolah, membiasakan belajar
teratur, memperhatikan anak saat menyelesaikan tugas-tugas sekolahnya,
memberikan pengertian pada anak bahwa pendidikan sangat penting untuk masa
depan anak, membantu anak dalam bersosialisasi lebih luas dengan lingkungan
sekitar.
e. Keluarga
dengan anak remaja
Dimulai saat anak
berusia 13 tahun dan berakhir saat anak berusia19-20 tahun. Keluarga dengan
anak remaja berada dalam posisi dilematis, mengingat anak sudah menurunkan
perhatiannya terhadap orang tua dibandingkan teman sebayanya. Pada tahap ini
sering kali ditemukan perbedaan pendapat antar orang tua dan anak remaja,
apabila hal ini tidak diselesaikan akan berdampak pada hubungan
selanjutnya.Tugas keluarga pada tahap ini antara lain: memberikan perhatian
lebih pada remaja, bersama-sama mendiskusikan tentang rencana sekolah ataupun
kegiatan diluar sekolah, memberikan kebebasan dalam batasan tanggung jawab, mempertahankan
komunikasi terbuka dua arah.
f. Keluarga
dengan melepasakan anak ke mayarakat
Remaja yang akan
beranjak dewasa harus sudah siap meninggalkan kedua orang tauanya untuk mulai
hidup baru, bekerja, dan berkeluarga, sehingga tugas keluarga pada tahap ini
antara lain:
1) Memperluas
jaringan keluarga dari keluarga inti menjadi keluarga besar.
2) Membantu
anak untuk mandiri sebagai keluarga baru dimasyarakat.
3) Mempertahankan
keintiman pasangan.
4) Penataan
kembali peran orang tua dan kegiatan rumah tangga.
g. Keluarga
dengan tahap kedua kembali
Tahap ini dimulai pada
saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan berakhir saat pensiun atau salah
satu pasangan meninggal. Tugas perkembangan pada tahap ini yaitu:
1) Mempertahankan
kesehatan individu dan pasangan usia pertengahan.
2) Mempertahankan
hubungan yang serasi dan memuaskan dengan anak-anaknya dan teman sebaya.
3) Meningkatkan
keakraban pasangan.
h. Keluarga
dengan tahap masa tua
Tahap ini mulai saat
seorang pensiun, berjalan salah satu pasangan meninggal sampai keduanya
meninggal. Tugas perkembangan pada tahap ini yaitu:
1) Mempertahankan
suasana kehidupan rumah tangga yang saling menyenangkan pasangannya.
2) Adaptasi
dengan perubahan yang anak terjadi seperti kehilangan pasangan, kekuatan fisik
dan penghasilan.
3) Mempertahankan
keakraban pasangan dan saling merawat.
4) Melakukan
life review masa lalu.
6. Faktor-faktor
yang mempengaruhi kesehatan keluarga
Seperti yang sudah
disebutkan terlebi dahulu tentang definisi keluarga dari beberapa ahli, salah
satu mengemukakan bahwa keluarga sebagai sytem sosial didalamnya berlangsung
interaksi secara terus menerus antara anggota keluarga dan lingkungan. Sebagai
dampak perubahan yang terjadi pada lingkungan internal dan eksternal maka
dengan sendirinya keluarga akan melakukan kopetensi sebagai upaya untuk
menyelesaikan dengan perubahan tersebut sehingga fungsi kesehatan dapat
terjaga. Kesehatan keluarga dipengaruhi oleh anggota keluarga dalam menjalankan
fungsi dengan baik. Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi kesehatan keluarga
adalah:
a. Faktor
fisik
Ross,Dkk (1990)
memberikan gambaran bahwa ada hubungan positif antara perkawinan dengan
kesehatan fisik. Contoh dari hubungan positif tersebut antar lain: seorang
suami sebelum menikah terlihat kurus maka beberapa bulan kemudian setelah
menikah akan terlihat lebih gemuk, beberapa alasan dikemukakan bahwa dengan
menikah suami ada yang memperhatikan dan pola makan lebih teratur begitu
sebaliknya yang terjadi pada istri. Contoh lain seorang istri yang sebelum
menikah mempunyai kebiasaan makan makanan yang pedas setelah menikah suami akan
mengingatkan akan masalah kesehatan yang bisa timbul karena kebiasaan tersebut.
Bagi keluarga, penentuan jenis pelayanan yang akan digunakan ditentukan
bedasarkan kesepakatan suami istri.
b. Faktor
psikis
Terbentuknya keluarga
akan menimbulkan dampak psikologis yang besar, perasaan nyaman karena saling
memperhatikan, saling memberikan penguatan atau dukungan. Suami akan merasa
tentram dan terarah setelah beristri begitupun sebalinya.
Bedasarkan riset
ternyata tingkat kecemasan istri lebih tinggi dibandingkan dengan suami, hal
ini dimungkinkan karena bertambahnya beban yang dialami istri setelah bersuami.
c. Faktor
sosial
Suatu sosial memiliki
dampak yang signifikan terhadap fungsi kesehatan sebuah keluarga. Dalam sebuah
kelurga pada kecenderungan semakin tinggi tingkat pendapatan yang diterima
semakin baik taraf kehidupannya. Tingginya pendapatan yang diterima akan
berdampak pada pemahaman tentang pentingnya kesehatan, jenis pelayanan
kesehatan yang dipilih, dan bagaimana respon terhadap masalah kesehatan yang
ditemukan dalam keluarga.
d. Faktor
budaya
1) Keyakinan
dan praktek kesehatan
Setiap suku atau bangsa
memiliki keyakinan dan penilaian yang berbeda-beda terhadap fungsi kesehatan.
Keyakinan keluarga terhadap fungsi kesehatan sangat dipengaruhi oleh nilai dan
keyakinan yang dibawa sebelumnya. Misalnya saja tentang pemahaman pemberian
makan tambahan pada anak-anak. Orang-orang terdahulu memiliki keyakinan bahwa
anak sudah boleh diberi makan pisang sebelum umur 4 bulan, tetapi untuk saat
ini makanan tambahan baru boleh diberikan setelah anak berumur 4-6 bulan.
Perbedaan generasi dalam sebuah keluarga akan mempengaruhi keyakinan keluarga
bahkan seringkali menimbulkan konflik tentang fungsi kesehatan yang akan
digunakan dalam keluarga tersebut.
2) Nilai-nilai
keluarga
Nilai-nilai yang
dimiliki oleh keluarga mempengaruhi kesehatan keluarga yang bersangkutan.
Misalnya sebuah keluarga yang memperhatikan kesehatan akan merasa bahwa tanpa
melakukan uapaya apapun kesehatan keluarganya terjaga, maka keluarga akan kuat
meyakininya, tetapi keluarga tersebut akan mengalami kesulitan jika suatu waktu
nilai yang diyakininya ternyata salah dan terbukti bahwa kesehatan keluarga
terganggu.
3) Peran
dan pola komunikasi keluarga
Dampak budaya terhadap
peran, kekuatan dan komunikasi keluarga berbeda-beda pada tiap keluarga. Jika
terjadi perubahan terhadap budaya dengan semestinya pergeseran peran,
aturan-aturan, kekuatan dan pola komunikasi.
4) Koping
keluarga
Koping keluarga
dipengaruhi oleh budaya, keluarga akan berusaha beradaptasi dengan perubahan
budaya. Koping diartikan sebagai respon aktif baik kongnitif, efektif, maupun
psokomotor bagi kehidupan keluarga dalam menyelesaikan masalah yang terjadi
pada keluarga . (Faislado Candra, 2014).
C. Asuhan
Keperawatan Keluarga
1. Pengkajian
Pengkajian adalah suatu
tahapan dimana seorang perawat mengambil informasi secara terus menerus
terhadap anggota keluarga yang dibina. Agar diperole data pengkajian yang
akurat dan sesuai dengan keadaan keluarga, perawat diharapkan menggunakan
bahasa yang mudah dimengerti yaitu bahasa yang digunakan dalam aktivitas
keluarga sehari-hari (Sulistio, 2012).
Pengkajian merupakan
tahapan penting dalam proses keperawatan, mengingat pengkajian sebagai awal
bagi keluarga untuk mengidentifikasi data-data yang ada pada keluarga.
Pengkajian adalah proses sistematis dari pengumpulan, verifikasi dan komunikasi
data tentang klien (Sulistio, 2012).
a. Pengkajian
keluarga model friedman
Asumsi yang mendasari
pengkajian model friedman antara lain yaitu keluarga sebagai sistem sosial yang
merupakan kelompok kecil dari masyarakat. Friedman memberi batasan enam
kategori dalam memberikan pertanyaan-pertanyaan saat melakukan pengkajian yaitu
data pengenalan keluarga, riwayat dan tahap perkembangan keluarga, data
lingkungan, srtuktur keluarga, fungsi keluarga dan koping keluarga.
b. Tahap-tahap
pengkajian
Untuk mempermudah
perawat dan keluarga saat melakukan pengkajian, digunakan sitilah penjajakan
tahap pertama dan penjajakan tahap kedua.
1) Penjajakan
I
Data-data yang
dikumpulkan pada penjajakan pertama antara lain adalah data umum, riwayat dan
tahap perkembangan, lingkungan, struktur keluarga, fungsi keluarga, stress dan
kopping keluarga, harapan keluarga, data tambahan dan pemeriksaan fisik.
2) Penjajakan
II
Tergolong dalam
penjajakan kedua diantaranya pengumpulan data-data yang berkaitan dengan
pengkajian yang ketidak mampuan keluarga dalam menghadapi masalah kesehatan
sehingga dapat ditegakkan diagnosa keperawatan keluarga. Adapun ketidak mampuan
keluarga dalam menghadapi masalah diantarnya adalah ketidak mampuan keluarga
mengenai masalah kesehatan, ketidak mampuan keluarga merawat anggota keluarga
yang sakit, ketidak mampuan keluarga memodifikasi lingkungan, dan ketidak
mampuan keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan.
2. Diagnosa
Diagnosa keperawatan
keluarga dirumuskan bedasarkan data yang diperoleh pada pengkajian. Proses
perumusan diagnosa diawali dengan melakukan analisa data, penentuan diagnosis,
kemudian penentuan prioritas diagnosis. Analisa data dilakukan dengan
mengelompokan data hasil pengkajian menjadi subjek (DS) dan data objektif (DO).
Pernyataan langsung dari keluarga termasuk dalam DS, sedangkan data yang
diambil dengan observasi, data sekunder, atau data selain pernyataan langsung
dari keluarga dalam DO. Rumusan masalah bedasarkan NANDA dan etiologi
bedasarkan hasil pengkajian dari tugas perawatan keluarga yang terdiri dari
tugas perawatan keluarga yang terdiri dari 5 tugas yaitu mengenal masalah
kesehatan mengambil keputusan untuk melakukan tindakan, merawat anggota
keluarga yang sakit, menciptakan lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan
dan memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada. Tipologi diagnosis keperawatan
keluarga dapat berupa kasus actual resiko dan potensial.
Diagnosis keperawatan keluarga
dirumuskan berdasarkan data yang didapatkan pada pengkajian, yang terdiri dari
masalah keperawatan yang akan berhubungan dengan etiologi yang berasal dari
pengkajian fungsi perawatan keluarga.Tipologi dari diagnosa keperawatan
keluarga terdiri dari:
1) Diagnosa Keperawatan
Keluarga Aktual (terjadi defisit/gangguan kesehatan). Dari hasil pengkajian
didapatkan data mengenai tanda dan gejala dari gangguan kesehatan.
2) Diagnosa
Keperawatan Keluarga Risiko (ancaman kesehatan). Sudah ada data yang menunjang
namun belum terjadi gangguan. Misalnya lingkungan rumah yang kurang bersih,
pola makan yang tidak adekuat, stimulasi tumbuh kembang yang tidak adekuat.
3) Diagnosa
Keperawatan Keluarga Sejahtera/Potensial. Suatu keadaan dimana keluarga dalam
keadaan sejahtera sehingga kesehatan keluarga dapat di tingkatkan. Khusus untuk
diagnosa keperawatan potensial (sejahtera) boleh tidak menggunakan etiologi.
Daftar diagnosa
keperawatan keluarga menurut NANDA
1. Lingkungan
a. Kerusakan
penatalaksanaan rumah (kebersihan)
b. Resiko
cedera
c. Resiko
infeksi
2. Struktur
komunikasi
Kerusakan komunikasi
3. Struktur
peran
a.
Berduka antisipasi
b.
Berduka disfungsional
c.
Isolasi sosial
d.
Perubahan dalam proses keluarga
e.
Potensial peningkatan menjadi orang tua
f.
Perubahan menjadi orang tua
g.
Perubahan penampilan peran
h.
kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan
rumah
i.
Gangguan citra tubuh
4. Afektif
a. Perubahan
proses keluarga
b. Perubahan
menjadi orang tua
c. Potensial
peningkatan menjadi orang tua
d. Berduka
antisipasi
e. Koping
keluarga tidak efektif, menurun
f. Koping
keluarga tidak efektif, ketidak mampuan
g. Resiko
terhadap tindak kekerasan
5. Sosial
a. Perubahan
proses keluarga
b. Perubahan
mencari bantuan kesehatan
c. Konflik
peran orang tua
d. Perubahan
menjadi orang tua
e. Potensial
peningkatan menjadi orang tua
f. Perubahan
pertumbuhan dan perkembangan
g. Perubahan
pemeliharaan kesehatan
h. Kurang
pengetahuan
i.
Isolasi sosial
j.
Kekurangan interaksi sosial
k. Resiko
terhadap tindak kekerasan
l.
Ketidak patuhan
m. Ganguan
identitas diri
3. Penentuan
prioritas
Faktor-faktor yang
mempengaruhi penentuan prioritas masalah keperawatan bedasarkan skala prioritas
diatas adalah sebagai berikut:
a. Menentukan
sifat masalah
Aktual bobot yang
paling besar diberikan kepada klein keadaan sakit atau mengancam kehidupan dan
memerlukan tindakan segera dan biasanya didasari serta dirasakan oleh keluarga.
b. Kemungkinan
masalah dapat diubah
Perawat perlu mempertahankan terjangkaunya
faktor-faktor sebagai berikut: pengetahuan yang ada sekarang, teknologi,
tindakan-tindakan untuk menangani masalah, sumber daya keluarga , diantaranya
keuangan, tenaga, sarana dan prasarana, sumber daya perawatan, diantaranya
adalah pengetahuan, keterampilan dan waktu.
c. Potensial
masalah untuk dicegah
Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam melihat potensi pencegahan masalah adalah kepelikan masalah
berhubungan dengan jangka waktu masalah itu, tindakan yang sedang dijalankan
adalah tindakan-tindakan yang tepat dalam memperbaiki masalah, adanya kelompok
yang resiko tinggi dalam keluarga atau kelompok yang sangat peka menambah
potensi untuk mencegah masalah.
d. Menonjolnya
masalah
Untuk menonjolnya
masalah keperwatan perlu menilai persepsi atau bagaimana keluarga melihat
masalah kesehatan tersebut. Nilai stroke tertinggi yang lebih dahulu dilakukan
intervensi keperawatan.
Dalam menentukan
prioritas masalah keluarga, perlu disusun skala prioritas atau scoring menurut
Bailon dan Maglaya tahun (1978) yang dikutip Friedman (1998), yang ditemukan
dan dihitung dengan menggunakan cara sebagai berikut:
No
|
Kriteria
|
Skor
|
Bobot
|
1.
|
Sifat
masalah :
Skala
:
Ø Tidak
adekuat
Ø Ancaman
kesehatan
Ø Keadaan
sejahtera
|
3
2
1
|
1
|
2.
|
Kemungkian
masalah dapat diubah
Skala
:
Ø Mudah
Ø Sebagian
Ø Tidak
dapat diubah
|
2
1
0
|
2
|
3.
|
Potensi
masalah untuk dicegah
Skala:
Ø Tinggi
Ø Sedang
Ø Rendah
|
3
2
1
|
1
|
4.
|
Menonjolnya
masalah
Skala:
Ø Masalah
berat, harus segera ditangani
Ø Ada
masalah tetapi tidak perlu ditangani
Ø Masalah
tidak dirasakan
|
2
1
0
|
1
|
Bedasarkan tabel
diatas, untuk mentukan prioritas terhadap diagnosa keperawatan keluarga yang
ditemukan dapat dihitung dengan menggunakan cara sebagai berikut :
1) Menentukan
skor setiap kriteria
Misalnya pada kriteria
sifat masalah dengan pertimbangan pembenaran ditentukan skala potensial yang
memiliki skor 1.
2) Skor
dibagi dengan angka tertinggi dan kalikanlah bobot
X bobot
|
Angka tertinggi
3) Jumlah
skor untuk semua kriteria
Misalnya telah
ditentukan diagnosa yang diangkat adalah Dx. y. Hasil perhitungan kriteria
sifat, memungkinkan untuk diubah potensial dicegah, dan menonjolnya masalah
secara berturut-turut.
sehingga skor diagnosis
Dx. y tersebut dibandingkan dengan perhitungan diagnosis yang lain. Diagnosis
yang memiliki nilai paling tinggi merupakan diagnosis prioritas yang terlebih
dahulu dilakukan intervensi keluarga.
4. Rencana
keperawatan
Rencana
keperawatan keluarga terdiri dari penetapan tujuan yang meliputi tujuan jangka
panjang (tujuan umum), tujuan jangka pendek (tujuan khusus), kriteria dan
standar serta intervensi. Kriteria dan standar merupakan pernyataan yang
spesifik tentang hasil yang diharapkan dari setiap tindakan keperawatan
bedasarkan tujuan khusus atau tujuan jangka pendek yang ditetapkan. Tujuan
jangka panjang mengacu pada problem, sedangkan tujuan jangka pendek mengacu
pada etiologi.
a. Suplemental
yaitu intervensi yang berkaitan dengan rencana pemberian pelayanan secara
langsung pada keluarga sebagai sasaran seperti imunisasi pada balita, imunisasi
pada ibu hamil dan pembelajaran pembuatan obat tradisional.
b. Fasilitas
yaitu intervensi yang terkait dengan rencana dalam membantu mengatasi hambatan
dari keluarga dalam memproleh pelayanan medis, kesejahteraan sosial,
transportasi dan pelayanan kesehatan di rumah.
c. Develomental
yaitu intervensi yang terkait dengan rencana perawat dalam membantu keluarga
dalam kapasitasnya untuk menolong dirinya sendiri (membantu keluarga belajar
mandiri) dengan kekuatan dan sumber pendukung yang terdapat pada keluarga.
Sasaran adalah keadaan
atau situasi yang diharapkan setelah dilaksanakan sasaran merupakan tujuan
dimana segala usaha diharapkan. Prinsip-prinsip dalam menentukan sasaran
ditentukan oleh perawatan bersama keluarga dapat diterima keluarga dan keluarga
dapat mengambil tindakan untuk memecahkan.
Tujuan merupakan
pernyataan yang lebih rinci tentang hasil keperwatan yang akan membentuk
kriteria yang dipakai untuk menilai keberhasilan keperawatan bila dilihat dari
jangka waktu, tujuan keperawatan keluarga dapat dibagi dua:
a. Tujuan
umum merupakan tujuan yang lebih menekankan pada pencapaian akhir sebuah
masalah, dimana perubahan perilaku dari yang merugikan kesehatan kearah prilaku
yang menguntungkan kesehatan. Tujuan umum ini lebih sebagai asuhan keperawatan
keluarga.
b. Tujuan
khusus dalam rencana perawatan lebih menekankan pada pencapaian hasil
masing-masing kegiatan.
Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam penyusunan rencana asuhan keperawaran tujuannya hendaklah
logis, sesuai masalah, dan mempunyai jangka waktu yang sesuai dengan kondisi
klien, kriteria hasil hendaknya dapat diukur dengan alat ukur dan diobservasi
dengan panca indra perawat yang obyektif, rencana tindakan harus berorientasi
pada pemecahan masalah, dilakukan mandiri oleh keluarga, dibuat bedasarkan
masalah kesehatan, tindakan sederhana dan mudah dilakukan serta dapat dilakukan
secara terus-menerus oleh keluarga.
5. Implementasi
Pelasanaan
adalah ketegori dari prilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk
mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan yang
dilakukan dan diselesaikan (Potter & Perry, 2005).
pelasanaan
keperawatan merupakan aktualisasi diri perencanaan yang telah disusun
sebelumnya, prinsip yang mendasari pelaksanaan keperawatan keluarga antara
lain:
a. pelaksanaan
keperawatan mengacu pada rencana keperawatan yang dibuat.
b. pelaksanaan
keperawatan dilakukan dengan tetap memperhatikan prioritas maslah. Kekuatan
keluarga berupa finansial, motivasi, dan sumber-sumber pendukung lainya jangan
diabaikan.
c. pendokumentasikan
pelaksanaan keperawatan keluarga janganlah terlupakan dengan menyertakan tanda
tangan petugas sebagai bentuk tanggung gugat dan tanggung jawab profesi.
6. Evaluasi
Evaluasi
merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menilai keberhasilan rencana tindakan
yang telah dilaksanakan apabila tidak atau belum berhasil perlu disusun rencana
baru yang sesuai. Semua tindakan keperawatan mungkin tidak dapat dilaksanakan
dalam satu kali kunjungan rumah ke keluarga. Untuk itu dapat dilaksanakan
secara bertahap sesuai dengan waktu dan kesediaan keluarga yang telah
disepakati bersama.
Evaluasi
dapat terbagi menjadi 2 jenis, yaitu:
a. Evaluasi
berjalan (Formatif)
Evaluasi yang
dikerjakan dalam bentuk pengisian catatan perkembangan berorientasi pada
masalah yang dialami klien. Format yang digunakan dalam evaluasi formatif
adalah SOAP.
b. Evaluasi
akhir (Sumatif)
Evaluasi yang
dikerjakan dengan membandingkan antara tindakan yang telah dikerjakan dengan
tujuan yang ingin dicapai. jika terjadi kesenjangan, maka proses keperawatan
dapat ditinjau kembali untuk mendapatkan data guna memodifikasi perencanaan.
Format yang digunakan dalam evaluasi sumatif adalah SOAP memberikan tuntunan
pada perawat dengan uraian sebagai berikut:
1) Subjektif
(S)
Peryataan atau uraian
keluarga, klien atau sumber lain tentang perubahan yang dirasakan setelah di
berikan tindakan keperawatan.
2) Objektif
(O)
Data-data yang bisa
diamati, bisa berupa kemajuan atau kemunduran dari status kesehatan seseorang.
3) Analisa
(A)
Pernyataan yang
menunjukan sejauh mana masalah keperawatan yang dapat tertanggulangi.
4) Planing
(P)
Rencana yang ada dalam
catatan perkembangan merupaka rencana tindakan hasil evaluasi tentang
dilanjutkannya atau tidak sebuah rencana, sehingga diperlukan inovasi dan
modifikasi bagi perawat kelurga. Tahap evaluasi dapat dilakukan secara formatif
dan sumatif. Evaluasi formatif bertujuan untuk menilai hasil implementasi
secara bertahap sesuai dengan kegiatan yang dilakukan sesuai kontrak
pelaksanaan. Evaluasi sumatif bertujuan menilai secara keseluruhan terhadap
pencapaian diagnosa keperawatan apakah rencana diteruskan atau dihentikan.
BAB III
TINJAUAN KASUS
Pada
bab ini akan diuraikan mengenai asuhan keperawatan keluarga dengan hipertensi
di RT 01 RW 06 Kelurahan Jatikarya, Kecamatan Jatisampurna, Kota Bekasi, yang
dilaksanakan mulai tanggal 30 Mei sampai dengan 10 Juni 2016. Dalam memberikan
asuhan keperawatan keluarga pendekatan yang digunakan adalah proses keperawatan
keluarga, yang meliputi lima tahap yaitu;
A. Pengkajian
Pada tahap ini penulis
mengumpulkan data dari keluarga untuk mengetahui keadaan kesehatan keluarga dan
keadaan lingkungan. Data-data diperoleh melalui wawancara, observasi langsung
dan pemeriksaan fisik, diperoleh data sebagai berikut;
1. Data
dasar keluarga
a. Nama
kepala keluarga Tn.N, usia 41 tahun, pendidikan terakhir SMA, pekerjaan sebagai
wiraswasta. Beliau bertempat tinggal di RT 01 RW 06 Kelurahan Jatikarya,
Kecamatan Jatisampurna, Kota Bekasi.
b. Komposisi
keluarga
Adapun anggota keluarga
Tn.N adalah Ny.N yang berusia 40 tahun, hubungan dengan kepala keluarga adalah
istri, pendidikan terakhir SMA, pekerjaan ibu rumah tangga. Tn.N memiliki tiga
orang anak yaitu, An. D berusia 16 tahun pendidikan SMK, dan belum bekerja. An.
N berusia 11 tahun pendidikan SD, dan belum bekerja. An. D berusia 4 tahun
pendidikan belum sekolah dan belum bekerja.
c. Genogram
|
x
|
|
|
|
Hipertensi
Ny.N
Hipertensi 41 tahun
|
:
Laki-laki
:
Perempuan
:
Menikah
:
Klien
:
Keturunan
:
Tinggal serumah
X : Meninggal
Keluarga Tn. N adalah keluarga inti (the nuclear family), dimana didalam
keluarga terdiri dari suami, istri dan anak. Ayah dari istri Tn. N meninggal
karena riwayat hipertensi dan sudah komplikasi ke penyakit ginjal, saudara
keluarga Tn.N tidak ada lagi yang mempunyai riwayat hipertensi. Tn.N dan Ny.N
mempunyai tiga orang anak, dua diantaranya sekolah dan satu belum sekolah dan
tinggal dalam satu rumah.
d.
Tipe keluarga
Keluarga
Tn.N merupakan keluarga inti (the nuclear
family) yang terdiri dari isti dan tiga orang anak.
e.
Suku bangsa
Keluarga
Tn.N menganut suku Sunda. Bahasa yang digunakan bahasa indonesia dan terkadang
dalam keluarga menggunakan bahasa Sunda. Seluruh anggota keluarga Tn.N semua berwarga
negara Indonesia.
Warga
yang berada ditempat tinggal sekarang kebanyakan bersuku Sunda. keluarga jarang
mengikuti kegaiatan rekreasi yang diadakan oleh agama atau kelompok masyarakat.
Keluarga juga tidak berpakaian tradisional dalam kehidupan sehari-hari, bentuk
rumah dan dekorasi Tn.N juga tidak berbentuk rumah tradisional tertentu.
Keluarga
Tn.N masih memanfaatkan pelayanan kesehatan yang berbentuk tradisional dan
pelayanan kesehatan yang berbentuk modern, seperti klinik meski tidak sering.
f.
Agama
Semua
anggota keluarga Tn.N beragama Islam. Menjalankan ibadah dan keyakinan sesuai
dengan ajaran Islam seperti sholat, mengaji dan puasa. Keluarga aktif dalam
menjalankan ibadah walaupun tidak dilakukan secara bersama-sama, dan semua
aktivitas yang dilakukan tidak bertentangan dengan ajaran agama Islam.
g.
Status sosial ekonomi keluarga
Penghasilan
keluarga diatas dari Rp. 2.000.000,- per bulan, yang diperoleh dari kerja Tn.N
sebagai wiraswasta. Sedangkan An.D dan An.N masih sekolah dan belum bekerja.
Dari penghasilan keluarga Tn.N mencukupi kebutuhan sehari-hari, keluarga Tn.N
mempunyai tabungan walaupun hanya sedikit, dalam keluarga Tn.N tidak ada yang
membantu keungan keluarga, dan yang mengelola keuangan dalam keluarga adalah
Ny.N.
h.
Aktivitas rekreasi keluarga
Kebiasaan
keluarga dalam rekreasi untuk berlibur tidak tentu dan sangat jarang dilakukan,
karena An. D masih balita dan suka rewel, selain itu Ny.N harus mengasuh An.D
yang masih balita.
Keluarga
setiap hari menonton TV bersama-sama pada malam hari. Kadang-kadang mereka juga
berkumpul bersama tetangga samping rumah untuk berbincang-bincang.
i.
Tahap dan tugas perkembangan keluarga
1)
Tahap perkembangan saat ini
Tahap
perkembangan keluarga Tn.N saat ini adalah keluarga dengan anak usia remaja.
2)
Tugas perkembangan keluarga yang belum
terpenuhi
Tugas
perkembangan dengan anak usia remaja sudah terpenuhi yakni: memberi perhatian
lebih pada remaja, bersama-sama mendiskusikan tentang rencana sekolah, memberi
kebebasan dalam batasan tanggung jawab, serta mempertahankan komunikasi
terbuka.
j.
Riwayat keluarga inti
Riwayat
keluarga Tn.N sebelumnya sehat-sehat saja tetapi Ny.N mempunyai riwayat
hipertensi pada saat kehamilan anak ketiga sekitar 4 tahun yang lalu. Tn.N dan
Ny.N menikah pada sekitar tahun 1999 dan memiliki dua orang anak laki-laki dan
satu orang anak perempuan. Keluarga tidak pernah bercerai dan tidak pernah
mempunyai riwayat penyakit cacat mental atau cacat fisik.
k.
Riwayat keluarga sebelumnya
Ny.N
mengatakan dikeluarga dahulu ayah atau orang tua dari Ny.N memiliki riwayat
hipertensi dan Ny. N mengatakan ayahnya sudah meninggal.
2.
Lingkungan
a.
Perumahan
Jenis
rumah Tn.N permanen, dengan luas bangunan 60 m2. Status rumah adalah milik
pribadi, atap rumah asbes, lantai keramik, ventilasi rumah ada dan dibuka luas
lebih dari 10% luas lantai, cahaya dapat masuk kedalam rumah, penerangan dengan
listrik, kamar mandi sendiri dan memiliki WC sendiri. Secara kualitas, rumah
tampak bersih.
b.
Denah rumah
2
|
1
|
3
|
6
|
4
|
5
|
7
|
8
|
Keterangan
:
1.
Teras
2.
Ruang tamu
3.
Kamar tidur depan
4.
Kamar tidur belakang
5.
Kamar tidur belakang
6.
Ruang keluarga
7.
Dapur
8.
Kamar mandi
c. Pengelolahan
sampah
Keluarga mempunyai
tempat pembuangan sampah terbuka di samping rumah. Pengolahan sampah dilakukan
dengan cara dibakar.
d. Sumber
air
Sumber air yang
digunakan keluarga adalah pompa listrik, dan sumber air keluarga juga dari
pompa listrik, dengan cara pengolahannya direbus terlebih dahulu. Kualitas air
tidak berbau, tidak berasa dan tidak berwarna.
e. Jamban
keluarga
Keluarga memiliki
jamban sendiri berjenis leher angsa, dengan jarak antara sumber air dengan
pembuangan tinja (septic tank) lebih
dari 10 meter.
f. Pembuangan
air limbah
keluarga Tn. N
mengatakan mempunyai saluran pembuangan air limbah yaitu bak penampugan tertutup
dengan kondidi aliran limbah tertutup lancar.
g. Fasilitas
sosial dan fasilitas kesehatan
Perkumpulan sosial
dalam kegiatan masyarakat setempat tidak
ada, Terdapat pelayanan kesehatan yaitu puskesmas dan klinik. Keluarga Tn.N
memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan tersebut yang letaknya dapat
dijangkau dengan kendaraan bermotor.
h. Karakteristik
tetangga dan komunitas
Mayarakat di RW 06
berpenduduk tidak terlalu rapat, khusus tetangga Tn.N sebagai wiraswasta dan
ibu rumah tangga. Sebagaian rumah permanen dan milik sendiri.
Status ekonomi keluarga
bervariasi, ada yang menengah kebawah dan ada juga yang menengah keatas.
Kondisi rumah ada yang memadai dan ada juga yang belum memadai.
Jalan terlihat bersih,
fasilitas umum cukup memadai, masjid, sekolah. Kehidupan antar tetangga
terjalin akrab dan saling mengunjungi.
i.
Mobilitas geografi keluarga
Menurut Ny.N awalnya ia
tinggal di Bandung bersama keluarga besarnya. Setelah Tn.N mendapatkan
pekerjaan di Bekasi, Tn.N beserta keluarga pindah ke ruma yang sekarang
ditempati selama kurang lebih 2 tahun.
j.
Perkumpulan keluarga dan interaksi
dengan masyarakat
Tn.N tidak terlalu
aktif di kegiatan masyarakat karena Tn.N harus bekerja dari pagi hari berangkat
pukul 07.00 WIB sampai sore pukul 18.00 WIB, mulai senin sampai sabtu minggu
libur. Tempat kerja Tn.N masih di area Bekasi,Sedangkan Ny.N harus mengurus
anaknya yang ketiga yaitu An.D yang masih suka rewel.
k. Sistem
pedukung keluarga
Dalam informal, menurut
Ny.N jika keluarga mengalami kesulitan akan dibantu oleh saudara-saudaranya dan
tetangga sebelah umah yaitu istri Tn.D, kalau anaknya sakit selalu ada sodara
atau tetangga samping rumah yang membantu
Dalam formal, keluarga
Tn.N mempunyai kartu BPJS dalam memenuhi kebutuhan kesehatannya, meski jarang
digunakan. Keluarga Tn.N pun jarang mengunjungi fasilitas kesehatan yang
tersedia.
3.
Struktur kelurga
a. Pola
komunikasi keluarga
Dalam keluarga
komunikasi sering terbuka dan berdiskusi jika ada masalah. Pengambilan
keputusan didahului dengan cara diskusi. Komunikasi dengan keluarga lainnya
cukup baik. Pola komunikasi keluarga tidak melibatkan emosi dalam penyampaian
pesan.
b. Struktur
kekuatan keluarga
Antar anggota keluarga
saling menghormati dan mendukung satu sama lainnya. Walaupun yang mengambil
keputusan adalah Tn.N akan tetapi yang mengatur keadaan dan keuangan keluarga
adalah Ny.N.
c. Struktur
peran
Tn.N adalah kepala
keluarga yang bertugas sebagai pendidik, pengasuh, dan pencari nafkah.
Ny.N adalah ibu rumah
tangga, yang mengatur keadaan rumah, keuangan dan mendidik anak-anaknya juga.
d. Nilai
dan norma budaya
Ny.N mengatakan, mengajarkan
anak-anaknya untuk selalu taat beribadah sesuai dengan agama yang mereka anut
yaitu agama islam. Sedangkan nilai dan norma tidak bertentangan dengan
kesehatan.
4.
Fungsi keluarga
a. Fungsi
afektif
Ny.N mengatakan
keluarganya saling menyayangi, mengasihi dan menghargai satu sama lain, baik
dengan anak-anaknya maupun suaminya.
b. Fungsi
sosialisasi
Tn.N dan Ny.N dengan
anak-anaknya selalu bersosialisasi dengan baik, tidak ada penympangan dengan
budaya dan agama dan keluarga mempunyai prinsip selalu menghormati yang lebih
tua.
c. fungsi
reproduksi
Tn.N dan Ny.N mempunyai tiga orang
anak, riwayat persalinan pada anak ketiga yaitu An.D persalinan dengan normal
di rumah sakit didaerah Bandung. Ny.N menggunakan alat kontrasepsi KB pil 1
bulan, Ny.N mengatakan selama masa kehamilan dahulu tidak ada masalah.
5.
Stres dan koping keluarga
a. Stres
jangka pendek
Ny.N mengakui sering
kambuh darah tingginya dan sekarang sedang meningkat tekanan darahnya serta mengeluh
sering pusing, Ny.N berharap supaya cepat sembuh.
b. Stres
jangka panjang
Ny.N mengakui dan
berharap penyakit darah tinggi nya cepet sembuh, Ny.N pun memikirkan keuangan
yang kedepan untuk anak-anaknya.
c. Kemampuan
keluarga berespon terhadap masalah
Jika ada masalah dalam
keluarga, Tn.N akan berdiskusi dengan anggota keluarganya. Apabila perlu
keluarga Tn.N melibatkan saudara-saudaranya untuk menyelesaikan masalah.
d. Strategi
koping yang digunakan
Keluarga Tn.N
mengatakan, jika ada masalah selalu mendiskusikan dengan anggota keluarganya
sehingga masukan-masukan dapat menyelesaikan masalah.
e. Strategi
adaptasi fungsional
Dari hasil pengkajian,
tidak didapatkan adanya cara-cara keluarga mengatasi masalah dengan cara
maladaptif.
f. Pemeriksaan
fisik
1) Tn.N
umur 41 tahun
TTD: 110/80 mmHg, N:
80x/menit, RR: 18x/menit, S: 36.5 C, TB: 167cm, BB: 76kg. Kepala/rambut: kulit
kepala bersih, rambut pendek, tidak beruban dan tidak rontok. Mata: kelopak
mata normal, tidak ada peradangan, konjungtiva anemis, pupil bulat isokor,
tidak menggunakan kaca mata. Telinga: pendengaran baik, tinitus tidak ada,
tidak ada serumen, purulen tidak ada, tidak ada nyeri bila digerakan. Hidung:
tidak ada kelainan bentuk, tidak tersumbat, tidak ada secret. Mulut: gigi tidak
karies, gigi bersih, gosok gigi 2 kali sehari. Leher: tidak terdapat tonjolan,
dan kelainan. Dada/thorak: tidak ada pembesaran, tidak ada tumor, bunyi jantung
normal, murmur tidak ada, ronchi tidak ada, wheezing tidak ada. Abdomen: tidak
buncit, permukaan datar, tidak ada asites, perkusi timpani, bising usus
8x/menit, tidak ada mual, kembung dan perih. Ekstermitas bawah: tidak ada odem,
tidak ada kekakuan sendi dan otot. Kulit: warna kuning lansat, tidak ada gatal,
tidak ada luka, tidak ada kelainan. Lain-lain: tidak ada
Kesimpulan: Tn.N tidak
terdapat masalah kesehatan dan tidak ada keluhan.
2) Ny.N
umur 40 tahun
TTD: 140/120 mmHg, N:
80x/menit, RR: 18x/menit, S: 36.5 C, TB: 160cm, BB: 82kg. Kepala/rambut: kulit
kepala bersih, rambut panjang, tidak beruban dan tidak rontok. Mata: kelopak
mata normal, tidak ada peradangan, konjungtiva anemis, pupil bulat isokor,
tidak menggunakan kaca mata. Telinga: pendengaran baik, tinitus tidak ada,
tidak ada serumen, purulen tidak ada, tidak ada nyeri bila digerakan. Hidung:
tidak ada kelainan bentuk, tidak tersumbat, tidak ada secret. Mulut: gigi tidak
karies, gigi bersih, gosok gigi 2 kali sehari. Leher: tidak terdapat tonjolan,
dan kelainan. Dada/thorak: tidak ada pembesaran, tidak ada tumor, bunyi jantung
normal, murmur tidak ada, ronchi tidak ada, wheezing tidak ada. Abdomen: buncit,
tidak ada asites, perkusi timpani, bising usus 10x/menit, tidak ada mual,
kembung dan perih. Ekstermitas bawah: tidak ada odem, tidak ada kekakuan sendi
dan otot. Kulit: warna kuning lansat, tidak ada gatal, tidak ada luka, tidak
ada kelainan. Lain-lain: tidak ada
Kesimpulan: Ny.N
terdapat masalah, Ny.N menderita hipertensi.
3) An.D
umur 16 tahun
TTD: 100/80 mmHg, N:
80x/menit, RR: 18x/menit, S: 36.5 C, TB: 160cm, BB: 75kg. Kepala/rambut: kulit
kepala bersih, rambut pendek, tidak beruban dan tidak rontok. Mata: kelopak
mata normal, tidak ada peradangan, konjungtiva anemis, pupil bulat isokor,
tidak menggunakan kaca mata. Telinga: pendengaran baik, tinitus tidak ada,
tidak ada serumen, purulen tidak ada, tidak ada nyeri bila digerakan. Hidung:
tidak ada kelainan bentuk, tidak tersumbat, tidak ada secret. Mulut: gigi tidak
karies, gigi bersih, gosok gigi 2 kali sehari. Leher: tidak terdapat tonjolan,
dan kelainan. Dada/thorak: tidak ada pembesaran, tidak ada tumor, bunyi jantung
normal, murmur tidak ada, ronchi tidak ada, wheezing tidak ada. Abdomen: tidak
buncit, permukaan datar, tidak ada asites, perkusi timpani, bising usus
8x/menit, tidak ada mual, kembung dan perih. Ekstermitas bawah: tidak ada odem,
tidak ada kekakuan sendi dan otot. Kulit: warna hitam, tidak ada gatal, tidak
ada luka, tidak ada kelainan. Lain-lain: tidak ada
Kesimpulan: An.D tidak
terdapat masalah kesehatan dan tidak ada keluhan.
4) An.N
umur 11 tahun
TTD: 100/80 mmHg, N:
80x/menit, RR: 18x/menit, S: 36.5 C, TB: 110cm, BB: 32kg. Kepala/rambut: kulit
kepala bersih, rambut panjang, tidak beruban dan tidak rontok. Mata: kelopak
mata normal, tidak ada peradangan, konjungtiva anemis, pupil bulat isokor,
tidak menggunakan kaca mata. Telinga: pendengaran baik, tinitus tidak ada,
tidak ada serumen, purulen tidak ada, tidak ada nyeri bila digerakan. Hidung:
tidak ada kelainan bentuk, tidak tersumbat, tidak ada secret. Mulut: gigi tidak
karies, gigi bersih, gosok gigi 2 kali sehari. Leher: tidak terdapat tonjolan,
dan kelainan. Dada/thorak: tidak ada pembesaran, tidak ada tumor, bunyi jantung
normal, murmur tidak ada, ronchi tidak ada, wheezing tidak ada. Abdomen: tidak
buncit, permukaan datar, tidak ada asites, perkusi timpani, bising usus
8x/menit, tidak ada mual, kembung dan perih. Ekstermitas bawah: tidak ada odem,
tidak ada kekakuan sendi dan otot. Kulit: warna kuning lansat, tidak ada gatal,
tidak ada luka, tidak ada kelainan. Lain-lain: tidak ada
Kesimpulan: An.N tidak
terdapat masalah kesehatan dan tidak ada keluhan.
5) An.
D umur 4 tahun
TTD: - mmHg, N:
100x/menit, RR: 18x/menit, S: 36.5 C, TB: 54cm, BB: 25kg. Kepala/rambut: kulit
kepala bersih, rambut pendek, tidak beruban dan tidak rontok. Mata: kelopak
mata normal, tidak ada peradangan, konjungtiva anemis, pupil bulat isokor,
tidak menggunakan kaca mata. Telinga: pendengaran baik, tinitus tidak ada,
tidak ada serumen, purulen tidak ada, tidak ada nyeri bila digerakan. Hidung:
tidak ada kelainan bentuk, tidak tersumbat, tidak ada secret. Mulut: gigi tidak
karies, gigi bersih, gosok gigi 2 kali sehari. Leher: tidak terdapat tonjolan,
dan kelainan. Dada/thorak: tidak ada pembesaran, tidak ada tumor, bunyi jantung
normal, murmur tidak ada, ronchi tidak ada, wheezing tidak ada. Abdomen: tidak
buncit, permukaan datar, tidak ada asites, perkusi timpani, bising usus
8x/menit, tidak ada mual, kembung dan perih. Ekstermitas bawah: tidak ada odem,
tidak ada kekakuan sendi dan otot. Kulit: warna kuning lansat, tidak ada gatal,
tidak ada luka, tidak ada kelainan. Lain-lain: tidak ada
Kesimpulan: An.D tidak
terdapat masalah kesehatan dan tidak ada keluhan.
6.
Harapan keluarga terhadap Asuhan Keperawatan Keluarga
Keluarga
menyatakan merasa senang dengan kehadiran perawat dan berharap dapat membantu
menyelesaikan masalah kesehatan yang dihadapi keluarga saat ini.
7.
Fungsi perawatan kesehatan (penjajakan II)
a. Fungsi
perawatan hipertensi
setelah dilakukan
pengkajian tanggal 30 Mei 2016 pada keluarga Tn.N khusunya Ny.N dengan
Hipertensi;
1) Mengenal
masalah kesehatan hipertensi
Ny.N mengatakan
hipertensi adalah penyakit darah tinggi dan penyakit yang dialaminya adalah
penyakit turun-temuru dari ayahnya dengan gejala tengkuk terkadang nyeri, sakit
kepala, dan susah tidur pada malam hari.
2) Mengambil
keputusan merawat anggota keluarga yang sakit hipertensi
Ny.N mengatakan akibat
dari lanjut hipertensi adalah penyakit ginjal, karena ayah nya Ny.N meninggal
karena penyakit ginjal dari hipertensinya. Hipertensi yang dialami Ny.N hilang
timbul dan bila mengeluh pusing berhari-hari baru berobat ke rumah sakit atau
beli obat warung dahulu.
3) Kemampuan
keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
Ny.N mengatakan selalu
menyediakan makanan yang cukup mengandung gizi, seperti sayur-sayuran,
lauk-pauk, dan Ny.N sering komsumsi mentimun supaya menurunkan darah tinggi jika
Ny.N pusing hanya dibawa istirahat atau membeli obat warung, jika Ny.N
merasakan sakit kepala yang hebat baru pergi kerumah sakit untuk berobat.
4) Kemampuan
keluarga memodifikasi lingkungan
Ny.N mengatakan tidak
mengetahui cara memodifikasi lingkungan penderita hipertensi. Saat pengkajian,
keluarga tampak aktif dan kooperatif mendengarkan penjelasan dari perawat,
5) Pemanfaatan
pelayanan kesehatan
Keluarga Tn.N khususnya
Ny.N mengetaui fasilitas kesehatan yang ada, jika Ny.N merasa pusing yang hebat
segera pergi ke rumah sakit atau klinik, keluarga Tn.N memanfaatkan fasiltas
kesehatan yang ada dan juga fasilitas kesehatan terjangkau oleh keluarga dengan
kendaraan bermotor.
b. Masalah
kesehatan asam urat
1) kemampuan
keluarga dalam mengenal asam urat
Ny.N mengatakan asam
urat adalah nyeri pada sendi, dan penyebab dari penyakit asam urat tersebut
Ny.N tidak mengetahuinya, tanda dan gejala dari asam urat adalah nyeri pada
sendi.
2) Kemampuan
keluarga dalam mengambil keputusan
Ny.N mengatakan
penyakit asam urat yang dialaminya tidak terlalu parah sehingga belum perlu
dibawa ke rumah sakit, apabila sudah parah baru dibawa ke rumah sakit atau
klinik.
3) Kemampuan
keluarga merawat anggota keluarga dengan asam urat
Ny.N mengatakan
sebelumnya tidak mengetahui punya penyakit asam urat atau tidak, Ny.N baru
mengetahui ketika baru dicek sekarang dan bila nyeri sendi hanya mengunakan
balsem atau salonpas saja.
4) Kemampuan
keluarga dalam memodifikasi lingkungan
Ny.N mengatakan tidak
mengetahui cara memodifikasi lingkungan bagi pendeita asam urat. Saat
pengkajian, keluarga tampak aktif dan kooperatif mendengarkan penjelasan dari
perawat.
5) Kemampuan
keluarga dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan
Ny.N mengatakan kakinya
sakit dan dirasakannya tidak terlalu parah tidak harus berobat ke rumah sakit
atau klinik, hanya menggunakan balsem atau salonpas.
8.
Analisa data
No
|
Data
|
Diagnosa
|
1.
|
Data
subjektif :
Ø Ny.N
mengatakan penyakit hipertensinya sering hilang timbul dan
sejak 4 tahun
Ø Ny.N
mengatakan hipertensi adalah penyakit darah tinggi dan penyakit ang
dideritanya adalah penyakit keturunan dari ayahnya
Ø Ny.N
mengatakan terkadang nyeri tengkuk
Ø Ny.N
mengatakan sering sakit kepala
Ø Ny.N
mengatakan susah tidur kalau malam hari
Ø Ny.N
mengaatakan bila mengeluh berhari-hari
baru ke rumah sakit atau beli obat warung terlebih dahulu
Ø Ny.N
mengatakan tidak tahu cara memodifikasi lingkungan penderita hipertensi
Data
objektif :
Ø Keluarga
tampak koperatif
Ø Ny.N
kesadaran compos mentis TD: 140/120 mmHg, N: 90x/menit, S: 36,5 derajat
celcius, RR: 20x/menit
|
Resiko terhadap penurunan curah
jantung pada keluarga Tn.N khususnya Ny.N berhubungan dengan ketidak mampuan
keluarga merawat anggota keluarga dengan hipertensi
|
2.
|
Data
subjektif :
Ø Ny.N
mengatakan masih suka mengkomsumsi makanan seperti sayur bayam, kangkung,
jeroan, dan kacang-kacangan
Ø Ny.N
mengatakan tidak mengetahui tentang apa itu asam urat
Ø Ny.N
mengatakan tidak mengetahui cara dan perawatan asam urat
Ø Ny.N
mengatakan tidak tahu cara memodifikasi lingkungan penderita asam urat
Data
objektif :
Ø Skala
nyeri ekstermitas bawah nyeri sedang dengan skala 5
Ø Karakteristik
nyeri seperti ditusuk-tusuk
Ø Nialai
asam urat 7,5 mm/dl
|
Nyeri pada keluarga Tn.N khususnya Ny.N
berhubungan dengan ketidakmampuan keluaraga mengenal masalah kesehatan asam
urat
|
B. Diagnosa
keperawatan
a. Resiko
terhadap penurunan curah jantung pada keluarga Tn.N khususnya Ny.N berhubungan
dengan ketidakmampuan kelurga merawat anggota keluarga dengan hipertensi.
No
|
Kriteria
|
Skor
|
Bobot
|
Nilai
|
Pembenaran
|
1.
|
Sifat masalah:
Ancaman kesehatan
|
2
|
1
|
2/3x1=2/3
|
Penurunan curah jantung belum terjadi,
hipertensi yang dialami hilang timbul dan belum dilakukan tindakan apapun,
nyeri tengkuk, sakit kepala dan susah tidur pada malam hari yang dirasakan.
Jika tidak segera ditangani akan menimbulkan masalah yang lebih berat
|
2.
|
Kemungkinan masalah dapat diubah:
Mudah
|
2
|
2
|
2/2x2=2
|
Sumber dana pengobatan Ny.N pribadi.
Jarak fasilitas kesehatan bisa dijangkau dengan kendaraan bermotor, keluarga
memiliki kemampuan untuk merawat dan mengerti sedikit tentang hipertensi
|
3.
|
Potensi masalah untuk dicegah:
Cukup
|
2
|
1
|
2/3x 1=2/3
|
Hipertensi Ny.N hilang timbul dan
berlangsung lama sejak 4 tahun. Meski nilai tekanan darah dalam kategori
hipertensi, namun faktor keturunan dan usia dapat mempengaruhi keberhasilan
pengobatan. kelurga memiliki motivasi untuk merawat
|
4.
|
Menonjolnya masalah :
Masalah dirasakan tetapi tidak perlu
segera ditangani
|
1
|
1
|
½ x 1= ½
|
Masalah kesehatan Ny.N yaitu
hipertensi dirasakan tetapi keluarga merasa tidak perlu segera ditangani
karena belum dirasakan berhari-hari
|
|
Total skore
|
|
|
3 5/6
|
|
b. Nyeri
pada keluarga n.N khususnya Ny.N berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga
mengenal masalah kesehatan asam urat.
No
|
Kriteria
|
Skor
|
Bobot
|
Nilai
|
Pembenaran
|
|
1.
|
Sifat masalah:
Tidak atau kurang
sehat
|
3
|
1
|
3/3 x 1= 1
|
Ancaman kesehatan
karena Ny.N mengeluh nyeri pada sendi kaki, skala nyeri sedang dengan skala
5, karakteristik seperti ditusuk-tusuk
|
|
2.
|
Kemungkinan masalah
dapat diubah:
Sebagian
|
1
|
2
|
½ x 1 = 1
|
Sebagian karena Ny.N
tampak ingin sembuh dan mau mengetahui cara mengatasi asam urat dan Ny.N
tidak tau tentang asam urat dan komplikasi dari asam urat.
|
|
3.
|
Potensi masalah untuk
dicegah:
Rendah
|
1
|
1
|
1/3x1= 1/3
|
Potensi masalah untuk
dicegah rendah karena Ny.N tidak tahu tentang makanan pantangan untuk asam
urat
|
|
4.
|
Menonjonya masalah :
Harus segera
ditangani
|
2
|
1
|
2/2 x 1 = 1
|
Harus segera
ditangani karena kadar asam urat Ny.N sudah tinggi.
|
|
|
Total skore
|
|
|
3 1/3
|
|
|
C. Daftar
diagnosa bedasarkan prioritas
a. Resiko
terhadap penurunan curah jantung pada keluarga Tn.N khususnya Ny.N berhubungan
dengan ketidakmampuan kelurga merawat anggota keluarga dengan hipertensi, skor
3 5/6.
b. Nyeri
pada keluarga Tn.N khususnya Ny.N berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga
mengenal masalah kesehatan asam urat, 3 1/3.
D. Perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi keperawatan
Pada bagian ini akan diuraikan secara sistematis
mengenai perencanaan, tindakan keperawatan, dan evaluasi dari masing-masing
tujuan khusus, sebagai berikut :
1. Diagnosa keperawatan I
Resiko
terhadap penurunan curah jantung pada keluarga Tn.N khususnya Ny.N berhubungan
dengan ketidakmampuan kelurga merawat anggota keluarga dengan hipertensi.
Tujuan
umum :
Setelah
dilakukan 4 kali kunjungan rumah, penurunan curah jantung tidak terjadi pada
keluarga Tn.N khususnya Ny.N.
Tujuan
khusus I :
Setelah
mengikuti kegiatan penyuluhan 1 kali pertemuan, keluarga Tn.N khususnya Ny.N
dapat menjelaskan kembali tentang:
a.
Pengertian hipertensi
b.
Penyebab dari hipertensi
c.
Tanda dan gejala dari hipertensi
Kriteria
:
Respon verbal
Standar
: Hipertensi
adalah tingginya tekanan darah dimana tekanan diatasnya lebih dari 140 mmHg dan
bawahnya diatas 90 mmHg. Menyebutkan 3 dari 11 penyebab penyakit hipertensi
yaitu faktor penyakit, faktor genetik, faktor usia, faktor gender, kurang
gerak, asupan garam berlebih, obesitas, kurang tidur, makanan berlemak, gaya
hidup tidak sehat, stres. Menyebutkan 3 dari 10 tanda dan gejala hipertensi yaitu
sakit kepala bagian tengkuk, perasaan ingin muntah, mudah lelah atau letih,
gelisah dan gugup, sesak nafas, sulit tidur, keluar keringat berlebih,
mengalami penurunan kesadaran, gemetar, pandangan kabur.
Perencanaan
:
a.
Diskusikan bersama keluarga pengertian
hipertensi dengan menggunakan lembar balik.
b.
Tanyakan kembali kepada keluarga tentang
pengertian hipertensi.
c.
Berikan reinforcemen positif atas usaha
yang dilakukan keluarga.
d.
Diskusikan bersama keluarga penyebab
hipertensi dengan menggunakan lembar balik.
e.
Motivasi keluarga untuk menyebutkan
kembali penyebab hipertensi.
f.
Berikan reinforcemen positif atas usaha
yang dilakukan keluarga.
g.
Diskusikan bersama keluarga tentang
tanda dan gejala hipertensi dengan menggunakan lembar balik.
h.
Motivasi keluarga untuk menyebutkan
kembali tanda dan gejala hipertensi.
i.
Berikan reinforcemen positif atas usaha
yang dilakukan keluarga.
Pelaksanaan
tindakan keperawatan tanggal 30 Mei 2016 pukul 09.30 WIB
TUK I :
a.
Mengucapkan salam.
Respon
: keluarga menjawab salam
b.
Mendiskusikan bersama keluarga
pengertian hipertensi dengan menggunakan lembar balik.
Respon
: keluarga menyimak penjelasan dari perawat dan aktif berdiskusi.
c.
Menanyakan kembali kepada keluarga
tentang pengertian hipertensi.
Respon
: keluarga dapat menyebutkan kembali pengertian hipertensi.
d.
Memberikan reinforcemen positif atas
usaha yang dilakukan keluarga.
Respon
: keluarga tampak senang mendapatkan pujian dari perawat.
e.
Mendiskusikan bersama keluarga penyebab
hipertensi dengan menggunakan lembar balik.
Respon
: keluarga tampak aktif berdiskusi dengan perawat.
f.
Memotivasi keluarga untuk menyebutkan
kembali penyebab hipertensi.
Respon
: keluarga termotivasi untuk menyebutkan kembali penyebab hipertensi.
g.
Memberikan reinforcemen positif atas
usaha yang dilakukan keluarga.
Respon
: keluarga tampak senang mendapatkan pujian dari perawat.
h.
Mendiskusikan bersama keluarga tentang
tanda dan gejala hipertensi dengan menggunakan lembar balik.
Respon
: keluarga tampak aktif berdiskusi dengan perawat.
i.
Memotivasi keluarga untuk menyebutkan
kembali tanda dan gejala hipertensi.
Respon
: keluarga termotivasi untuk menyebutkan kembali tanda dan gejala hipertensi.
j.
Memberikan reinforcemen positif atas
usaha yang dilakukan keluarga.
Respon
: keluarga tampak senang mendapatkan pujian dari perawat.
Evaluasi keperawatan tanggal 30 Mei
2016 pukul 09.50 WIB.
Evaluasi
subjektif :
a.
Keluarga menjawab salam
b.
Ny.N menyetujui pertemuan saat ini
selama kurang lebih 20 menit.
c.
Ny.N mengatakan penyakit hipertensi
adalah penyakit darah tinggi yang melebihi batas normal yaitu 140/90 mmHg.
d.
Ny.N mengatakan penyebab hipertensi
adalah komsumsi garam berlebih, keturunan dan stres.
e.
Ny.N mengatakan tanda dan gejala
hipertensi adalah sakit kepala, mata kunang-kunang, mudah lelah.
f.
Ny.N mengatakan sering mengeluh sakit
kepala bila tekanan darahnya meningkat.
Evaluasi
objektif :
a.
Ny.N tampak menyetujui kontrak.
b.
Ny.N tampak aktif dan menyimak
penjelasan yang diberikan.
c.
Ny.N tampak menyebutkan pengertian
hipertensi.
d.
Ny.N tampak menyebutkan 3 dari 11
penyebab hipertensi.
e.
Ny.N tampak menyebutkan 3 dari 10 tanda
dan gejala hipertensi.
Analisa data : TUK I tercapai
Planing : Lanjutkan TUK II
Tujuan
khusus II
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan 1
kali pertemuan, keluarga Tn.N khususnya Ny.N mampu mengambil keputusan untuk merawat
anggota keluarga yang menderita hipertensi dengan cara :
a.
Menyebutkan akibat lanjut tidak diobati
hipertensi.
b.
memutuskan merawat anggota keluarga yang
menderita hipertensi.
Kriteria : Respon
verbal
Standar :
Menyebutkan 2 dari 4 akibat lanjut tidak diobatinya hipertensi yaitu stroke,
penyakit jantung, gagal ginjal dan kerusakan otak. Keluarga memutuskan untuk
merawat anggota keluarga dengan hipertensi, dengan ini rajin kontrol kepetugas
kesehatan.
Perencanaan :
a.
Jelaskan pada keluarga akibat lanjut dari
hipertensi bila tidak diobati menggunakan lembar balik.
b.
Motivasi keluarga untuk menyebutkan
kembali akibat lanjut dari hipertensi
bila tidak diobati.
c.
Berikan reinforcemen positif atas usaha
yang dilakukan keluarga.
d.
Diskusikan kembali tentang keinginan
keluarga untuk merawata anggota keluarga dengan hipertensi.
e.
Berikan reinforcemen positif atas usaha
yang dilakukan keluarga.
Pelaksanaan tindakan keperawatan
tanggal 30 Mei 2016 pukul 09.30 WIB.
TUK
II :
a.
Menjelaskan pada keluarga akibat lanjut
dari hipertensi bila tidak diobati.
Respon
: keluarga tampak mendengarkan penjelasan dari perawat.
b.
Memotivasi keluarga untuk menyebutkan
kembali akibat lanjut dari hipertensi
bila tidak diobati.
Respon
: keluarga termotivasi dan menyebutkan kembali akibat lanjut hipertensi bila
tidak diobati.
c.
Memberikan reinforcemen positif atas
usaha yang dilakukan keluarga.
Respon
: keluarga tampak senang mendapat pujian dari perawat.
d.
Mendiskusikan kembali tentang keinginan
keluarga untuk merawata anggota keluarga dengan hipertensi.
Respon
: keluarga mendengarkan penjelasan dan aktif berdiskusi.
e.
Memberikan reinforcemen positif atas
usaha yang dilakukan keluarga.
Respon
: keluarga tampak senang mendapat pujian dari perawat.
Evaluasi keperawatan tanggal 30 Mei
2016 pukul 09.50 WIB.
Evaluasi
subjektif :
a.
Ny.N mengatakan akibat lanjut hipertensi
yang tidak diobati adalah stroke dan gagal ginjal.
b.
Ny.N bertanya bagaimana cara merawat
dengan hipertensi.
c.
Ny.N mengatakan akan rajin kontrol ke
tenaga kesehatan terdekat.
Evaluasi
objektif :
a.
Keluarga tampak mendengarkan penjelasan
yang diberikan.
b.
Ny.N tampak kooperatif dan aktif saat
berdiskusi.
Analisa
data : TUK II tercapai.
Planing
: Lanjutkan TUK III.
Tujuan khusus III :
Setelah
mengikuti kegiatan penyuluhan 1 kali pertemuan, keluarga Tn.N khususnya Ny.N
mampu mengetahui cara perawatan hipertensi dirumah dengan cara:
a.
Menyebutkan cara perawatan hipertensi
dirumah.
b.
menyebutkan macam-macam buah-buahan
penurun hipertensi.
c.
Membuat obat tradisional untuk
hipertensi.
d.
Keluarga akan memberikan cara pengobatan
tradisional herbal pada anggota keluarga yang sakit.
Kriteria : Respon
verbal, afektif, dan psikomotor.
Standar : Menyebutkan
3 dari 5 cara perawatan hipertensi dirumah yaitu istirahat teratur atau kontrol
stress, olahraga teratur, memberikan obat tradisional, memeriksakan anggota
keluarga yang sakit bila tidak bisa ditangani dirumah, mematuhi diit yang
dianjurkan (rendah garam,rendah kolesterol). Menyebutkan 3 dari 6 macam-macam
buah penurun hipertensi yaitu buah beri, jeruk, mengkudu, mentimun, belewah,
tomat. Keluarga mendemontrasikan ulang pembuatan obat tradisional herbal dengan
mentimun parut dan akan memberikan cara pengobatan tradisional herbal ini pada
anggota keluarga yang sakit. Pada kunjungan tak terencana, keluarga membuat
obat tradisional untuk hipertensi.
Perencanaan :
a.
Diskusikan bersama keluarga cara
perawatan hipertensi dirumah.
b.
Motivasi keluarga untuk menyebutkan
kembali cara perawatan hipertensi dirumah.
c.
Berikan reinforcemen positif atas usaha
yang dilakukan keluarga.
d.
Diskusikan bersama keluarga macam-macam
buah penurun hipertensi.
e.
Motivasi keluarga untuk menyebutkan
kembali macam-macam buah penurun hipertensi.
f.
Berikan reinforcemen positif atas usaha
yang dilakukan keluarga.
g.
Demontrasikan kepada keluarga cara
pembuatan obat tradisional herbal dengan mentimun parut untuk hipertensi.
h.
Berikesempatan kepada keluarga untuk
membuat obat tradisional yang telah diajarkan.
i.
Berikan reinforcemen positif atas usaha
yang dilakukan keluarga.
j.
Pastikan keluarga akan melakukan
tindakan yang diajarkan bila mengalami hipertensi.
k.
Lakukan kunjungan tidak terencana.
Pelaksanaan
tindakan keperawatan tanggal 10 Juni 2016 pukul 09.30 WIB.
a.
Mendiskusikan bersama keluarga cara
perawatan hipertensi dirumah.
Respon
: keluaga tampak aktif saat berdiskusi
b.
Memotivasi keluarga untuk menyebutkan
kembali cara perawatan hipertensi dirumah.
Respon
: keluarga menyebutkan kembali cara perawatan hipertensi dirumah.
c.
Memberikan reinforcemen positif atas
usaha yang dilakukan keluarga.
Respon
: keluarga tampak senang mendapat pujian dari perawat.
d.
Mendiskusikan bersama keluarga
macam-macam buah penurun hipertensi.
Respon
: keluaga tampak aktif saat berdiskusi
e.
Memotivasi keluarga untuk menyebutkan
kembali macam-macam buah penurun hipertensi.
Respon
: keluarga menyebutkan kembali macam-macam buah penurun hipertensi.
f.
Memberikan reinforcemen positif atas
usaha yang dilakukan keluarga.
Respon
: keluarga tampak senang mendapat pujian dari perawat.
g.
Mendemontrasikan kepada keluarga cara
pembuatan obat tradisional herbal dengan mentimun parut untuk hipertensi.
Respon
: keluarga memperhatikan cara pembuatan obat tradisional.
h.
Memberi kesempatan kepada keluarga untuk
membuat obat tradisional yang telah diajarkan.
Respon
: keluarga memperagakan ulang cara pembuatan obat tradisional dengan baik.
i.
Memberikan reinforcemen positif atas
usaha yang dilakukan keluarga.
Respon
: keluarga tampak senang mendapat pujian dari perawat.
j.
Melakukan kunjungan tidak terencana.
Respon
: Ny.N tampak sering meminum air mentimun.
Evaluasi keperawatan tanggal 10
Juni 2016 pukul 10.00 WIB.
Evaluasi
subjektif :
a.
Ny.N mengatakan cara perawatan
hipertensi dirumah adalah istirahat, olahraga teratur dan minum obat.
b.
Ny.N mengatakan buah-buahan penurun
hipertensi adalah jeruk, mentimun, mengkudu.
c.
Ny.N mengatakan ingin mencoba membuat
obat tradisional.
d.
Ny. N mengatakan membuat obat
tradisional hipertensi dengan menggunakan 2 buah mentimun berukuran sedang dan
kalau yang besar 1, dicuci bersih, diparut, kemudian disaring airnya, lalu
diminum 2 sampai 3 kali sehari.
e.
Ny.N mengatakan akan membuat obat
tradisional mentimun parut jika ada yang menderita hipertensi.
Evaluasi
subektif
a.
Keluarga tampak menyimak penjelasan cara
perawatan hipertensi dirumah.
b.
Ny.N tampak menyebutkan 3 dari 5 cara
perawatan hipertensi dirumah.
c.
Keluarga tampak menyimak penjelasan
tentang macam-macam buah-buahan penurun hipertensi.
d.
Ny.N tampak menyebutkan 3 dari 6
macam-macam buah-buahan penurun hipertensi.
e.
Ny.N tampak memperagakan ulang pembuatan
obat tradisional yaitu mentimun parut.
f.
Pada pukul 18.30 WIB, Ny.N tampak sedang
meminum air mentimun saring yang pertama.
Analisa : TUK III tercapai.
Planning : Lanjutkan TUK IV.
Tujuan
khusus IV :
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan 1
kali pertemuan, keluarga Tn.N khususnya Ny.N mampu memodifikasi lingkungan yang
dapat mencegah hipertensi, dengan cara : menyebutkan cara memodifikasi
lingkungan.
Kriteria
: Respon
verbal dan psikomotor.
Standar
: Keluarga
menyebutkan 2 dari 4 cara memodifikasi lingkungan yang dapat mencegah
hipertensi yaitu menghindari stres, mengurangi komsumsi garam berlebih,
mengurangi komsumsi minuman berkafein dan berakohol.
Perencanaan
:
a.
Diskusikan bersama keluarga cara
memodifiksai lingkungan yang dapat mencegah hipertensi.
b.
Motivasi keluarga untuk menyebutkan
kembali cara memodifikasi lingkungan yang dapat mencegah hipertensi.
c.
Berikan reinforcemen positif atas usaha
yang dilakukan keluarga.
Pelaksanaan
tindakan keperawatan tanggal 11 Juni 2016 pukul 10.00 WIB.
a.
Mendiskusikan bersama keluarga cara
memodifikasi lingkungan yang dapat mencegah hipertensi.
Respon
: keluaga tampak aktif saat berdiskusi
b.
Memotivasi keluarga untuk menyebutkan
kembali cara memodifikasi lingkungan yang dapat mencegah hipertensi.
Respon
: keluarga menyebutkan kembali cara memodifikasi lingkungan yang dapat mencegah
hipertensi.
c.
Memberikan reinforcemen positif atas
usaha yang dilakukan keluarga.
Respon
: keluarga tampak senang mendapat pujian dari perawat.
Evaluasi keperawatan tanggal 11 Juni
2016 pukul 10.20 WIB.
Evaluasi
subjektif :
Ny.N
mengatakan cara memodifikasi lingkungan yang dapat mencegah hipertensi adalah
menghindari stres dan mengkomsumsi garam berlebih.
Evaluasi
objek :
a.
Keluarga tampak mendengarkan penjelasan
yang diberikan.
b.
Ny.N tampak koperatif dan aktif saat
berdiskusi.
Analisa : TUK IV tercapai.
Planing : Lanjutkan TUK V.
Tujuan
Khusus V :
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan 1
kali pertemuan, keluarga Tn.N khususnya Ny.N mampu memanfaatkan pelayanan
kesehatan dengan cara:
a.
Menyebutkan fasilitas kesehatan yang
dapat dikunjungi.
b.
Menyebutkan manfaat kunjungan ke
fasilitas kesehatan.
c.
Memanfaatkan pelayanan kesehatan dalam
merawat penyakit hipertensi.
Kriteria
: Respon
verbal dan psikomotor.
Standar
: Keluarga
dapat menyebutkan jenis fasilitas kesehatan yang dapat dikunjungi yaitu
Puskesmas, klinik dan Rumah Sakit. Manfaat mengunjungi tempat-tempat fasilitas
kesehatan yaitu mendapat pelayanan kesehatan hipertensi, mendapat penyuluhan
kesehatan tentang hipertensi. Keluarga akan membawa anggota keluarga yang sakit
ke tempat-tempat fasilitas kesehatan.
Perencanaan
:
a.
Diskusikan bersama keluarga jenis
fasilitas kesehatan yang dapat dikunjungi.
b.
Motivasi keluarga untuk menyebutkan
kembali cara jenis fasilitas kesehatan yang dapat dikunjungi.
c.
Berikan reinforcemen positif atas usaha
yang dilakukan keluarga.
d.
Diskusikan bersama keluarga mengenai
manfaat pelayanan kesehatan.
e.
Motivasi keluarga untuk menyebutkan
kembali manfaat kesehatan.
f.
Berikan reinforcemen positif atas usaha
yang dilakukan keluarga.
g.
Diskusikan tempat pelayanan yang tepat
untuk keluarga.
h.
Motivasi keluarga untuk membawa anggota
keluarga yang sakit ke fasilitas kesehatan.
i.
Berikan reinforcemen positif atas usaha
yang dilakukan keluarga.
Pelaksanaan tindakan keperawatan
tanggal 12 Juni 2016 pukul 10.00 WIB.
a.
Mendiskusikan bersama keluarga jenis
fasilitas kesehatan yang dapat dikunjungi.
Respon
: keluaga tampak aktif saat berdiskusi
b.
Memotivasi keluarga untuk menyebutkan
kembali jenis fasilitas kesehatan yang dapat dikunjungi.
Respon
: keluarga menyebutkan kembali jenis fasilitas kesehatan yang dapat dikunjungi.
c.
Memberikan reinforcemen positif atas
usaha yang dilakukan keluarga.
Respon
: keluarga tampak senang mendapat pujian dari perawat.
d.
Mendiskusikan dengan keluarga mengenai
manfaat pelayanan kesehatan.
Respon
: keluarga aktif berdiskusi.
e.
Motivasi keluarga untuk menyebutkan
kembali manfaat pelayanan kesehatan.
Respon
: keluarga menyebutkan kembali manfaat pelayanan kesehatan.
f.
Mendiskusikan tempat pelayanan kesehatan
yang tepat untuk keluarga.
Respon
: keluarga aktif berdiskusi
g.
Memotivasi keluarga untuk membawa
anggota keluarga yang sakit ke fasilitas kesehatan.
Respon
: keluarga mengatakan akan membawa Ny.N ke klinik.
h.
Memberikan reinforcemen positif atas
usaha yang dilakukan keluarga.
Respon
: keluarga tampak senang mendapat pujian dari perawat.
Evaluasi kperawatan tanggal 12 Juni
2016 pukul 11.40 WIB.
Evaluasi
subjektif :
a.
Ny. N mengatakan tempat pelayanan
keseatan yang bisa dikunjungi adalah puskesmas atau klinik.
b.
Ny.N mengatakan manfaat tempat pelayanan
kesehatan adalah dapat mengobati hipertensi yang dialami Ny.N.
c.
Ny. mengatakan akan berobat ke klinik
besok sore.
Evaluasi
objektif :
a.
Keluarga tampak aktif dan kooperatif
berdiskusi dengan perawat.
b.
Ny.N tampak dapat menyebutkan tempat
pelayanan kesehatan yang dapat dikunjungi.
c.
Ny.N tampak dapat menyebutkan manfaat
dari pelayanan kesehatan.
d.
Ny.N mempunyai keinginan untuk berobat
ke klinik.
e.
pada tanggal 13 Juni 2016 Ny.N berobat
ke klinik.
Analisa : TUK V tercapai.
Planing : Masalah teratasi pertahankan intervensi.
BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam
bab ini penulis akan membahas mengenai kesenjangan antara teori dan kasus,
yaitu dengan membandingkan dan mengemukakan alasannya termasuk faktor pendukung
dan penghambat dalam memberikan asuhan keperawatan pada Ny.N dengan masalah
kesehatan utama yaitu hipertensi. Pembahasanan ini sesuai dengan tahap proses
keperawatan keluarga dimulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
A. Pengkajian
Tujuan dari pengkajian
adalah untuk mengumpulkan data klien sehingga diketahui masalah kesehatan yang
terjadi pada Ny.N. Pada saat pengkajian diperoleh data melalui observasi,
pengukuran, pemeriksaan fisik, dan wawancara, yang meliputi data dasar
keluarga, lingkungan, struktur keluarga, fungsi keluarga, stress dan koping
keluarga, harapan keluarga terhadap asuhan keperawatan keluarga dan fungsi
perawat kesehatan.
Pada penjajakan tahap
pertama, data penulis dapatkan sebagai berikut : komposisi keluarga berjumlah
lima orang yang terdiri dari ayah, ibu dan tiga orang anak yang merupakan ciri
keluarga inti (muclear family) bedasarkan
teori. Tingkat pendidikan kepala kelurga SMA, anggota keluarga yaitu Ny.N SMA
dan anak-anaknya masih sekolah An.D SMK, An.N SD dan An.D belum sekolah. Hal
ini penulis memberikan informasi ringan dengan bahasa yang mudah dimengerti
terkait masalah kesehatan yang dihadapi.
Untuk status ekonomi,
penghasilan yang didapat Tn.N mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari dan Tn.N
juga memiliki tabungan keluarga walaupun sedikit.
Pada tahap perkembangan
keluarga Tn.N termasuk keluarga dengan
anak usia remaja, dimana An.D kini berusisia 16 tahun, dengan tugas
perkembangan yang disesuaikan dengan teori yaitu; memberikan perhatian lebih
dari orang tua kepada anak usia remaja, mendiskusikan kegiatan didalam dan
diluar sekolah, memberikan kebebasan dalam batasan tanggung jawab dan
mempertahankan komunikasi dua arah.
penulis mendapati tidak
ada kesenjangan antara teori dengan data tugas perkembangan yang ada dimana
An.D sudah mulai bertanggung jawab dengan kebebasan yang diberikan oleh orang
tuanya, mendiskusikan kegiatan didalam dan diluar sekolah, dan sebagai orang
tuanya Tn.N dan Ny.N memberikan perhatian lebih pada An.D dan mempertahankan
komunikasi dua arah.
Dari data riwat
keluarga, dari pihak keluarga Ny.N terdapat penyakit keturunan hipertensi, dan
ini merupakan faktor penghambat tingkat keberhasilan asuhan keperawatan
keluarga. Hal ini disiasati penulis dengan memberikan pendidikan kesehatan
terkait masalah kesehatan yang dialami.
pada pengkajian lingkungan
pada keluarga Tn.N, data yang dikaji disesuaikan dengan konsep teori serta
format keluarga yang penulis dapatkan, dan data lingkungan ini penulis menilai
menjadi faktor pendukung dimana karakteristik komunitas sangat kental rasa
kekeluargaannya, fasilitas kesehatan yang terjangkau, begitu pula untuk sistem
pendukung keluarga baik formal, yaitu fasilitas puskesmas bagi Ny.N , maupun
informal dengan biaya pribadi dan saudara Tn.N.
Untuk struktur
keluarga, pola komunikasi baik. Tidak terdapat kesenjangan karena seluru
anggota keluarga Tn.N berperan dengan fungsinya masing-masing dalam keluarga.
Untuk fungsi keluarga
Tn.N, penulis mencantumkan tahap-tahap sesuai teori yaitu menurut Friedman
(2002), dimulai dengan fungsi afektif yaitu, perlindungan psikolosgis, rasa
aman, interaksi, mendewasakan, mengenal indentitas individu. pada fungsi
efektif, Tn.N selalu mengingatkan An.D bila tidak bersekolah atau tidak shalat.
ini menjadi faktor pendukung dalam pemberian asuhan keperawatan keluarga. Untuk
funsi sosial tidak ada kesenjangan. Dalam faktor budaya, tidak ada faktor yang
bertentangan dengan kesehatan.
stress jangka pendek
yang dirasakan keluarga Ny.N mengakui sering kambuh darah tingginya dan
sekarang sedang meningkat tekanan darahnya serta mengeluh sering pusing, Ny.N
berharap supaya cepat sembuh. Stress jangka panjang, Ny.N mengakui dan berharap
penyakit darah tinggi nya cepet sembuh, Ny.N pun memikirkan keuangan yang
kedepan untuk anak-anaknya.
Pada pemeriksaan fisik
dikeluarga Tn.N ditemukan Ny.N kurang sehat. penulis menilai bedasarkan data
yang didapat dari pernyataan Ny.N sendiri yaitu, tekanan darah 140/120 mmHg, Ny.N
mengatakan sering pusing dan terdapat riwayat penyakit keturunan dari keluarga
yaitu hipertensi. Penulis mendapatkan keterangan dari keluarga bahwa keluarga
sudah memanfaatkan fasilitas kesehatan meskipun jarang.
Pada penjajakan tahap
kedua meliputi ketidak mampuan keluarga mengenal masalah kesehatan, ketidak
mampuan keluarga mengambil keputusan, ketidak mampuan keluarga merawat anggota keluarga
yang sakit, ketidak mampuan keluarga memodifikasi lingkungan dan ketidak
mampuan keluarga memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada.
Saat wawancara tentang
penyakit hipertensi, Ny.N mengatakan adalah penyakit darah tinggi, penyebabnya
adalah banyak komsumsi yang asin-asin, dengan gejala pusing, dan penanganannya
dengan istirahat teratur. Ny.N mengatakan akibat lanjut hipertensi adalah
stroke. Cara perawatan dirumah keluarga tidak tahu banyak, begitu pula cara
memodifikasi lingkungan dengan hipertensi. Keluarga pun jarang memanfaatkan
fasilitas kesehatan yang ada dilingkungannya. Untuk penyebab hipertensi pada
Ny.N yaitu faktor keturunan dan usia.
Selama proses
pengkajian ini, penulis melakukan kunjungan rumah berkala, sehingga akan
melancarkan asuhan keperawatan yang diberikan. Keluarga sangat koperatif dalam
menjawab semua pertanyaan, dan hal ini penulis rasakan sebagai faktor pendukung
. Namun ada faktor penghambat karena keluarga tidak dapat hadir semua saat mengkaji
karena harus berkerja dan bersekolah. Hal ini penulis siasati dengan melakukan
pengkajian pada malam hari, sehingga semua anggota keluarga dapat berkumpul
semua dirumah.
B. Diagnosa
keperawatan
Dari masalah yang
ditemukan, didasarkan pada tipologi diagnosa keperawatan keluarga, penulis
mendapatkan dua diagnosa pada keluarga Tn.N khusus nya Ny.N diagnosa resiko
tersebut yaitu; Resiko terhadap penurunan curah jantung pada keluarga Tn.N
khususnya Ny.N berhubungan dengan ketidakmampuan kelurga merawat anggota
keluarga dengan hipertensi, skor 3 5/6. Diagnosa kedua yaitu, Nyeri pada
keluarga Tn.N khususnya Ny.N berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga
mengenal masalah kesehatan asam urat, 3 1/3. Diagnosa yang diperioritaskan
bedasarkan teori adalah diagnosa dengan skor tertinggi yaitu; Resiko terhadap
penurunan curah jantung pada keluarga Tn.N khususnya Ny.N berhubungan dengan
ketidakmampuan kelurga merawat anggota keluarga dengan hipertensi, skor 3 5/6.
Dalam penegakan diagnosa,
penulis tidak mengalami hambatan karena data yang didapatkan dapat dianalisa
untuk mengidentifikasi masalah keperawatan keluarga. Keluarga Tn.N pun sangat
kooperatif dalam memberikan informasi terkait masalah kesehatan keluarganya.
C. Perencanaan
Perencanaan disusun
bedasarkan prioritas masalah yang ditemukan melalui penampisan masalah, yang
dilihat dari sifat masalah, kemungkinan masalah dapat diubah, potensi masalah
untuk dicegah dan menonjolnya masalah, resiko penurunan curah jantung menjadi
prioritas utama dalam penyusunan rencana tindakan keperawatan keluarga.
Secara teori, langkah
perencanaan meliputi penentuan sasaran prioritas, kriteria, standar evaluasi
serta menyusun rencana tindakan untuk mengatasi masalah keperawatan yang
ditemukan. Selain itu, dalam menyusun rencana tindakan keperawatan diarahkan
untuk mencapai kemampuan keluarga dalam melaksanakan fungsi keluarga dalam
pemeliharaan kesehatan.
Dalam penyusunan
rencana keperawatan keluarga, penulis sesuaikan dengan sumber daya keluarga.
Intervensi yang dibuat diharapkan dapat mengarahkan perilaku keluarga guna
mencapai keberhasilan intervensi.
D. Pelaksanaan
Secara teori,
implementasi keperawatan keluarga mengacu pada intervensi yang dibuat, dengan
memperhatikan prioritas masalah dan tidak mengabaikan sumber daya keluarga
serta pendokumentasian tindakan. Pada saat implementasi, penulis sesuaikan
dengan intervensi yang dibuat dan bekerja sama dengan keluarga dalam mencapai
tujuan yang diharapkan. TUK 1, TUK 2, TUK 3, TUK 4, dan TUK 5 telah tercapai
pada diagnosa pertama. Upaya penulis untuk mencapai tujuan tersebuat dengan
cara memberikan informasi dan mendemontrasikan pengobatan tradisional serta
menganjurkan hal-hal yang diperbolehkan untuk mengatasi masalah yang dihadapi keluarga.
Pada pelaksanaan
tindakan, penulis sesuaikan dengan sumber daya dan sumber dana yang ada pada
keluarga dan memodifikasi tindakan sesuai kemampuan keluarga agar tidak
menyulitkan. Pada tahap implementasi, penulis lebih banyak memberikan
pendidikan kesehatan tentang hipertensi karena ketidak tahuan keluarga tentang
hipertensi. Oleh sebab itu, penulis sangat berharap petugas puskesmas dapat
memberikan informasi kepada warganya tentang hipertensi secara berkala
mengingat kemampuan kongnitif masyarakat yang berbeda-beda. Pada tahap ini,
penulis mengalami hambatan karena keterbatasan waktu, sehingga diagnosa kedua
tidak dapat dilakukan sehingga memerlukan tindak lanjut dari petugas puskesmas.
E. Evaluasi
Tahap evaluasi digunakan untuk
menilai keberhasilan dengan metode observasi langsung, wawancara, memeriksa
laporan dan stimulasi. Terkait asuhan keperawatan keluarga yang penulis
lakukan, metode evaluasi yang digunakan adalah observasi langsung pada masalah
kesehatan Resiko terhadap penurunan curah jantung pada keluarga Tn.N khususnya
Ny.N berhubungan dengan ketidakmampuan kelurga merawat anggota keluarga dengan
hipertensi. Penulis langsung mengamati melalui observasi dan latihan stimulasi
tentang perawatan hipertensi dirumah dengan membuat obat tradisional. Pada
diagnosa pertama, TUK 1, sampai TUK 5 telah tercapai, serta memerlukan tindak
lanjut oleh petugas kesehatan khususnya pihak puskesmas terkait.
BAB V
PENUTUP
Pada
bab ini penulis akan membuat kesimpulan dan memberikan saran dalam pelaksanaan
asuhan keperawatan keluarga pada keluarga Tn.N khususnya Ny.N dengan hipertensi
di Rt 01 Rw 06 Kelurahan Jatikarya, Kecamatan Jatisampurna, Kota Bekasi.
A. Kesimpulan
Asuhan keperawatan pada
keluarga Tn.N dilaksanakan pada tanggal 30 Mei 2016, dan tidak mengalami
hambatan yang berarti. Bedasarkan Bab IV yaitu pembahasan, penulis dapat
menyimpulkan dalam beberapa hal sebagai berikut;
Dari hasil pengkajian
Ny.N, didapatkan etiologi hipertensi karena faktor usia dan keturunan.
Hipertensi yang terjadi pada Ny.N termasuk dalam klasifikasi tingkat satu. Pada
pengkajian ditemukan masalah yang terjadi pada Ny.N yaitu dengan dua masalah
yang didasarkan pada pemeiksaan fisik, wawancara, dan observasi langsung.
Keluarga sangat koperatif dalam hal ini, sehingga penulis tidak mendapatkan
hambatan dalam pengumpulan data.
Setelah data terkumpul,
ditemukan dua diagnosa keperawatan resiko yaitu; Resiko terhadap penurunan curah jantung pada
keluarga Tn.N khususnya Ny.N berhubungan dengan ketidakmampuan kelurga merawat
anggota keluarga dengan hipertensi, dan Nyeri pada keluarga Tn.N khususnya Ny.N
berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga mengenal masalah kesehatan asam
urat.
Untuk perencanaan
keperawatan keluarga, disusun bersama keluarga dengan memperhatikan sumber daya
keluarga dan perencanaan yang dibuat bedasarkan prioritas masalah yang dihadapi
keluarga. Pada perencanaan, penulis tidak mengalami hambatan karena keluarga sangat
kooperatif.
Pada pelaksanaan
keperawatan keluarga, penulis bekerjasama dengan keluarga dalam mencapai tujuan
yang diharapkan bersama. Untuk mencapai itu semua, penulis memberikan informasi
tentang kesehatan dan memberikan penyuluhan serta demontrasi yang berkaitan
dengan masalah yang dihadapi keluarga. Pada tahap ini, penulis mengalami
hambatan yaitu pelaksanaan diagnosa kedua, tidak dapat melakukan implementasi
karena keterbatasan waktu.
Evaluasi pada masalah
Resiko terhadap penurunan curah jantung pada keluarga Tn.N khususnya Ny.N
berhubungan dengan ketidakmampuan kelurga merawat anggota keluarga dengan
hipertensi, dan Nyeri pada keluarga Tn.N khususnya Ny.N berhubungan dengan
ketidak mampuan keluarga mengenal masalah kesehatan asam urat, tercapai sebagian,
karena tidak mungkin tercapai dalam waktu yang singkat berhubungan dengan
perilaku keluarga. Untuk itu diperlukan kerjasama dengan pihak Puskesmas.
B. Saran
Untuk dapat
meningkatkan asuhan keperawatan keluarga Tn.N dengan anggota keluarga Ny.N yang
mengalami hipertensi, maka pada kesempatan ini penulis merencanakan beberapa
saran.
Dalam memberikan asuhan
keperawatan, setiap perawat keluarga diharapkan terus menggali ilmu pengetahuan
guna memodifikasi tindakan yang diperlukan, didasarkan dan disesuaikan pada
sumber daya keluarga dengan multi kondisi, mengembangkan komunikasi tarapeutik,
dimana dominasi implementasi keperawatan keluarga itu sendiri terletak pada
teknik komunikasi, tetap memperhatikan respon dari keluarga dan memberikan
upaya balik yang positif dengan memberikan pujian supaya apa yang disampaikan
dapat dipahami dan diterima oleh keluarga. Dan yang terpenting, lakukan
pendekatan dengan keluarga secara berkala untuk menimbulkan rasa “trust” demi
kelancaran asuhan keperawatan keluarga. Untuk keluarga Tn.N diharapkan dapat
melakukan perawatan dan tetap memantau anggota keluarga yang sakit setelah
mendapatkan penyuluhan.
Diharapkan petugas Puskesmas,
supaya menindaklanjuti perencanaan yang telah penulis buat dengan melakukan
kunjungan rumah guna melanjutkan implementasi dan mengevaluasi asuhan
keperawatan sesuai diagnosa kedua yang belum tercapai. Pemberian penyuluhan
secara berkala diharapkan dapat dilakukan mengingat kemampuan kongnitif
masyarakat yang berbeda-beda.
DAFTAR PUSTAKA
Sharif La Ode.(2012). Asuhan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta:Nuha Medika.
Mary, Digilio,& Dkk.(2014). Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Rapha Publishing.
Ardiansyah, Muhamad.(2012). Medikal Bedah. Jogjakarta:DIVA Perss.
Mansjoer, Arif, & Dkk(2009). Kapita Selekta Kedokteran.
Jakarta:Media Aesculaplus.
Elizabeth Tara, MD. & Eddy, Soetrisno.(2012) Buku Pintar Terapi Hipertensi.
Jakarta:RESTU AGUNG & TARAMEDIA.
dr.H.Tubagus Erwin Kusuma,Sp.KJ (K). Bebas Hipertensi dengan Self-Hynosis.
Jakarta:NOURA BOOKS.
Dr. Sandra Cabot.(2005) Buku Pintar Terapi Jus. Jakarta:DELAPRASTA Publishing.
Triwinarsih, Indah.(2012). Asuhan Keperawatan Keluarga Ny.N khususnya Ny.A Dengan Hipertensi Di Rt
05 Rw 09 Kelurahan Jatiwarna Kecamatan Pondok Melati Kota Bekasi. Program D
III Akademi Keperawatan Antariksa Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar