Sabtu, 19 Agustus 2017

KARYA TUKIS ILMIAH KEPERAWATAN KOMUNITAS TENTANG HIPERTENSI





KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN.N KHUSUSNYA NY.N DENGAN HIPERTENSI DI RT 01 RW 06 KELURAHAN JATIKARYA KECAMATAN JATISAMPURNA KOTA BEKASI
TAHUN 2016


OLEH :
JONI
NIM. 18131027


AKADEMI KEPERAWATAN ANTARIKSA JAKARTA
2016


LEMBAR PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan keluarga Tn. N Khususnya Ny. N Dengan Hipertensi Di RT 01 RW 06 Kelurahan Jatikarya Kecamatan Jatisampurna Kota Bekasi” telah diterima dan disetujui untuk diujikan pada ujian sidang dihadapan Tim Penguji.


Jakarta, 06 Agustus 2016
Pembimbing Akademik



Maman Setiaman,SKM


Mengetahui,
Direktur Akper Antariksa Jakarta



Drs.H.Daryo,SKM.,M.Kes






LEMBAR PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah dari
Nama               : Joni
NIM                : 18131027
Juduk KTI       :Asuhan Keperawatan Keluarga Tn.N Khususnya Ny. N Dengan  Hipertensi Di RT 01 RW 06 Kelurahan Jatikarya Kecamatan Jatisampurna Kota Bekasi

Tela dipertahankan dihadapan Penguji dalam Sidang Karya Tulis Ilmiah Akademi Keperawatan Antariksa Jakarta.
Hari, tanggal   : Sabtu, 06 Agustus 2016
Bertempat di   : Akademi Keperawatan Antariksa Jakarta

Dan dinnyatakan dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan (A.Md.Kep), di Akademi Keperawatan Antariksa Jakarta.

Penguji I



Maman Setiaman.SKM

Penguji II



Asep Saepuloh.SKM.,M.Kes


KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN.N KHUSUSNYA NY.N DENGAN HIPERTENSI DI RT 01 RW 06 KELURAHAN JATIKARYA KECAMATAN JATISAMPURNA KOTA BEKASI
TAHUN 2016
Karya Tulis ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan

OLEH :
JONI
NIM. 18131027


AKADEMI KEPERAWATAN ANTARIKSA JAKARTA
2016



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang
Sejalan dengan kemajuan jaman, peningkatan pengetahuan fasilitas pengobatan yang semakin baik, dan alat yang digunakan semakin canggih, begitu pula makanan cepat sajipun mudah didapat, tetapi makanan cepat saji dapat menimbulkan masalah kesehatan khususnya hipertensi.

Hipertensi disebut juga “the sillent disaese” hipertensi dapat menimbulkan kematian tanpa menunjukan tanda-tanda yang dapat dilihat dari luar, oleh karena itu salah satu cara mendeteksi yaitu dengan memeriksakan diri secara teratur.

Di Amerika, menurut National Health And Nutrition Examination Survey (NHNESII): paling sedikit 30 % pasien hipertensi tidak menyadari kondisi mereka, dan hanya 31 % pasien yang diobati mencapai target tekanan darah yang diinginkan dibawah 140/90 mmHg. Penelitian di Amerika Hypertension Association (2006) di temukan hanya 68 % penderita hipertensi tahu bahwa mereka menderita penyakit tersebut, sisanya mengatakan sama sekali tidak tahu.

Di Indonesia, dengan tingkat kesadaran  akan kesehatan yang lebih rendah, jumlah pasien yang tidak menyadari bahwa dirinya menderita hipertensi dan tidak mematuhi minum obat kemungkinan lebih besar. Kecenderungan perubahan tersebut dapat disebutkan meningkatnya ilmu kesehatan dan pengobatan, serta perubahan sosial ekonomi dalam masyarakat Indonesia yang berdampak pada budaya dan gaya hidup masyarakat. Dalam lingkup penyakit kardiovaskuler, hipertensi memduduki peringkat pertama dengan penderita terbanyak. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat pada  tahun 2012 setidaknya jumlah 839 juta kasus hipertensi, diperkirakan menjadi 1.15 milyar pada tahun 2025 atau sekitar 29 % dari total penduduk dunia, dimana penderitanya lebih banyak wanita (30%) dibanding pria (29%). Sekitar 80% kenaikan kasus hipertensi terjadi terutama di Negara-negara berkembang. Prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 31,7% dari populasi usia 18 tahun ke atas. Dari jumlah itu, 60% penderita hipertensi mengalami penyakit jantung, gagal ginjal, dan kebutaan. Hipertensi sebagai penyebab kematian ke-3 setelah stroke dan tuberculosis, jumlahnya mencapai 6,8% dari populasi penyebab kematian pada semua umur di Indonesia (Riskesdas, 2010).

Hasil Rikesdas (2013) kecenderungan prevalensi hipertensi mengalami kenaikan dari 7,6% tahun 2007 menjadi 9,5% pada tahun 2013. Prevalensi hipertensi pada penduduk umur 18 tahun ke atas di Indonesia adalah sebesar 25,8%. Prevalensi hipertensi tertinggi di Bangka Belitung (30,9%), diikuti Kalimantan Selatan (26,7%), dan terendah di Papua Barat (16,8%). Jawa Barat (29,4%), Gorontalo (29%), Kalimantan Barat (28,3%), Sulawesi Selatan (28,1%), Sulawesi Utara (27,1%), Kalimantan Tengah (26,7%) merupakan provinsi yang mempunyai prevelensi hipertensi lebih tinggi dari angka Nasional, yaitu 25,8% (Kemenkes RI, 2013).

Hipertensi merupakan penyakit yang makin banyak dijumpai di Indonesia terutama di kota-kota besar. Hipertensi merupakan faktor resiko langsung terhadap timbulnya infrak miokard. Hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistol yang tergantung umur individu yang terkena. Tekanan darah berfluktuasi dalam batas-batas tertentu tergantung posisi tubuh, umur, dan tingkat stres yang dialami. Dari hasil pendataan ditemukan penderita hipertensi masih cukup tinggi dan bahkan cenderung meningkat seiring dengan gaya hidup yang kurang bersih dan sehat, mahalnya biaya pengobatan hipertensi disertai kurangnya sarana dan prasarana penanggulangan hipertensi dapat menyebabkan kematian. Masalah hipertensi merupakan masalah yang harus segera diatasi karena bila hipertensi tidak diatasi dapat menyebabkan beberapa komplikasi yang ditimbulkan dari hipertensi maka diperlukan beberapa penanganan dengan segera oleh tenaga kesehatan terutama perawat.

Peran dan aspek dalam perawat yang dapat dilakukan antara lain ialah peran promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative. Tindakan yang dapat dilakukan oleh perawat dalam upaya promotif ialah memberikan penyuluhan tentang hipertensi yang bertujuan untuk menambah pengetahuan keluarga tentang penyakit hiprtensi antara lain menjelaskan tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala, pencegahan serta perawatan pada penderita hipertensi. Sedangkan tindakan yang dapat dilakukan oleh perawat dalam upaya preventif ialah menganjurkan kepada keluarga untuk dapat menghindari atau mengkomsumsi makanan-makanan yang dapat meningkatkan hipertensi serta menganjurkan keluarga untuk mengontrol tekanan darah secara rutin. Adapun upaya yang dapat dilakukan untuk tindakan kuratif yaitu dengan cara berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat yang dapat menurunkan tekanan darah serta dapat menganjurkan kepada keluarga untuk mengkomsumsi obat-obat tradisional. Sedangkan upaya yang dapat dilakukan oleh perawat untuk upaya rehabilitative ialah dengan menganjurkan kepada keluarga untuk mengikuti kegiatan seperti fisioterapi untuk pemulihan keadaan pasien yang terkena komplikasi hipertensi seperti stroke.

Dari hasil mahasiswa/i Akper Antariksa Jakarta khusunya di kelurahan Jatikarya Kecamatan Jatisampurna di RW 06 dari 203 KK yang masih menderita hipertensi berjumlah 25 (12 %) KK. Dengan melakukan kunjungan rumah pada keluarga Tn.N khususnya Ny.N didapatkan hasil pemeriksaan fisik tekanan darah 140/120 mmHg dan keluarga mengatakan mempunyai keturunan riwayat hipertensi dari ayahnya yang sekarang sudah meninggal.
Dari hal tersebut diatas maka penulis tertarik untuk mengambil kasus Asuhan Keperawatan Keluarga Tn.N khususnya Ny. N dengan hipertensi di RT 01 RW 06 Kelurahan Jatikarya, Kecamatan Jatisampurna, Kota Bekasi.

B.     Tujuan penulis
1.      Tujuan umum
Penulis ingin memperoleh pengalaman nyata dalam memberikan asuhan keperawatan dalam merawat keluarga dengan masalah hipertensi dengan menggunakan proses keperawatan.

2.      Tujuan khusus
Penulis mampu untuk:
a.       Melakukan pengkajian langsung pada keluarga dengan anggota keluarga yang mengalami hipertensi di keluarga Tn.N khususnya Ny.N.
b.      Menganalisa data untuk menentukan diagnosa keperawatan pada keluarga dengan hipertensi di keluarga Tn.N khususnya Ny.N.
c.       Merumuskan diagnosa tindakan keperawatan keluarga di keluarga Tn.N khususnya Ny.N.
d.      Melaksanakan tindakan keperawatan kepada keluarga di keluarga Tn.N khususnya Ny.N.
e.       Melakukan evaluasi pada keluarga dengan hipertensi di keluarga Tn.N khususnya Ny.N.
f.       Mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat antara teori dan kasus.
g.      Mengidentifikasi faktor-faktor pendukung, penghambat serta dapat mencari solusinya.
h.      Mendokumentasikan semua kegiatan keperawatan dalam bentuk narasi.

C.     Ruang lingkup
Dalam penyusunan makalah ini penulis membahas tentang pemberian asuhan keperawatan keluarga Tn.N khususnya Ny.N dengan hipetensi di RT 01 Rw 06 Kelurahan Jatikarya, Kecamatan Jatisampurna, Kota Bekasi. Dilaksanakan pada tanggal 30 Mei 2016.

D.    Metode penulisan
Dalam penulisan makalah ini penulis menggunakan metode :
1.      Metode deskriptif
Yaitu dengan menggunakan pendekatan studi kasus dimana penulis mengambil satu kasus dan diberikan asuhan keperawatan dalam pengumpulan data metode yang penulis gunakan adalah wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik.
2.      Metode studi kepustakaan
Yaitu dengan mempelajari buku-buku, makalah dan catatan kuliah yang berhubungan dengan judul yang diambil.


E.     Sistematika penulisan
Sistematika penulisan ini terdiri dari lima bab sebagai berikut: bab I pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup, metode penulisan, sitematika penulisan. Bab II tinjauan teori yang terdiri dari: konsep dasar hipertens : pengertian, etiologi, tanda dan gejala, patofisiologi, penatalaksanaan medis, konsep dasar keluarga, dan keperawatan keluarga. Bab III tinjauan kasus yang terdiri dari: pengkajian, diagnosa keperawatan, penampisan masalah, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Bab IV pembahasan yang terdiri dari: pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi. Bab V penutup yang teridiri dari kesimpulan dan saran. Daftar pustaka, serta daftar lampiran.


BAB II
TINJAUAN TEORI

A.    Konsep penyakit
1.      Definisi
Hipertensi  adalah tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal dan diukur paling tidak pada tiga kesempatan yang berbeda. Secara umum, seseorang dianggap mengalami hipertensi apabila tekanan daranya lebih tinggi dari 140/90 mmHg (Muhamad Ardiansyah, 2012 hal 53).

Hipertensi juga sering diartikan sebagai suatu keadaan di mana tekanan darah sistolik lebih dari 120 mmHg dan tekanan diatolik lebih dari 80 mmHg (Muhamad Ardiansyah, 2012 hal 53).

Hipertensi adalah tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekakan darah diastolik lebih dari 90 mmHg, atau bila pasien memakai obat antihipertensi (Arief Mansjoer.Dkk,2009 hal 518).

Hipertensi adalah kenaikan tekanan darah dimana tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg dan atau diastolik lebih dari 90 mmHg (Sarif La Ode, 2012 hal 242).

Hipertensi adalah tekanan di dalam pembuluh darah melebihi 140 mmHg (sistol) dan 90 mmHg (diastol) pada lebih dari satu kejadian akibat penyakit promer atau penyebab yang tidak diketahui (Dwi Prambantini, Dkk, 2014 hal 38).

Hipertensi adalah masalah umum dan berhubungan dengan meningkatnya resiko serangan jantung dan stroke. Sangat penting untuk memperhatikan tekanan darah tinggi dan harus dikendalikan dengan baik dan diawasi secara teratur. Tekanan darah tinggi paling umum terjadi pada usia pertengahan atau lebih sering pada orang yang berlebihan berat badan (Dr. Sandra Cabot, 2005 hal 45).

Tekanan darah dikatakan normal pada angka 120/80 mmHg. Tekanan darah antara 120/80 mmHg dan 139/89 mmHg disebut pre-hipertensi. Lebih dari 140/90 mmHg sudah tergolong hipertensi. Dengan menggunakan alat yang bernama tensimeter, dapat diketahui seberapa tinggi atau rendahnya tekanan darah. Angka sistolik menunjukan tekanan dalam pembuluh darah saat jantung berkontraksi dan memompa darah menuju arteri. Angka diastolik menunjukan tekanan dalam pembuluh darah saat jantung beristirahat (dr.H.Tubagus Erwin Kusuma, 2013 hal 17).

Dikatakan menderita tekanan darah tinggi katagori ringan apabila tekakan diastoliknya antara 90 dan 104 mmHg. Katagori sedang antara 105 dan 114 mmHg dan dikatakan menderita tekanan darah tinggi berat jika tekanan diastoliknya mencapai 115 mmHg atau lebih (Elizabet Tara,MD dan Eddy Soetrisno, hal 11).
2.      Klasifikasi
Klasifikasi hipertensi pada pasien berusia >18 tahun oleh The Joint National Committee on Detectio, Evaluation, and Treatment of Higt Blood Pressure (1998) adalah sebagai berikut.
Kategori
TTD (mmHg)
TDS (mmHg)
Normal
< 85
< 130
Normal tinggi
85 – 89
130 – 139
Hipertensi


Tinggi 1 (ringan)
90 – 99
140 – 159
Tinggi 2 (sedang)
100 -109
140 – 179
Tinggi 3 (berat)
110 - 119
180 – 210
Tinggi 4 (sangat berat)
> 120
> 210
Keterangan :
TDD : tekanan darah diastolik
TDS : tekanan darah sistolik
(Muhamad ardiansyah,2012 hal 62-63)
Perhimpunan Nefrologi Indonesia (Pernefri) memilih masifikasi sesuai WHO/ISH karena sederhana dan memenuhi kebutuhan, tidak bertentangan dengan strategi terapi, tidak meragukan karena memiliki sebaran luas dan tidak rumit, serta terdapat pula unsur sitolik yang juga penting dalam penentuan sebagai berikut.
Klasifikasi
Sistolik (mmHg)
Diatolik (mmHg)
Pormotensi
< 140
< 90
Hipertensi ringan
140 – 180
90 – 105
Hipertensi perbatasan
140 – 160
90 - 95
Hipertensi sedang dan berat
>180
> 105
Hipertensi sistolik terisolasi
>140
< 90
Hipertensi sistolik perbatasan
140 – 160
< 90

Hipertensi sistolik terisolasi adalah hipertensi dengan tekanan sistolik sama atau lebih dari 160 mmHg, tetapi tekanan diastolik kurang dari 90 mmHg. Keadaan ini berbahaya dan memiliki peranan sama dengan hipertensi diastolik (Arief mansjoer.Dkk,2009 hal 519).
Klasifikasi pengukuran tekanan darah bedasarkan The Sixth Riport of the Joint National Committe on Prevention, Detection, Evaluation, and Treadment of High Blood pressuare, 1997.
Kategori
Sistolik (mmHg)
Diastolik (mmHg)
Rekomendasi
Normal
< 130
< 85
Periksa ulang dalam 2 tahun
Perbatasan
130 - 139
85 - 89
Periksa ulang dalam 1 tahun
Hipertensi tingkat 1
140 - 159
90 -99
Konfirmasi dalam 1 atau 2 bulan anjurkan modifikasi gaya hidup
Hipertensi tingkat 2
160 - 179
100 - 109
Evaluasi atau rujuk dalam 1 bulan
Hipertensi tingkat 3
>180
>110
Evaluasi atau rujuk segera dalam 1 minggu bedasarkan kondisi klinis
Catatan :
Pasien tidak sedang sakit atau minum obat antihipertensi jika tekanan sistolik dan diastolik berada dalam kategori yang berbeda, masukan dalam kategori yang lebih tinggi (Arief mansjoer.Dkk,2009 hal 519).
3.      Anatomi Fisiologi
Jantung merupakan organ berotot dengan empat ruang yang terletak di rongga dada, di bawah pelindung tulang iga, sedikit ke sebelah kiri sternum. Jantung terdapat di dalam sebuah kantung longgar berisi cairan yang disebut perikardium. Keempat ruang jantung tersebut adalah atrium kiri dan kanan serta ventrikel kiri dan kanan. Sisi kiri jantung memompa darah ke seluruh sel tubuh, kecuali sel-sel yang berperan dalam pertukaran gas di paru-paru (sirkulasi sitemik). Sisi kanan jantung memompa darah ke paru-paru untuk mendapat oksigen (sirkulasi paru atau pulmoner).
a.       Sirkulasi sitemik
Darah masuk ke atrium kiri dan vena pulmonaris. Darah di atrium kiri kemudian mengalir ke dalam ventrikel kiri melalui katup atrio ventrikel (AV), yang terletak di sambungan attrium dan ventrikel (katup mitralis). Semua katup jantung membuka ketika tekanan dalam ruang jantung atau pembuluh darah yang berada di atas melebihi tekanan di dalam ruang atau pembuluh yang ada di bawah.
Aliran darah keluar dari ventrikel kiri menuju sebuah arteri besar berotot, yang disebut aorta. Darah mengalir dari ventrikel ke aorta melalui katup aorta. Darah di aorta kemudian disalurkan ke seluruh sirkulasi sistemik, yakni melalui arteri, arterior, dan kapiler yang kemudian menyatu kembali untuk membentuk vena-vena. Vena-vena dari bagian bawah tubuh mengembalikan darah ke vena terbesar, yakni vena kava inferior. Vena dari bagian atas tubuh mengembalikan darah ke vena kava superior, yakni ke dua vena kava yang bermuara di atrium kanan.
b.      Sirkulasi paru-paru
Darah di atrium kanan mengalir ke ventrikel kanan melalui katup AV lainnya, yang disebut katup semilunaris (trikuspidalis). Darah keluar dari ventrikel kanan dan mengalir melewati katub ke-4, katup vulmonaris, dan ke dalam arteri pulmonaris. Atreri pulmonaris ini bercabang-cabang lagi menjadi arteri pulmonaris kanan dan kiri, yang masing-masing mengalir melalui sebelah kanan dan kiri. Di paru-paru, arteri-arteri pulmonaris ini bercabang-cabang lagi menjadi banyak cabang arterior dan kemudian kapiler.
Setiap kapiler memberi perfusi pada saluran pernapasan, melalui sebuah alveolus. Semua kapiler menyatu kembali untuk menjadi venula dan venula menjadi vena. Vena-vena ini kemudian menyatu untuk membentuk vena pulmonaris yang besar. Darah mengalir dalam vena pulmonaris, kembali ke atrium kiri untuk menyelesaikan sirkulasi aliran darah jantung (Muhamad Ardiansyah, 2012 hal 57-58).
4.      Etiologi
a.       Hipertensi primer
Hipertensi primer adalah hipertensi esensial atau hipertensi yang 90 % tidak diketahui penyebabnya. Beberapa faktor yang diduga berkaitan dengan berkembangnya hipertensi esensial di antaranya:
1)      Genetik, individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi, beresiko lebih tinggi untuk mendapatkan penyakit ini ketimbang mereka yang tidak.
2)      Jenis kelamin dan usia, laki-laki berusia 35-50 tahun dan wanita pascamenopause beresiko tinggi untuk mengalami hipertensi.
3)      Diet, komsumsi diet tinggi garam atau kandungan lemak, secara langsung berkaitan dengan berkembangnya penyakit hipertensi.
4)      Berat badan atau obesitas, 25 %lebih berat badan di atas berat badan ideal juga sering dikaitkan dengan berkembangnya hipertensi.
5)      Gaya hidup merokok dan komsumsi alkohol dapat meningkatkan tekanan darah (bila gaya hidup yang tidak sehat tetap diterapkan).
b.      Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder adalah jenis hipertensi yang penyebabnya diketahui. Beberapa gejala atau penyakit yang menyebabkan hipertensi jenis ini antara lain:
1)      Coarctation aorta, yaitu penyempitan aorta congenital yang mungkin terjadi pada beberapa tingkat aorta torasik atau aorta abdominal. Penyempitan ini menghambat aliran darah melalui lengkung aorta dan mengakibatkan peningkatan tekanana darah di atas area konstriksi.
2)      Penyakit prenkhim dan vaskular ginjal. Penyakit ini merupakan penyebab utama hipertensi sekunder. Hiperteni renovaskular berhubungan dengan penyempitan satu atau lebih arteri besar, yang secara langsung membawa darah ke ginjal. Sekitar 90 % lesi arteri renal pada pasien dengan hipertensi disebebkan oleh aterosklerosis atau fibrous dysplasma (pertumbuhan abnormal jaringan fibrous). Penyakit prenkhim ginjal terkait dengan infeksi, inflamasi, serta perubahan struktur serta fungsi ginjal.
3)      Penggunaan kontrasepsi hormonal (estrogen). Oral kontrasepsi yang berisi estrogen dapat menyebabkan hipertensi melalui mekanisme renin-aldosteron-mediate volume expansion. Dengan penghentian normal setelah beberapa bulan.
4)      Gangguan endokrin. Disfungsi medulla adresnal atau korteks adrenal dapat menyebabkan hipertensi sekunder. Adrenal-mediate hypertension disebabkan kelebihan primer aldosteron, kontrisol, dan katekolamin. Pada aldosteron primer, kelebihan aldosteron menyebabkan hipertensi dan hipokalemi. Aldosteronisme primer biasanya timbul dari abdomen korteks adrenal yang benign (jinak). Pheochromocytomas pada medulla adrenal yang paling umum dan meningkatkan sekresi katekolamin yang berlebihan. Pada sindrom cushing, terjadi kelebihan gluukokortrikoid yang diekskresi dari korteks adrenal. Sindrom cushing mungkin desebabkan oleh hiperplasi adrenokortikal atau adenoma adrenokortikal.
5)      Kegemukan (obesitas) dan gaya hidup yang tidak aktif (malas berolahraga).
6)      Stres, yang cenderung menyebabkan kenaikan tekanan darah untuk sementara waktu. Jika stres telah berlalu, maka tekanan darah biasanya akan kembali normal.
7)      Kehamilan
8)      Luka bakar
9)      Peningkatan volume intravascular
10)  Merokok. Nikotin dalam rokok dapat merangsang pelepasan katekolamin ini mengakibatkan iritabilitas miokardium, peningkatan denyut jantung, serta menyebabkan vasokonrtiksi yang kemudian meningkatkan tekanan darah (Muhamad Ardiansyah, 2012 hal 59-62).
5.      Patofisiologi
Tekanan arteri sistemik adalah hasil dari perkalian cardiac output dengan total tahanan perifer. Cardiac output (curah jantung) dipeloleh dari perkalian antara stroke volume (volume darah yang dipompa dari ventrikel jantung) dengan beart rate (denyut jantung). Pengaturan tahanan perifer dipertahankan oleh sitem saraf otonom dan sirkulasi hormon. Empat sistem kontrol yang berperan dalam mempertahankan tekanan darah, anatra lain sistem baroreseptor arteri, pengaturan volume cairan tubuh, sitem renin angiotensin, dan autoregulasi vaskuler.
Baroreseptor arteri terutama ditemukan di sinus carotid, tapi sering dijumpai juga dalam aorta dan dinding ventrikel kiri. Baroreseptor ini memonitor derajat tekanan arteri. Sistem baroreseptor meniadakan peningkatan tekanan arteri melalui mekanisme perlambatan jantung oleh respon vegal (stimulasi parasimpatis) dan vasodilatasi dengan penurunan tonus simpatis.
Oleh karena itu, refleks kontrol sirkulasi meningkatkan tekanan arteri sitemik bila tekanan baroseseptor turun dan menurun tekanan arteri sitemik bila tekanan baroreseptor meningkat. Sampai saat ini, belum diketahui secara pasti mengapa kontrol ini gagal pada hipertensi. Hal ini ditujukan untuk menaikan re-serting sensitivitas baroreseptor, sehingga tekanan meningkat secara tidak adekuat, sekalipun tidak ada penurunan tekanan.
Penurunan volume cairan mempengaruhi tekanan arteri sitemik. Bila tubuh mengalami kelebihan garam dan air, tekanan darah dapat meningkat melalui mekanisme fisiologi kompleks yang mengubah aliran balik vena ke jantung dan mengakibatkan peningkatan curah jantung. Bila ginjal berfungsi secara adekuat, peningkatan tekanan arteri dapat mengakibatkan dieresis dan penurunan tekanan darah. Kondisi patologis yang mengubah ambang tekanan pada ginjal dalam mengekskresikan garam dan air ini akan meningkatkan tekanan arteri sitemik.
Renin dan agiotension memegang peranan dalam mengatur tekanan darah. Ginjal memproduksi renin, yaitu suatu enzim yang bertindak pada subtrat protein plasma untuk memisahkan angiotensin I, yang kemudian diubah oleh enzim pengubah (comperting enzyme) dalam paru menjadi bentuk angiotensin II, dan kemudian menjadi angiotensin III. Angiotensin II dan III mempunyai aksi vasokontriktor yang kuat pada pembuluh darah dan merupakan mekanisme kontrol terhadap pelepasan aldosteron.
Aldosteron sendiri memiliki peran vital dalam hipertensi terutama pada aldosteron primer. Selain membantu meningkatkan aktivitas sistem saraf simpatis, angiotensin II dan III juga mempunyai efek inhibiting atau penghambat pada ekskresi garam (natrium) yang mengakibatkan peningkatan tekanan darah.
Sekresi renin yang tidak tepat diduga sebagai penyebab meningkatnya tahanan perifer vascular pada hipertensi esensial. Pada tekanan darah tinggi, kadar renin harus diturunkan karena peningkatan tekanan arteriolar renal mungkin menghambat sekresi renin. Namun demikian, sebagian besar orang dengan hipertensi esensial mempunyai kadar renin normal.
Peningkatan tekanan darah secara terus-menerus pada pasien hipertensi esensial kan mengakibatkan kerusakan pembuluh darah pada organ-organ vital. Hipertensi esensial juga mengakibatkan hyperplasia medial (penebalan arterior-arteriola). Karena pembuluh darah menebal,maka ferpusi jaringan menurun dan mengakibatkan kerusakan organ tubuh. Hal ini menyebabkan imfark miokard, stroke, gagal jantung, dan gagal ginjal.
Autoregulasi vascular merupakan mekanisme lain yang terlibat dalam hipertensi. Autoregulasi vascular ini adalah suatu proses untuk mempertahankan perfusi jaringan dalam tubuh yang relatif konstan. Jika aliran berubah, proses-proses autoregulasi akan menurunkan tahanan vascular dan mengakibatkan pengurangan aliran. Jika terjadi yang sebaliknya, akibat dari peningkatan aliran. Autoregulasi vascular menimbulkan gejala hipertensi berkaitan dengan menimbulkan gejala hipertensi berkaitan dengan kelebihan asupan garam dan air.
6.      Manifestasi klinis
Sebagian manisfestasi klinis timbul setelah penderita mengalami hipertensi selama bertahun-tahun. Gejala berupa :
a.       Nyeri kepala, terkadang disertai mual dan muntah akibat peningkatan tekanan darah interaknium.
b.      Penglihatan kabur karena terjadi kerusakan pada retina sebagian dampak dari hipertensi.
c.       Ayunan lahkah yang tidak mantap karena terjadi kerusakan susunan saraf pusat.
d.      Noktria (sering berkemih di malam hari) karena adanya peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomelurus.
e.       Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler.
Pada kasus hipertensi berat, gejala yang dialami pasien antara lain sakit kepala (rasa berat di tengkuk),kelelahan, muntah-muntah, keringat berlebihan, tremor otot, nyeri dada, pandangan kabur atau ganda, tinnitus (telinga berdengung), serta kesulitan tidur.
Pada gejala tersebut masing-masing individu tidak sama. Akan tetapi gejala khas yang pasti adalah sakit kepala. Sakit kepala yang dirasakan ada pada sekitar tengkuk dan muncul di pagi hari kemudian menghilang dengan seiring tingginya matahari. Selain itu pula, sakit kepala dapat dirasakan dengan rasa pusing yang tidak berdenyut, tetapi rasa berat dan tegang. Apabila seseorang sudah merasakan satu atau lebih dari gejala tersebut, maka berpeluang untuk menghindari hipertensi. Oleh karena itu, di anjurkan untuk memeriksakan tekanan darah meski tidak merasakan gejala-gejala tersebut, terlebih sudah mengalami atau merasakan gejala tersebut (Muhamad Ardiansyah, 2012 hal 66-67).
7.      Komplikasi
Tekanan darah tinggi tidak diobati dan ditangggulangi, maka dalam jangka panjang akan menyebabkan kerusakan arteri di dalam tubuh sampai organ yang mendapat suplai darah dari arteri tersebut. Komplikasi dapat terjadi pada organ-organ sebagai berikut: (Muhamad Ardiansyah, 2012 hal 69-71).
a.       Stroke
Stroke dapat timbul akibat pendarahan karena tekanan tinggi di otak atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh nonotak. Sroke dapat terjadi pada hipertensi kronis apabila arteri-erteri yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan menebal, sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang diperdarahinya menjadi berkurang. Arteri-arteri otak yang mengalami arterosklerosis dapat melemah, sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma.
b.      Infrak miokardium
Dapat juga terjadi infrak miokardium apabila arteri koroner yang mengalami arterosklerotik tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk thrombus yang dapat menghambat aliran darah melalui pembuluh tersebut. Karena terjadi hipertensi kronik dan hipertrofi ventrikel, maka kebutuhan oksigen miokardium tidak dapat dipenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infrak. Demikian juga, hipertrofi ventrikel dapat menimbulkan perubahan-perubahan waktu hantaran listrik saat melintasi ventrikel, sehingga terjadi distritmia, hipoksia jantung, dan peningkatan resiko pembentukan bekuan darah.
c.       Gagal ginjal
Dapat terjadi gagal ginjal karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada kapiler-kapiler glomelurus, darah akan mengalir ke unit-unit fungsional ginjal, neuron akan akan terganggu, dan dapat berlanjut menjadi hipoksia dan kematian. Dengan rusaknya membran glomerulus, protein akan keluar melalui urine, sehinga tekanan osmotic koloid plasma berkurang. Hal ini menyebabkan edema yang sering dijumpai pada hipertensi kronik.
d.      Ensefalopati
Ensefalopati (kerusakan otak) dapat terjadi terutama pada hipertensi maligna (hipertensi yang meningkat cepat). Tekanan yang sangat tinggi akibat kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan ke dalam ruang intertisium di seluruh susunan saraf pusat. Akibatnya, neuron-neuron di sekitarnya menjadi kolaps dan terjadi koma serta kematian. Bayi yang lahir mungkin memiliki berat lahir rendah akibat perfusi plasenta yang tidak memadai. Bayi juga dapat mengalami hipoksia dan asidosis apabila ibu mengalami kejang selama atau sebelum proses persalinan.
8.      Pemeriksaan diaknostik
a.       Hemoglobin atau hematokrit, bukan pemeriksaan diagnostik tetapi mengkaji hubungan sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan mengindikasikan faktor-faktor rsiko, seperti hyperkoagubalitas dan anemia.
b.      BUN atau kreainin, memberikan informasi tentang perfusi atau fungsi ginjal.
c.       Glukosa, hiperglikemia (diabetes militus adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan hipertensi).
d.      Kalium serum, hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi deauretik.
e.       Kalsium serum, peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan hipertensi.
f.       Kolesterol dan trigeliserida serum peningkatan kadar dapat mengindikasikan adanya pembentukan plak ateromatosa (evek kardiovaskuler).
g.      Pemeriksaan tiroid, hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokontriksi dan hipertensi.
h.      Kadar aldoteron serum, tes ini digunakan untuk mengkaji aldosteronisme primer (penyebab).
i.        Urinalisa, darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau adanya diabetes.
j.        CT-scan, mengkaji tumor selebral, CSV, esenfalopati, atau feokromositoma.
k.      EKG, dapat menunjukan pembesaran jantung, pola regangan, dan gangguan konduksi. Catatan luas dan peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
l.        Foto dada, dapat menunjukan obstruksi klasifikasi pada area katup, deposit pada atau takik aorta, serta pembesaran jantung.
(Muhamad Ardiansyah, 2012 hal 78-80).
9.      Penatalaksanaan medis
Pengobatan hipertensi adalah pengobatan jangka panjang bukan sepanjang kehidupan, oleh karena itu diperlukan ketaatan bagi penderita hipertensi untuk menjalankan pengobatan dengan baik, usaha pengobatan tidak hanya menurunkan tekanan darah saja, akan tetapi untuk mempertahankan status kesehatan penderita.
Penanggulangan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi 2 jenis penatalasanaan yaitu:
a.       Penatalaksanaan farmakologi
1)      Hidroklorotiazid (HTC) 12,5 – 25 mg per hari dengan dosis tunggal pada pagi hari (pada hipertensi dalam kehamilan, hanya digunakan bila disertai hemokonsentrasi atau udem paru).
2)      Reseprin 0,1 – 0,25 mg sehari sebagai dosis tunggal.
3)      Propanolol mulai dari 10 mg dua kali sehari yang dapat dinaikkan 20 mg dua kali sehari (kontraindikasi untuk penderita asama).
4)      Katopril 12,5 – 25 mg sebanyak dua sampai tiga kali sehari (kontraindikasi pada kehamilan selama janin hidup dan menderita asama).
5)      Nifedipin mulai dari 5 mg dua kali sehari, bisa dinaikan 10 mg dua kali sehari.
(Muhamad Ardiansyah, 2012 hal68).
b.      Penatalaksanaaan nonfarmakologi
Langkah awa biasanya adalah dengan mengubah pola hidup penderita, yakni dengan cara :
1)      Menurunkan berat badan sampai batas ideal.
2)      Mengubah pola makan pada penderita diabetes, kegemukan, atau kadar kolesterol darah tinggi.
3)      Mengurangi pemakaian garam sampai kurang dari 2,3 gram natrium atau 6 gram natrium klorida setiap harinya (disertai asupan kalsium, magnesium, dan kalium yang cukup).
4)      Mengurangi konsumsi alkohol.
5)      Berhenti merokok.
6)      Olahraga aerobik yang tidak terlalu berat (penderita hipertensi esensial tidak perlu membatasi aktivitasnya selama tekanan darah terkendali).

B.     Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga
1.      Definisi keluarga
Keluarga adalah merupakan kumpulan individu yang mempunyai ikatan perkawinan, keturunan atau hubungan darah atau adopsi, yang tinggal dalam satu rumah, mengadakan interaksi dan komunikasi melalui peran sosial yang di jalankan. Keluarga bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari setiap anggota keluarga. Anggota keluarga saling berinteraksi satu dengan yang lain dan memiliki peran masing-masing (Supartini, 2005).
Undang-undang No.5 Tahun 2005 tentang kependudukan dan pembangunan keluarga. Keluarga adalah merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami, istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya. Dengan demikian sebuah keluarga dapat di gambarkan sebagai anggota dari kelompok masyarakat yang paling dasar, tinggal bersama dan berinteraksi untuk memenuhi kebutuhan antara individu. Sehingga sebagai kumpulan dua atau lebih individu, pelayanan keperawatan kepada keluarga juga sekaligus mencakup pelayanan keperawatan kepada individu. Sedangkan sebagai unit terkecil dari masyarakat, pelayanan keperawatan kepada keluarga juga sekaligus mencangkup pelayanan keperawatan kepada masyarakat. Sehingga dengan memberikan pelayanan keperawatan kepada keluarga, perawatan juga sekaligus memberikan pelayanan kepada individu dan masyarakat.
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga kerena pertalian darah, ikatan perkawinan atau adopsi (Bailon,Dkk, 2010).
2.      Tipe keluarga
a.       Tipe keluarga tradisional
1)      The nuclear family (keluarga inti), yaitu keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak.
2)      The dyad family, yaitu keluarga yang terdiri dari suami dan istri yang hidup dalam satu rumah tetap tanpa anak.
3)      Keluarga usia, yaitu keluarga yang terdiri dari suami istri yang sudah tua dengan anak sudah memisahkan diri.
4)      The childless family, yaitu keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk mendapatkan anak terlambat waktunya. Penyebabnya adalah karena mengejar karir atau pendidikan yang terjadi pada wanita.
5)      The extended family (keluarga besar), yaitu keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama dalam satu rumah seperti nuclear family di sertai paman, bibi, orang tua (kakek dan nenek), keponakan dan lain sebagainya.
6)      The single parent family (keluarga duda atau janda), yaitu keluarga yang terdiri dari satu orang tua bisa ayah atau ibu. Penyebabnya dapat terjadi karena proses perceraian, kematian bahkan ditinggalkan.
7)      Commuter family, yaitu keluarga dengan kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda, tetapi setiap akhir pekan semua anggota keluarga dapat berkumpul bersama di salah satu kota yang menjadi tempat tinggal.
8)      Multigeneration family, yaitu keluarga dengan generasi atau kelompok umur yang tinggal bersama dalam satu rumah.
9)      Kin-network family, yaitu keluarga dengan beberapa keluarga inti tinggal dalam satu rumah atau saling berdekatan dan menggunakan barang-barang serta pelayanan bersama seperto mengunakan dapur, kamar mandi, televisi, atau telpon bersama.
10)  Blended family, yaitu keluarga yang dibentuk oleh dua duda atau janda yang menikah kembali dan membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya.
11)  The single adult living alone / single adul family, yaitu keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena pilihannya atau perpisahan (resparasi) seperti perceraian atau di tinggal mati.



b.      Kelurga Non tradisional
1)      The unmarride teenaga mother, yaitu keluarga yang terdiri dari orang tua terutama ibu dengan anak yang berhubungan tanpa nikah.
2)      The stepparent family, yaitu keluarga dengan orang tua tiri.
3)      Commune family, keluarga dengan beberapa pasangan keluarga dengan anaknya yang tidak memiliki hubungan saudara, hidup bersama dalam satu rumah, sember dan fasilitas yang sama, pengalaman yang sama, sosialisasi anak dengan melalui aktivitas kelompok atau membesarkan anak besama.
4)      The nonmarital heterosexsual cohabiting family, yaitu keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan.
5)      Gay and lesbian fimiliesi, keluarga dengan seseorang persamaan jenis kelamin yang hidup bersama sebagaimana pasangan suami-istri (marital patners).
6)      Cohabitating couple, yaitu keluarga dengan seseorang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena beberapa alasan tertentu.
7)      Group-marriage family, yaitu keluarga dengan beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat rumah tangga bersama, yang merasa telah saling menikah satu dengan yang lain, berbagi sesuatu, termasuk seksual dan membersarkan anaknya.
8)      Group network family,yaitu keluarga inti yang dibatasi oleh aturan atau nilai-nilai, hidup berdekatan satu sama lain dan saling mengunakan barang-barang rumah tangga bersama, pelayanan dan bertanggung jawab membesarkan anaknya.
9)      Foster family, yaitu keluarga yang menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga atau saudara untuk waktu sementara.
10)  Homoles family, yaitu keluarga yang terbentuk tanpa perlindungan yang permanen karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi atau problem kesehatan mental.
11)  Gang, yaitu sebuah bentuk keluarga yang destruktif, dari orang-orang muda yang mencari ikatan emosional dan keluarga mempunyai perhatian, tetapi perkembangan dalam kekerasan dan criminal dalam kehidupan (Faislodo Candra Widyanto, 2014).
3.      Struktur keluarga
a.       Elemen struktur keluarga
1)      Struktur peran keluarga
Menggambarkan peran masing-masing keluarga baik didalam keluarganya sendiri maupun peran dilingkungan masyarakat.
2)      Nilai atau norma keluarga
Menggambarkan nilai dan norma yang dipelajari dan diyakini dalam keluarga.
3)      Pola komunikasi keluarga
Menggambarkan bagaimana cara dan pola komunikasi diantara orang tua, orang tua dan anak, diantara anggota keluarga ataupun dalam keluarga besar.
4)      Struktur kekuatan keluarga
Menggambarkan kemampuan anggota keluarga untuk mengendalikan atau mempengaruhi orang lain dalam perubahan prilaku kearah positif.
(Santo Setiawan,Dkk, 2008)
b.      Ciri-ciri struktur keluarga
1)      Terorganisasi
Keluarga adalah cerminan organisasi, dimana masing-masing anggota keluarga memiliki peran dan fungsi masing-masing sehingga tujuan keluarga dapat tercapai. Oraganisasi yang baik ditandai dengan adanya hubungan yang kuat antara anggota sebagai bentuk saling ketergantungan dalam mencapai tujuan.
2)      Keterbatasan
Dalam mencapai tujuan, setiap anggota keluarga memiliki peran dan tanggung jawabnya masing-masing sehingga dalam berinteraksi setiap anggota tidak bisa semena-mena tetapi mempunyai keterbatasan yang dilandasi oleh tanggung jawab masing-masing anggota keluarga.
3)      Perbedaan dan kekhususan
Adanya peran yang beragam dalam keluarga menunjukan masing-masing anggota keluarga mempunyai peran dan fungsi yang berbeda dan khas seperti halnya peran ayah sebagai pencari nafkah utama, peran ibu yang merawat.
(Santun Setiawan,Dkk, 2008).
c.       Dominasi struktur keluarga
1)      Dominasi jalur hubungan darah
a)      Patrilineal
Keluarga yang berhubungan atau disusun melalui jalur garis ayah. Suku-suku indonesia rata-rata mengunakan struktur keluarga patrilineal.
b)      Matrilineal
Keluarga yang berhubungan atau disusun melalui jalur garis ibu. Suku pasang salah satu suku yang menggunakan truktur keluarga matrilineal.
2)      Dominasi keberadaan tempat tinggal
a)      Patrilokal
Keberadaan tempat tinggal satu keluarga yang tinggal dengan keluarga sedarah dari pihak suami.
b)      Matrilokal
Keberadaan tempat tinggal satu keluarga yang tinggal dengan sedarah dari pihak istri.
3)      Dominasi pengambilan keputusan
a)      Patriakal
Dominasi pengambilan keputusan ada pada pihak suami.
b)      Matriakal
Dominasi pengambilan keputusan ada pada pihak istri.
(Santun Setiawan,Dkk, 2008).
4.      Fungsi keluarga
Fungsi secara umum didefinisikan sebagai hasil akhir atau akibat dari sstruktur keluarga. Aaddapun sebuah keluarga mempuyai fungsi antara lain:
a.       Fungsi afektif (the affective function)
Fungsi ini  berkaitan dengan fungssi internal keluarga yang  merupkan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial keluargaa. Keluarga harus memenuhi kebutuhn kasih sayang anggota keluarganya karenaa respon kasih sayang satu anggota ke anggota keluarga lainnya memberikan dasar penghargaaan terhadap keidupan keluarga. Dengan demikian setiaap anggota keluarga dapat saling mempertahankan iklim atau kondisi yang positif.
b.      Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi (socialization and socil placement function)
Sosialisasi merupakan proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam lingkungan sosial. Sosialisasi merujuk pada banyaknya pengalaman belajar yang diberikan dalam keluarga. Fungsi sosialisasi dapat ditunjukan dengan membina sosialisasi pada anak, membantu norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak, serta meneruskan nilai-nilai budaya keluarga. Keluarga mengajarkan anggotanya untuk bersosialisasi baik secara internal maupun eksternal keluarga.
c.       Fungsi repoduksi (the repoduction function)
Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambahkan sumber daya manusia dengan memelihara dan membesarkan anak. Keluarga menjamin kontinuitas antar generasi keluarga dengan menyediakan anggota baru untuk masyarakat. Fungsi ini dibatasi oleh adanya program KB, dimana setiap rumah tangga dianjurkan hanya memiliki 2 orang anak.
d.      Fungsi ekonomi (the economi function)
Fungsi ekonomi keluarga dengan mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan semua anggota keluarga, seperti kebutuhan makanan, tempat tinggal, pakaian dan lain sebagainya. Fungsi ini juga termasuk pengaturan pengunaan penghasilan keluarga dimasa yang akan datang. Keluarga dengan kriteria dibawah keluarga sejahtera seperti keluarga pra sejahtera, keluarga miskin atau juga keluarga miskin sekali sulit untuk memenuhi fungsi ekonomi ini.
e.       Fungsi perawatan kesehatan (the healt care function)
Fungsi keluarga dalam perawatan kesehatan dengan melaksanakan praktek asuhan keperawatan yaitu keluarga mempunyai tugas untuk memelihara kesehatan anggota keluarganya agar tetap memiliki produktivitas dalam menjalankan peranya masing-masing. Fungsi perawatan kesehatan ini dikembangkan menjadi tugas keluarga dibidang kesehatan. Adapun tugas kesehatan keluarga menurut Frienman (2010) yitu :
1)      Mengenal masalah atau gangguan kesehatan keluarga Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang perlu mendapatkan perhatian. Orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan yang dialami anggota keluarga terutama berkaitan dengan kesehatan. Alasanya adalah ketika terjadi perubahan sekecil apapun yang dialami keluarga, maka secara tidak langsung akan menjadi perhatian orang tua atau keluarga. Sehingga segala kekuatan akan digunakan untuk mengatasi permasalahan kesehatan tersebut.
2)      Mengambil keputusan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari bantuan yang tepat sesuai dengan masalah kesehatan yang menimpa keluarga. Suara sumber daya internal keluarga yang dianggap mampu memutuskan akan menentukan tindakan keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan yang dialami. Jika secara internal keluarga memiliki keterbatasan sumber daya, maka keluarga akan mencari bantuan dari luar.
3)      Merawat anggota keluarga yang sakit tugas ini merawat anggota keluarga yang sakit seringkali harus dilakukan keluarga untuk memberikan perawatan lanjutan setelah memperoleh pelayanan kesehatan di institusi pelayanan kesehatan. Tidak menutup kemungkinan juga ketika keluarga memiliki kemampuan untuk melakukan tindakan pertolongan pertama, maka anggota keluarga yang sakit dapat sepenuhnya dirawat oleh keluarga sendiri.
4)      Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga, tugas ini merupakan upaya keluarga untuk mendaya gunakan potensi internal yang ada di lingkungan rumah untuk mempertahankan kesehatan atau membantu proses perawatan anggota keluarga yang sakit. Tidakan memodufikasi lingkungan memiliki cakupan luas sesuai dengan pengetahuan keluarga mengenai kesehatan.
5)      Menggunakan fasilitas kesehatan, tugas ini merupakan bentuk upaya keluarga untuk mengatasi masalah anggota keluarga dengan memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.
5.      Tahap dan perkembangan keluarga
Tahap dan tugas perkembangan keluarga yang diadaptasikan dari Duval adalah :
a.       Pasangan pemula atau pasangan baru menikah 
Tahapan ini dimulai saat dua insan dewasa mengikat janji melalui pernikahan dengan landasan cinta dan kasih sayang. Tugas pada tahapan perkembangan keluarga antara lain saling memuaskan antara pasangan, beradaptasi dengan keluarga besar dari masing-masing piha, mencanakan dengan matang jumlah anak, memperjelaskan peran masing-masing pasangan.
b.      Keluarga dengan “child bearing”(kelahiran anak pertama)
Tahap ini dimulai saat ibu hamil sampai dengan kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai dengan anak pertama berusia 30 bulan.Tugas keluarga pada tahap ini antara lain: mempersiapkan baiaya persalinan, mempersiapkan mental calon orang tua dan mempersiapkan berbagai kebutuhan anak. Apabila anak sudah lahir tugas keluarga antara lain: memberikan ASI sebagai kebutuhan utama bayi (minimal 6 bulan), memberikan kasih sayang, memulai mensosialisasikan dengan lingkungan keluarga besar masing-masing pasangan, pasangan kembali melakukan adaptasi karena kehadiran anggota keluarga termasuk siklus hubungan seks, mempertahankan hubungan dalam rangka memuaskan pasangan.
c.       Keluarga dengan anak prasekolah
Dimulai saat anak pertama berusia 2,5 tahun dan berakhir saat anak berusia 5 tahun. Tugas yang dimiliki pada keluarga dengan anak prasekolah dainataranya: menanamkan nilai-nilai dan norma kehidupan, mulai menanam keyakinan beragam, mengenal kultur keluarga, memenuhi kebutuhan bermain anak, menanamkan tanggung jawab dalam lingkup kecil, mempertahankan dan memberikan stimulasi bagi pertumbuhan dan perkembangan anak prasekolah.
d.      Keluarga dengan anak usia sekolah
Dimulai saat anak pertama berusia 6 tahun dan berakhir saat anak berusia 12 tahun. Tugas yang dimiliki keluarga dengan anak usia sekolah antara lain: memenuhi kebutuhan sekolah anak baik alat sekolah maupun biaya sekolah, membiasakan belajar teratur, memperhatikan anak saat menyelesaikan tugas-tugas sekolahnya, memberikan pengertian pada anak bahwa pendidikan sangat penting untuk masa depan anak, membantu anak dalam bersosialisasi lebih luas dengan lingkungan sekitar.
e.       Keluarga dengan anak remaja
Dimulai saat anak berusia 13 tahun dan berakhir saat anak berusia19-20 tahun. Keluarga dengan anak remaja berada dalam posisi dilematis, mengingat anak sudah menurunkan perhatiannya terhadap orang tua dibandingkan teman sebayanya. Pada tahap ini sering kali ditemukan perbedaan pendapat antar orang tua dan anak remaja, apabila hal ini tidak diselesaikan akan berdampak pada hubungan selanjutnya.Tugas keluarga pada tahap ini antara lain: memberikan perhatian lebih pada remaja, bersama-sama mendiskusikan tentang rencana sekolah ataupun kegiatan diluar sekolah, memberikan kebebasan dalam batasan tanggung jawab, mempertahankan komunikasi terbuka dua arah.
f.       Keluarga dengan melepasakan anak ke mayarakat
Remaja yang akan beranjak dewasa harus sudah siap meninggalkan kedua orang tauanya untuk mulai hidup baru, bekerja, dan berkeluarga, sehingga tugas keluarga pada tahap ini antara lain:
1)      Memperluas jaringan keluarga dari keluarga inti menjadi keluarga besar.
2)      Membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru dimasyarakat.
3)      Mempertahankan keintiman pasangan.
4)      Penataan kembali peran orang tua dan kegiatan rumah tangga.
g.      Keluarga dengan tahap kedua kembali
Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal. Tugas perkembangan pada tahap ini yaitu:
1)      Mempertahankan kesehatan individu dan pasangan usia pertengahan.
2)      Mempertahankan hubungan yang serasi dan memuaskan dengan anak-anaknya dan teman sebaya.
3)      Meningkatkan keakraban pasangan.
h.      Keluarga dengan tahap masa tua
Tahap ini mulai saat seorang pensiun, berjalan salah satu pasangan meninggal sampai keduanya meninggal. Tugas perkembangan pada tahap ini yaitu:
1)      Mempertahankan suasana kehidupan rumah tangga yang saling menyenangkan pasangannya.
2)      Adaptasi dengan perubahan yang anak terjadi seperti kehilangan pasangan, kekuatan fisik dan penghasilan.
3)      Mempertahankan keakraban pasangan dan saling merawat.
4)      Melakukan life review masa lalu.

6.      Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan keluarga
Seperti yang sudah disebutkan terlebi dahulu tentang definisi keluarga dari beberapa ahli, salah satu mengemukakan bahwa keluarga sebagai sytem sosial didalamnya berlangsung interaksi secara terus menerus antara anggota keluarga dan lingkungan. Sebagai dampak perubahan yang terjadi pada lingkungan internal dan eksternal maka dengan sendirinya keluarga akan melakukan kopetensi sebagai upaya untuk menyelesaikan dengan perubahan tersebut sehingga fungsi kesehatan dapat terjaga. Kesehatan keluarga dipengaruhi oleh anggota keluarga dalam menjalankan fungsi dengan baik. Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi kesehatan keluarga adalah:
a.       Faktor fisik
Ross,Dkk (1990) memberikan gambaran bahwa ada hubungan positif antara perkawinan dengan kesehatan fisik. Contoh dari hubungan positif tersebut antar lain: seorang suami sebelum menikah terlihat kurus maka beberapa bulan kemudian setelah menikah akan terlihat lebih gemuk, beberapa alasan dikemukakan bahwa dengan menikah suami ada yang memperhatikan dan pola makan lebih teratur begitu sebaliknya yang terjadi pada istri. Contoh lain seorang istri yang sebelum menikah mempunyai kebiasaan makan makanan yang pedas setelah menikah suami akan mengingatkan akan masalah kesehatan yang bisa timbul karena kebiasaan tersebut. Bagi keluarga, penentuan jenis pelayanan yang akan digunakan ditentukan bedasarkan kesepakatan suami istri.
b.      Faktor psikis
Terbentuknya keluarga akan menimbulkan dampak psikologis yang besar, perasaan nyaman karena saling memperhatikan, saling memberikan penguatan atau dukungan. Suami akan merasa tentram dan terarah setelah beristri begitupun sebalinya.
Bedasarkan riset ternyata tingkat kecemasan istri lebih tinggi dibandingkan dengan suami, hal ini dimungkinkan karena bertambahnya beban yang dialami istri setelah bersuami.
c.       Faktor sosial
Suatu sosial memiliki dampak yang signifikan terhadap fungsi kesehatan sebuah keluarga. Dalam sebuah kelurga pada kecenderungan semakin tinggi tingkat pendapatan yang diterima semakin baik taraf kehidupannya. Tingginya pendapatan yang diterima akan berdampak pada pemahaman tentang pentingnya kesehatan, jenis pelayanan kesehatan yang dipilih, dan bagaimana respon terhadap masalah kesehatan yang ditemukan dalam keluarga.
d.      Faktor budaya
1)      Keyakinan dan praktek kesehatan
Setiap suku atau bangsa memiliki keyakinan dan penilaian yang berbeda-beda terhadap fungsi kesehatan. Keyakinan keluarga terhadap fungsi kesehatan sangat dipengaruhi oleh nilai dan keyakinan yang dibawa sebelumnya. Misalnya saja tentang pemahaman pemberian makan tambahan pada anak-anak. Orang-orang terdahulu memiliki keyakinan bahwa anak sudah boleh diberi makan pisang sebelum umur 4 bulan, tetapi untuk saat ini makanan tambahan baru boleh diberikan setelah anak berumur 4-6 bulan. Perbedaan generasi dalam sebuah keluarga akan mempengaruhi keyakinan keluarga bahkan seringkali menimbulkan konflik tentang fungsi kesehatan yang akan digunakan dalam keluarga tersebut.
2)      Nilai-nilai keluarga
Nilai-nilai yang dimiliki oleh keluarga mempengaruhi kesehatan keluarga yang bersangkutan. Misalnya sebuah keluarga yang memperhatikan kesehatan akan merasa bahwa tanpa melakukan uapaya apapun kesehatan keluarganya terjaga, maka keluarga akan kuat meyakininya, tetapi keluarga tersebut akan mengalami kesulitan jika suatu waktu nilai yang diyakininya ternyata salah dan terbukti bahwa kesehatan keluarga terganggu.
3)      Peran dan pola komunikasi keluarga
Dampak budaya terhadap peran, kekuatan dan komunikasi keluarga berbeda-beda pada tiap keluarga. Jika terjadi perubahan terhadap budaya dengan semestinya pergeseran peran, aturan-aturan, kekuatan dan pola komunikasi.
4)      Koping keluarga
Koping keluarga dipengaruhi oleh budaya, keluarga akan berusaha beradaptasi dengan perubahan budaya. Koping diartikan sebagai respon aktif baik kongnitif, efektif, maupun psokomotor bagi kehidupan keluarga dalam menyelesaikan masalah yang terjadi pada keluarga . (Faislado Candra, 2014).

C.     Asuhan Keperawatan Keluarga
1.      Pengkajian
Pengkajian adalah suatu tahapan dimana seorang perawat mengambil informasi secara terus menerus terhadap anggota keluarga yang dibina. Agar diperole data pengkajian yang akurat dan sesuai dengan keadaan keluarga, perawat diharapkan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti yaitu bahasa yang digunakan dalam aktivitas keluarga sehari-hari (Sulistio, 2012).
Pengkajian merupakan tahapan penting dalam proses keperawatan, mengingat pengkajian sebagai awal bagi keluarga untuk mengidentifikasi data-data yang ada pada keluarga. Pengkajian adalah proses sistematis dari pengumpulan, verifikasi dan komunikasi data tentang klien (Sulistio, 2012).
a.       Pengkajian keluarga model friedman
Asumsi yang mendasari pengkajian model friedman antara lain yaitu keluarga sebagai sistem sosial yang merupakan kelompok kecil dari masyarakat. Friedman memberi batasan enam kategori dalam memberikan pertanyaan-pertanyaan saat melakukan pengkajian yaitu data pengenalan keluarga, riwayat dan tahap perkembangan keluarga, data lingkungan, srtuktur keluarga, fungsi keluarga dan koping keluarga.
b.      Tahap-tahap pengkajian
Untuk mempermudah perawat dan keluarga saat melakukan pengkajian, digunakan sitilah penjajakan tahap pertama dan penjajakan tahap kedua.
1)      Penjajakan I
Data-data yang dikumpulkan pada penjajakan pertama antara lain adalah data umum, riwayat dan tahap perkembangan, lingkungan, struktur keluarga, fungsi keluarga, stress dan kopping keluarga, harapan keluarga, data tambahan dan pemeriksaan fisik.
2)      Penjajakan II
Tergolong dalam penjajakan kedua diantaranya pengumpulan data-data yang berkaitan dengan pengkajian yang ketidak mampuan keluarga dalam menghadapi masalah kesehatan sehingga dapat ditegakkan diagnosa keperawatan keluarga. Adapun ketidak mampuan keluarga dalam menghadapi masalah diantarnya adalah ketidak mampuan keluarga mengenai masalah kesehatan, ketidak mampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit, ketidak mampuan keluarga memodifikasi lingkungan, dan ketidak mampuan keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan.

2.      Diagnosa
Diagnosa keperawatan keluarga dirumuskan bedasarkan data yang diperoleh pada pengkajian. Proses perumusan diagnosa diawali dengan melakukan analisa data, penentuan diagnosis, kemudian penentuan prioritas diagnosis. Analisa data dilakukan dengan mengelompokan data hasil pengkajian menjadi subjek (DS) dan data objektif (DO). Pernyataan langsung dari keluarga termasuk dalam DS, sedangkan data yang diambil dengan observasi, data sekunder, atau data selain pernyataan langsung dari keluarga dalam DO. Rumusan masalah bedasarkan NANDA dan etiologi bedasarkan hasil pengkajian dari tugas perawatan keluarga yang terdiri dari tugas perawatan keluarga yang terdiri dari 5 tugas yaitu mengenal masalah kesehatan mengambil keputusan untuk melakukan tindakan, merawat anggota keluarga yang sakit, menciptakan lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan dan memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada. Tipologi diagnosis keperawatan keluarga dapat berupa kasus actual resiko dan potensial.

Diagnosis keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data yang didapatkan pada pengkajian, yang terdiri dari masalah keperawatan yang akan berhubungan dengan etiologi yang berasal dari pengkajian fungsi perawatan keluarga.Tipologi dari diagnosa keperawatan keluarga terdiri dari:
1)   Diagnosa Keperawatan Keluarga Aktual (terjadi defisit/gangguan kesehatan). Dari hasil pengkajian didapatkan data mengenai tanda dan gejala dari gangguan kesehatan.
2)   Diagnosa Keperawatan Keluarga Risiko (ancaman kesehatan). Sudah ada data yang menunjang namun belum terjadi gangguan. Misalnya lingkungan rumah yang kurang bersih, pola makan yang tidak adekuat, stimulasi tumbuh kembang yang tidak adekuat.
3)   Diagnosa Keperawatan Keluarga Sejahtera/Potensial. Suatu keadaan dimana keluarga dalam keadaan sejahtera sehingga kesehatan keluarga dapat di tingkatkan. Khusus untuk diagnosa keperawatan potensial (sejahtera) boleh tidak menggunakan etiologi.
Daftar diagnosa keperawatan keluarga menurut NANDA
1.   Lingkungan
a.       Kerusakan penatalaksanaan rumah (kebersihan)
b.      Resiko cedera
c.       Resiko infeksi
2.   Struktur komunikasi
Kerusakan komunikasi
3.   Struktur peran
a.          Berduka antisipasi
b.          Berduka disfungsional
c.          Isolasi sosial
d.         Perubahan dalam proses keluarga
e.          Potensial peningkatan menjadi orang tua
f.           Perubahan menjadi orang tua
g.          Perubahan penampilan peran
h.          kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah
i.            Gangguan citra tubuh
4.      Afektif
a.       Perubahan proses keluarga
b.      Perubahan menjadi orang tua
c.       Potensial peningkatan menjadi orang tua
d.      Berduka antisipasi
e.       Koping keluarga tidak efektif, menurun
f.       Koping keluarga tidak efektif, ketidak mampuan
g.      Resiko terhadap tindak kekerasan
5.      Sosial
a.       Perubahan proses keluarga
b.      Perubahan mencari bantuan kesehatan
c.       Konflik peran orang tua
d.      Perubahan menjadi orang tua
e.       Potensial peningkatan menjadi orang tua
f.       Perubahan pertumbuhan dan perkembangan
g.      Perubahan pemeliharaan kesehatan
h.      Kurang pengetahuan
i.        Isolasi sosial
j.        Kekurangan interaksi sosial
k.      Resiko terhadap tindak kekerasan
l.        Ketidak patuhan
m.    Ganguan identitas diri

3.      Penentuan prioritas
Faktor-faktor yang mempengaruhi penentuan prioritas masalah keperawatan bedasarkan skala prioritas diatas adalah sebagai berikut:
a.       Menentukan sifat masalah
Aktual bobot yang paling besar diberikan kepada klein keadaan sakit atau mengancam kehidupan dan memerlukan tindakan segera dan biasanya didasari serta dirasakan oleh keluarga.
b.      Kemungkinan masalah dapat diubah
Perawat  perlu mempertahankan terjangkaunya faktor-faktor sebagai berikut: pengetahuan yang ada sekarang, teknologi, tindakan-tindakan untuk menangani masalah, sumber daya keluarga , diantaranya keuangan, tenaga, sarana dan prasarana, sumber daya perawatan, diantaranya adalah pengetahuan, keterampilan dan waktu.
c.       Potensial masalah untuk dicegah
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melihat potensi pencegahan masalah adalah kepelikan masalah berhubungan dengan jangka waktu masalah itu, tindakan yang sedang dijalankan adalah tindakan-tindakan yang tepat dalam memperbaiki masalah, adanya kelompok yang resiko tinggi dalam keluarga atau kelompok yang sangat peka menambah potensi untuk mencegah masalah.
d.      Menonjolnya masalah
Untuk menonjolnya masalah keperwatan perlu menilai persepsi atau bagaimana keluarga melihat masalah kesehatan tersebut. Nilai stroke tertinggi yang lebih dahulu dilakukan intervensi keperawatan.
Dalam menentukan prioritas masalah keluarga, perlu disusun skala prioritas atau scoring menurut Bailon dan Maglaya tahun (1978) yang dikutip Friedman (1998), yang ditemukan dan dihitung dengan menggunakan cara sebagai berikut:

No
Kriteria
Skor
Bobot
1.       
Sifat masalah :
Skala :
Ø  Tidak adekuat
Ø  Ancaman kesehatan
Ø  Keadaan sejahtera


3
2
1


1
2.       
Kemungkian masalah dapat diubah
Skala :
Ø  Mudah
Ø  Sebagian
Ø  Tidak dapat diubah


2
1
0


2
3.       
Potensi masalah untuk dicegah
Skala:
Ø  Tinggi
Ø  Sedang
Ø  Rendah


3
2
1


1
4.       
Menonjolnya masalah
Skala:
Ø  Masalah berat, harus segera ditangani
Ø  Ada masalah tetapi tidak perlu ditangani
Ø  Masalah tidak dirasakan  


2

1

0



1

Bedasarkan tabel diatas, untuk mentukan prioritas terhadap diagnosa keperawatan keluarga yang ditemukan dapat dihitung dengan menggunakan cara sebagai berikut :
1)      Menentukan skor setiap kriteria
Misalnya pada kriteria sifat masalah dengan pertimbangan pembenaran ditentukan skala potensial yang memiliki skor 1.
2)      Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikanlah bobot

X bobot
Rumus =          Skore                
                Angka tertinggi
3)      Jumlah skor untuk semua kriteria
Misalnya telah ditentukan diagnosa yang diangkat adalah Dx. y. Hasil perhitungan kriteria sifat, memungkinkan untuk diubah potensial dicegah, dan menonjolnya masalah secara berturut-turut.
sehingga skor diagnosis Dx. y tersebut dibandingkan dengan perhitungan diagnosis yang lain. Diagnosis yang memiliki nilai paling tinggi merupakan diagnosis prioritas yang terlebih dahulu dilakukan intervensi keluarga.
4.      Rencana keperawatan
Rencana keperawatan keluarga terdiri dari penetapan tujuan yang meliputi tujuan jangka panjang (tujuan umum), tujuan jangka pendek (tujuan khusus), kriteria dan standar serta intervensi. Kriteria dan standar merupakan pernyataan yang spesifik tentang hasil yang diharapkan dari setiap tindakan keperawatan bedasarkan tujuan khusus atau tujuan jangka pendek yang ditetapkan. Tujuan jangka panjang mengacu pada problem, sedangkan tujuan jangka pendek mengacu pada etiologi.
a.       Suplemental yaitu intervensi yang berkaitan dengan rencana pemberian pelayanan secara langsung pada keluarga sebagai sasaran seperti imunisasi pada balita, imunisasi pada ibu hamil dan pembelajaran pembuatan obat tradisional.
b.      Fasilitas yaitu intervensi yang terkait dengan rencana dalam membantu mengatasi hambatan dari keluarga dalam memproleh pelayanan medis, kesejahteraan sosial, transportasi dan pelayanan kesehatan di rumah.
c.       Develomental yaitu intervensi yang terkait dengan rencana perawat dalam membantu keluarga dalam kapasitasnya untuk menolong dirinya sendiri (membantu keluarga belajar mandiri) dengan kekuatan dan sumber pendukung yang terdapat pada keluarga.
Sasaran adalah keadaan atau situasi yang diharapkan setelah dilaksanakan sasaran merupakan tujuan dimana segala usaha diharapkan. Prinsip-prinsip dalam menentukan sasaran ditentukan oleh perawatan bersama keluarga dapat diterima keluarga dan keluarga dapat mengambil tindakan untuk memecahkan.
Tujuan merupakan pernyataan yang lebih rinci tentang hasil keperwatan yang akan membentuk kriteria yang dipakai untuk menilai keberhasilan keperawatan bila dilihat dari jangka waktu, tujuan keperawatan keluarga dapat dibagi dua:
a.       Tujuan umum merupakan tujuan yang lebih menekankan pada pencapaian akhir sebuah masalah, dimana perubahan perilaku dari yang merugikan kesehatan kearah prilaku yang menguntungkan kesehatan. Tujuan umum ini lebih sebagai asuhan keperawatan keluarga.
b.      Tujuan khusus dalam rencana perawatan lebih menekankan pada pencapaian hasil masing-masing kegiatan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan rencana asuhan keperawaran tujuannya hendaklah logis, sesuai masalah, dan mempunyai jangka waktu yang sesuai dengan kondisi klien, kriteria hasil hendaknya dapat diukur dengan alat ukur dan diobservasi dengan panca indra perawat yang obyektif, rencana tindakan harus berorientasi pada pemecahan masalah, dilakukan mandiri oleh keluarga, dibuat bedasarkan masalah kesehatan, tindakan sederhana dan mudah dilakukan serta dapat dilakukan secara terus-menerus oleh keluarga.
5.      Implementasi
Pelasanaan adalah ketegori dari prilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan yang dilakukan dan diselesaikan (Potter & Perry, 2005).
pelasanaan keperawatan merupakan aktualisasi diri perencanaan yang telah disusun sebelumnya, prinsip yang mendasari pelaksanaan keperawatan keluarga antara lain:
a.       pelaksanaan keperawatan mengacu pada rencana keperawatan yang dibuat.
b.      pelaksanaan keperawatan dilakukan dengan tetap memperhatikan prioritas maslah. Kekuatan keluarga berupa finansial, motivasi, dan sumber-sumber pendukung lainya jangan diabaikan.
c.       pendokumentasikan pelaksanaan keperawatan keluarga janganlah terlupakan dengan menyertakan tanda tangan petugas sebagai bentuk tanggung gugat dan tanggung jawab profesi.
6.      Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menilai keberhasilan rencana tindakan yang telah dilaksanakan apabila tidak atau belum berhasil perlu disusun rencana baru yang sesuai. Semua tindakan keperawatan mungkin tidak dapat dilaksanakan dalam satu kali kunjungan rumah ke keluarga. Untuk itu dapat dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan waktu dan kesediaan keluarga yang telah disepakati bersama.
Evaluasi dapat terbagi menjadi 2 jenis, yaitu:
a.       Evaluasi berjalan (Formatif)
Evaluasi yang dikerjakan dalam bentuk pengisian catatan perkembangan berorientasi pada masalah yang dialami klien. Format yang digunakan dalam evaluasi formatif adalah SOAP.
b.      Evaluasi akhir (Sumatif)
Evaluasi yang dikerjakan dengan membandingkan antara tindakan yang telah dikerjakan dengan tujuan yang ingin dicapai. jika terjadi kesenjangan, maka proses keperawatan dapat ditinjau kembali untuk mendapatkan data guna memodifikasi perencanaan. Format yang digunakan dalam evaluasi sumatif adalah SOAP memberikan tuntunan pada perawat dengan uraian sebagai berikut:
1)      Subjektif (S)
Peryataan atau uraian keluarga, klien atau sumber lain tentang perubahan yang dirasakan setelah di berikan tindakan keperawatan.
2)    Objektif (O)
Data-data yang bisa diamati, bisa berupa kemajuan atau kemunduran dari status kesehatan seseorang.
3)    Analisa (A)
Pernyataan yang menunjukan sejauh mana masalah keperawatan yang dapat tertanggulangi.
4)    Planing (P)
Rencana yang ada dalam catatan perkembangan merupaka rencana tindakan hasil evaluasi tentang dilanjutkannya atau tidak sebuah rencana, sehingga diperlukan inovasi dan modifikasi bagi perawat kelurga. Tahap evaluasi dapat dilakukan secara formatif dan sumatif. Evaluasi formatif bertujuan untuk menilai hasil implementasi secara bertahap sesuai dengan kegiatan yang dilakukan sesuai kontrak pelaksanaan. Evaluasi sumatif bertujuan menilai secara keseluruhan terhadap pencapaian diagnosa keperawatan apakah rencana diteruskan atau dihentikan.


BAB III
TINJAUAN KASUS

Pada bab ini akan diuraikan mengenai asuhan keperawatan keluarga dengan hipertensi di RT 01 RW 06 Kelurahan Jatikarya, Kecamatan Jatisampurna, Kota Bekasi, yang dilaksanakan mulai tanggal 30 Mei sampai dengan 10 Juni 2016. Dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga pendekatan yang digunakan adalah proses keperawatan keluarga, yang meliputi lima tahap yaitu;
A.    Pengkajian
Pada tahap ini penulis mengumpulkan data dari keluarga untuk mengetahui keadaan kesehatan keluarga dan keadaan lingkungan. Data-data diperoleh melalui wawancara, observasi langsung dan pemeriksaan fisik, diperoleh data sebagai berikut;
1.      Data dasar keluarga
a.       Nama kepala keluarga Tn.N, usia 41 tahun, pendidikan terakhir SMA, pekerjaan sebagai wiraswasta. Beliau bertempat tinggal di RT 01 RW 06 Kelurahan Jatikarya, Kecamatan Jatisampurna, Kota Bekasi.
b.      Komposisi keluarga
Adapun anggota keluarga Tn.N adalah Ny.N yang berusia 40 tahun, hubungan dengan kepala keluarga adalah istri, pendidikan terakhir SMA, pekerjaan ibu rumah tangga. Tn.N memiliki tiga orang anak yaitu, An. D berusia 16 tahun pendidikan SMK, dan belum bekerja. An. N berusia 11 tahun pendidikan SD, dan belum bekerja. An. D berusia 4 tahun pendidikan belum sekolah dan belum bekerja.
c.       Genogram

x



 
                                                                                        
                                                                                     Hipertensi


                                                                                                   Ny.N
                                                                                             Hipertensi 41 tahun



 
                                                    : Laki-laki
                                               
                                                     : Perempuan
                                                    : Menikah
                                                    : Klien
                                                   : Keturunan
                                                   : Tinggal serumah
                                                  X       : Meninggal
Keluarga Tn. N adalah keluarga inti (the nuclear family), dimana didalam keluarga terdiri dari suami, istri dan anak. Ayah dari istri Tn. N meninggal karena riwayat hipertensi dan sudah komplikasi ke penyakit ginjal, saudara keluarga Tn.N tidak ada lagi yang mempunyai riwayat hipertensi. Tn.N dan Ny.N mempunyai tiga orang anak, dua diantaranya sekolah dan satu belum sekolah dan tinggal dalam satu rumah.
d.      Tipe keluarga
Keluarga Tn.N merupakan keluarga inti (the nuclear family) yang terdiri dari isti dan tiga orang anak.
e.       Suku bangsa
Keluarga Tn.N menganut suku Sunda. Bahasa yang digunakan bahasa indonesia dan terkadang dalam keluarga menggunakan bahasa Sunda. Seluruh anggota keluarga Tn.N semua berwarga negara Indonesia.
Warga yang berada ditempat tinggal sekarang kebanyakan bersuku Sunda. keluarga jarang mengikuti kegaiatan rekreasi yang diadakan oleh agama atau kelompok masyarakat. Keluarga juga tidak berpakaian tradisional dalam kehidupan sehari-hari, bentuk rumah dan dekorasi Tn.N juga tidak berbentuk rumah tradisional tertentu.
Keluarga Tn.N masih memanfaatkan pelayanan kesehatan yang berbentuk tradisional dan pelayanan kesehatan yang berbentuk modern, seperti klinik meski tidak sering.
f.       Agama
Semua anggota keluarga Tn.N beragama Islam. Menjalankan ibadah dan keyakinan sesuai dengan ajaran Islam seperti sholat, mengaji dan puasa. Keluarga aktif dalam menjalankan ibadah walaupun tidak dilakukan secara bersama-sama, dan semua aktivitas yang dilakukan tidak bertentangan dengan ajaran agama Islam.
g.      Status sosial ekonomi keluarga
Penghasilan keluarga diatas dari Rp. 2.000.000,- per bulan, yang diperoleh dari kerja Tn.N sebagai wiraswasta. Sedangkan An.D dan An.N masih sekolah dan belum bekerja. Dari penghasilan keluarga Tn.N mencukupi kebutuhan sehari-hari, keluarga Tn.N mempunyai tabungan walaupun hanya sedikit, dalam keluarga Tn.N tidak ada yang membantu keungan keluarga, dan yang mengelola keuangan dalam keluarga adalah Ny.N.
h.      Aktivitas rekreasi keluarga
Kebiasaan keluarga dalam rekreasi untuk berlibur tidak tentu dan sangat jarang dilakukan, karena An. D masih balita dan suka rewel, selain itu Ny.N harus mengasuh An.D yang masih balita.
Keluarga setiap hari menonton TV bersama-sama pada malam hari. Kadang-kadang mereka juga berkumpul bersama tetangga samping rumah untuk berbincang-bincang.
i.        Tahap dan tugas perkembangan keluarga
1)      Tahap perkembangan saat ini
Tahap perkembangan keluarga Tn.N saat ini adalah keluarga dengan anak usia remaja.
2)      Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Tugas perkembangan dengan anak usia remaja sudah terpenuhi yakni: memberi perhatian lebih pada remaja, bersama-sama mendiskusikan tentang rencana sekolah, memberi kebebasan dalam batasan tanggung jawab, serta mempertahankan komunikasi terbuka.
j.        Riwayat keluarga inti
Riwayat keluarga Tn.N sebelumnya sehat-sehat saja tetapi Ny.N mempunyai riwayat hipertensi pada saat kehamilan anak ketiga sekitar 4 tahun yang lalu. Tn.N dan Ny.N menikah pada sekitar tahun 1999 dan memiliki dua orang anak laki-laki dan satu orang anak perempuan. Keluarga tidak pernah bercerai dan tidak pernah mempunyai riwayat penyakit cacat mental atau cacat fisik.
k.      Riwayat keluarga sebelumnya
Ny.N mengatakan dikeluarga dahulu ayah atau orang tua dari Ny.N memiliki riwayat hipertensi dan Ny. N mengatakan ayahnya sudah meninggal.
2.      Lingkungan
a.       Perumahan
Jenis rumah Tn.N permanen, dengan luas bangunan 60 m2. Status rumah adalah milik pribadi, atap rumah asbes, lantai keramik, ventilasi rumah ada dan dibuka luas lebih dari 10% luas lantai, cahaya dapat masuk kedalam rumah, penerangan dengan listrik, kamar mandi sendiri dan memiliki WC sendiri. Secara kualitas, rumah tampak bersih.
b.      Denah rumah
2
1
3
6
4
5
7
8
 








                                       Keterangan :
1.          Teras
2.          Ruang tamu
3.          Kamar tidur depan
4.          Kamar tidur belakang
5.          Kamar tidur belakang
6.          Ruang keluarga
7.          Dapur
8.          Kamar mandi
c.       Pengelolahan sampah
Keluarga mempunyai tempat pembuangan sampah terbuka di samping rumah. Pengolahan sampah dilakukan dengan cara dibakar.
d.      Sumber air
Sumber air yang digunakan keluarga adalah pompa listrik, dan sumber air keluarga juga dari pompa listrik, dengan cara pengolahannya direbus terlebih dahulu. Kualitas air tidak berbau, tidak berasa dan tidak berwarna.
e.       Jamban keluarga
Keluarga memiliki jamban sendiri berjenis leher angsa, dengan jarak antara sumber air dengan pembuangan tinja (septic tank) lebih dari 10 meter.


f.       Pembuangan air limbah
keluarga Tn. N mengatakan mempunyai saluran pembuangan air limbah yaitu bak penampugan tertutup dengan kondidi aliran limbah tertutup lancar.
g.      Fasilitas sosial dan fasilitas kesehatan
Perkumpulan sosial dalam kegiatan masyarakat  setempat tidak ada, Terdapat pelayanan kesehatan yaitu puskesmas dan klinik. Keluarga Tn.N memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan tersebut yang letaknya dapat dijangkau dengan kendaraan bermotor.
h.      Karakteristik tetangga dan komunitas
Mayarakat di RW 06 berpenduduk tidak terlalu rapat, khusus tetangga Tn.N sebagai wiraswasta dan ibu rumah tangga. Sebagaian rumah permanen dan milik sendiri.
Status ekonomi keluarga bervariasi, ada yang menengah kebawah dan ada juga yang menengah keatas. Kondisi rumah ada yang memadai dan ada juga yang belum memadai.
Jalan terlihat bersih, fasilitas umum cukup memadai, masjid, sekolah. Kehidupan antar tetangga terjalin akrab dan saling mengunjungi.
i.        Mobilitas geografi keluarga
Menurut Ny.N awalnya ia tinggal di Bandung bersama keluarga besarnya. Setelah Tn.N mendapatkan pekerjaan di Bekasi, Tn.N beserta keluarga pindah ke ruma yang sekarang ditempati selama kurang lebih 2 tahun.
j.        Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Tn.N tidak terlalu aktif di kegiatan masyarakat karena Tn.N harus bekerja dari pagi hari berangkat pukul 07.00 WIB sampai sore pukul 18.00 WIB, mulai senin sampai sabtu minggu libur. Tempat kerja Tn.N masih di area Bekasi,Sedangkan Ny.N harus mengurus anaknya yang ketiga yaitu An.D yang masih suka rewel.
k.      Sistem pedukung keluarga
Dalam informal, menurut Ny.N jika keluarga mengalami kesulitan akan dibantu oleh saudara-saudaranya dan tetangga sebelah umah yaitu istri Tn.D, kalau anaknya sakit selalu ada sodara atau tetangga samping rumah yang membantu
Dalam formal, keluarga Tn.N mempunyai kartu BPJS dalam memenuhi kebutuhan kesehatannya, meski jarang digunakan. Keluarga Tn.N pun jarang mengunjungi fasilitas kesehatan yang tersedia.
3. Struktur kelurga
a.       Pola komunikasi keluarga
Dalam keluarga komunikasi sering terbuka dan berdiskusi jika ada masalah. Pengambilan keputusan didahului dengan cara diskusi. Komunikasi dengan keluarga lainnya cukup baik. Pola komunikasi keluarga tidak melibatkan emosi dalam penyampaian pesan.
b.      Struktur kekuatan keluarga
Antar anggota keluarga saling menghormati dan mendukung satu sama lainnya. Walaupun yang mengambil keputusan adalah Tn.N akan tetapi yang mengatur keadaan dan keuangan keluarga adalah Ny.N.
c.       Struktur peran
Tn.N adalah kepala keluarga yang bertugas sebagai pendidik, pengasuh, dan pencari nafkah.
Ny.N adalah ibu rumah tangga, yang mengatur keadaan rumah, keuangan dan mendidik anak-anaknya juga.
d.      Nilai dan norma budaya
Ny.N mengatakan, mengajarkan anak-anaknya untuk selalu taat beribadah sesuai dengan agama yang mereka anut yaitu agama islam. Sedangkan nilai dan norma tidak bertentangan dengan kesehatan.
4. Fungsi keluarga
a.       Fungsi afektif
Ny.N mengatakan keluarganya saling menyayangi, mengasihi dan menghargai satu sama lain, baik dengan anak-anaknya maupun suaminya.


b.      Fungsi sosialisasi
Tn.N dan Ny.N dengan anak-anaknya selalu bersosialisasi dengan baik, tidak ada penympangan dengan budaya dan agama dan keluarga mempunyai prinsip selalu menghormati yang lebih tua.
c.       fungsi reproduksi
Tn.N dan Ny.N mempunyai tiga orang anak, riwayat persalinan pada anak ketiga yaitu An.D persalinan dengan normal di rumah sakit didaerah Bandung. Ny.N menggunakan alat kontrasepsi KB pil 1 bulan, Ny.N mengatakan selama masa kehamilan dahulu tidak ada masalah.
5. Stres dan koping keluarga
a.       Stres jangka pendek
Ny.N mengakui sering kambuh darah tingginya dan sekarang sedang meningkat tekanan darahnya serta mengeluh sering pusing, Ny.N berharap supaya cepat sembuh.
b.      Stres jangka panjang
Ny.N mengakui dan berharap penyakit darah tinggi nya cepet sembuh, Ny.N pun memikirkan keuangan yang kedepan untuk anak-anaknya.
c.       Kemampuan keluarga berespon terhadap masalah
Jika ada masalah dalam keluarga, Tn.N akan berdiskusi dengan anggota keluarganya. Apabila perlu keluarga Tn.N melibatkan saudara-saudaranya untuk menyelesaikan masalah.
d.      Strategi koping yang digunakan
Keluarga Tn.N mengatakan, jika ada masalah selalu mendiskusikan dengan anggota keluarganya sehingga masukan-masukan dapat menyelesaikan masalah.
e.       Strategi adaptasi fungsional
Dari hasil pengkajian, tidak didapatkan adanya cara-cara keluarga mengatasi masalah dengan cara maladaptif.
f.       Pemeriksaan fisik
1)      Tn.N umur 41 tahun
TTD: 110/80 mmHg, N: 80x/menit, RR: 18x/menit, S: 36.5 C, TB: 167cm, BB: 76kg. Kepala/rambut: kulit kepala bersih, rambut pendek, tidak beruban dan tidak rontok. Mata: kelopak mata normal, tidak ada peradangan, konjungtiva anemis, pupil bulat isokor, tidak menggunakan kaca mata. Telinga: pendengaran baik, tinitus tidak ada, tidak ada serumen, purulen tidak ada, tidak ada nyeri bila digerakan. Hidung: tidak ada kelainan bentuk, tidak tersumbat, tidak ada secret. Mulut: gigi tidak karies, gigi bersih, gosok gigi 2 kali sehari. Leher: tidak terdapat tonjolan, dan kelainan. Dada/thorak: tidak ada pembesaran, tidak ada tumor, bunyi jantung normal, murmur tidak ada, ronchi tidak ada, wheezing tidak ada. Abdomen: tidak buncit, permukaan datar, tidak ada asites, perkusi timpani, bising usus 8x/menit, tidak ada mual, kembung dan perih. Ekstermitas bawah: tidak ada odem, tidak ada kekakuan sendi dan otot. Kulit: warna kuning lansat, tidak ada gatal, tidak ada luka, tidak ada kelainan. Lain-lain: tidak ada
Kesimpulan: Tn.N tidak terdapat masalah kesehatan dan tidak ada keluhan.
2)      Ny.N umur 40 tahun
TTD: 140/120 mmHg, N: 80x/menit, RR: 18x/menit, S: 36.5 C, TB: 160cm, BB: 82kg. Kepala/rambut: kulit kepala bersih, rambut panjang, tidak beruban dan tidak rontok. Mata: kelopak mata normal, tidak ada peradangan, konjungtiva anemis, pupil bulat isokor, tidak menggunakan kaca mata. Telinga: pendengaran baik, tinitus tidak ada, tidak ada serumen, purulen tidak ada, tidak ada nyeri bila digerakan. Hidung: tidak ada kelainan bentuk, tidak tersumbat, tidak ada secret. Mulut: gigi tidak karies, gigi bersih, gosok gigi 2 kali sehari. Leher: tidak terdapat tonjolan, dan kelainan. Dada/thorak: tidak ada pembesaran, tidak ada tumor, bunyi jantung normal, murmur tidak ada, ronchi tidak ada, wheezing tidak ada. Abdomen: buncit, tidak ada asites, perkusi timpani, bising usus 10x/menit, tidak ada mual, kembung dan perih. Ekstermitas bawah: tidak ada odem, tidak ada kekakuan sendi dan otot. Kulit: warna kuning lansat, tidak ada gatal, tidak ada luka, tidak ada kelainan. Lain-lain: tidak ada
Kesimpulan: Ny.N terdapat masalah, Ny.N menderita hipertensi.
3)    An.D umur 16 tahun
TTD: 100/80 mmHg, N: 80x/menit, RR: 18x/menit, S: 36.5 C, TB: 160cm, BB: 75kg. Kepala/rambut: kulit kepala bersih, rambut pendek, tidak beruban dan tidak rontok. Mata: kelopak mata normal, tidak ada peradangan, konjungtiva anemis, pupil bulat isokor, tidak menggunakan kaca mata. Telinga: pendengaran baik, tinitus tidak ada, tidak ada serumen, purulen tidak ada, tidak ada nyeri bila digerakan. Hidung: tidak ada kelainan bentuk, tidak tersumbat, tidak ada secret. Mulut: gigi tidak karies, gigi bersih, gosok gigi 2 kali sehari. Leher: tidak terdapat tonjolan, dan kelainan. Dada/thorak: tidak ada pembesaran, tidak ada tumor, bunyi jantung normal, murmur tidak ada, ronchi tidak ada, wheezing tidak ada. Abdomen: tidak buncit, permukaan datar, tidak ada asites, perkusi timpani, bising usus 8x/menit, tidak ada mual, kembung dan perih. Ekstermitas bawah: tidak ada odem, tidak ada kekakuan sendi dan otot. Kulit: warna hitam, tidak ada gatal, tidak ada luka, tidak ada kelainan. Lain-lain: tidak ada
Kesimpulan: An.D tidak terdapat masalah kesehatan dan tidak ada keluhan.


4)    An.N umur 11 tahun
TTD: 100/80 mmHg, N: 80x/menit, RR: 18x/menit, S: 36.5 C, TB: 110cm, BB: 32kg. Kepala/rambut: kulit kepala bersih, rambut panjang, tidak beruban dan tidak rontok. Mata: kelopak mata normal, tidak ada peradangan, konjungtiva anemis, pupil bulat isokor, tidak menggunakan kaca mata. Telinga: pendengaran baik, tinitus tidak ada, tidak ada serumen, purulen tidak ada, tidak ada nyeri bila digerakan. Hidung: tidak ada kelainan bentuk, tidak tersumbat, tidak ada secret. Mulut: gigi tidak karies, gigi bersih, gosok gigi 2 kali sehari. Leher: tidak terdapat tonjolan, dan kelainan. Dada/thorak: tidak ada pembesaran, tidak ada tumor, bunyi jantung normal, murmur tidak ada, ronchi tidak ada, wheezing tidak ada. Abdomen: tidak buncit, permukaan datar, tidak ada asites, perkusi timpani, bising usus 8x/menit, tidak ada mual, kembung dan perih. Ekstermitas bawah: tidak ada odem, tidak ada kekakuan sendi dan otot. Kulit: warna kuning lansat, tidak ada gatal, tidak ada luka, tidak ada kelainan. Lain-lain: tidak ada
Kesimpulan: An.N tidak terdapat masalah kesehatan dan tidak ada keluhan.


5)      An. D umur 4 tahun
TTD: - mmHg, N: 100x/menit, RR: 18x/menit, S: 36.5 C, TB: 54cm, BB: 25kg. Kepala/rambut: kulit kepala bersih, rambut pendek, tidak beruban dan tidak rontok. Mata: kelopak mata normal, tidak ada peradangan, konjungtiva anemis, pupil bulat isokor, tidak menggunakan kaca mata. Telinga: pendengaran baik, tinitus tidak ada, tidak ada serumen, purulen tidak ada, tidak ada nyeri bila digerakan. Hidung: tidak ada kelainan bentuk, tidak tersumbat, tidak ada secret. Mulut: gigi tidak karies, gigi bersih, gosok gigi 2 kali sehari. Leher: tidak terdapat tonjolan, dan kelainan. Dada/thorak: tidak ada pembesaran, tidak ada tumor, bunyi jantung normal, murmur tidak ada, ronchi tidak ada, wheezing tidak ada. Abdomen: tidak buncit, permukaan datar, tidak ada asites, perkusi timpani, bising usus 8x/menit, tidak ada mual, kembung dan perih. Ekstermitas bawah: tidak ada odem, tidak ada kekakuan sendi dan otot. Kulit: warna kuning lansat, tidak ada gatal, tidak ada luka, tidak ada kelainan. Lain-lain: tidak ada
Kesimpulan: An.D tidak terdapat masalah kesehatan dan tidak ada keluhan.



6. Harapan keluarga terhadap Asuhan Keperawatan Keluarga
Keluarga menyatakan merasa senang dengan kehadiran perawat dan berharap dapat membantu menyelesaikan masalah kesehatan yang dihadapi keluarga saat ini.
7. Fungsi perawatan kesehatan (penjajakan II)
a.       Fungsi perawatan hipertensi
setelah dilakukan pengkajian tanggal 30 Mei 2016 pada keluarga Tn.N khusunya Ny.N dengan Hipertensi;
1)      Mengenal masalah kesehatan hipertensi
Ny.N mengatakan hipertensi adalah penyakit darah tinggi dan penyakit yang dialaminya adalah penyakit turun-temuru dari ayahnya dengan gejala tengkuk terkadang nyeri, sakit kepala, dan susah tidur pada malam hari.
2)   Mengambil keputusan merawat anggota keluarga yang sakit hipertensi
Ny.N mengatakan akibat dari lanjut hipertensi adalah penyakit ginjal, karena ayah nya Ny.N meninggal karena penyakit ginjal dari hipertensinya. Hipertensi yang dialami Ny.N hilang timbul dan bila mengeluh pusing berhari-hari baru berobat ke rumah sakit atau beli obat warung dahulu.
3)    Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
Ny.N mengatakan selalu menyediakan makanan yang cukup mengandung gizi, seperti sayur-sayuran, lauk-pauk, dan Ny.N sering komsumsi mentimun supaya menurunkan darah tinggi jika Ny.N pusing hanya dibawa istirahat atau membeli obat warung, jika Ny.N merasakan sakit kepala yang hebat baru pergi kerumah sakit untuk berobat.
4)    Kemampuan keluarga memodifikasi lingkungan
Ny.N mengatakan tidak mengetahui cara memodifikasi lingkungan penderita hipertensi. Saat pengkajian, keluarga tampak aktif dan kooperatif mendengarkan penjelasan dari perawat,
5)    Pemanfaatan pelayanan kesehatan
Keluarga Tn.N khususnya Ny.N mengetaui fasilitas kesehatan yang ada, jika Ny.N merasa pusing yang hebat segera pergi ke rumah sakit atau klinik, keluarga Tn.N memanfaatkan fasiltas kesehatan yang ada dan juga fasilitas kesehatan terjangkau oleh keluarga dengan kendaraan bermotor.
b.      Masalah kesehatan asam urat
1)      kemampuan keluarga dalam mengenal asam urat
Ny.N mengatakan asam urat adalah nyeri pada sendi, dan penyebab dari penyakit asam urat tersebut Ny.N tidak mengetahuinya, tanda dan gejala dari asam urat adalah nyeri pada sendi.
2)    Kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan
Ny.N mengatakan penyakit asam urat yang dialaminya tidak terlalu parah sehingga belum perlu dibawa ke rumah sakit, apabila sudah parah baru dibawa ke rumah sakit atau klinik.
3)   Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan asam urat
Ny.N mengatakan sebelumnya tidak mengetahui punya penyakit asam urat atau tidak, Ny.N baru mengetahui ketika baru dicek sekarang dan bila nyeri sendi hanya mengunakan balsem atau salonpas saja.
4)    Kemampuan keluarga dalam memodifikasi lingkungan
Ny.N mengatakan tidak mengetahui cara memodifikasi lingkungan bagi pendeita asam urat. Saat pengkajian, keluarga tampak aktif dan kooperatif mendengarkan penjelasan dari perawat.
5)   Kemampuan keluarga dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan
Ny.N mengatakan kakinya sakit dan dirasakannya tidak terlalu parah tidak harus berobat ke rumah sakit atau klinik, hanya menggunakan balsem atau salonpas.




8. Analisa data
No
Data
Diagnosa
1.
Data subjektif :
Ø  Ny.N mengatakan  penyakit  hipertensinya sering hilang timbul dan sejak 4 tahun
Ø  Ny.N mengatakan hipertensi adalah penyakit darah tinggi dan penyakit ang dideritanya adalah penyakit keturunan dari ayahnya
Ø  Ny.N mengatakan terkadang nyeri tengkuk
Ø  Ny.N mengatakan sering sakit kepala
Ø  Ny.N mengatakan susah tidur kalau malam hari
Ø  Ny.N mengaatakan bila  mengeluh berhari-hari baru ke rumah sakit atau beli obat warung terlebih dahulu
Ø  Ny.N mengatakan tidak tahu cara memodifikasi lingkungan penderita hipertensi
Data objektif :
Ø  Keluarga tampak koperatif
Ø  Ny.N kesadaran compos mentis TD: 140/120 mmHg, N: 90x/menit, S: 36,5 derajat celcius, RR: 20x/menit
Resiko terhadap penurunan curah jantung pada keluarga Tn.N khususnya Ny.N berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan hipertensi
2.
Data subjektif :
Ø  Ny.N mengatakan masih suka mengkomsumsi makanan seperti sayur bayam, kangkung, jeroan, dan kacang-kacangan
Ø  Ny.N mengatakan tidak mengetahui tentang apa itu asam urat
Ø  Ny.N mengatakan tidak mengetahui cara dan perawatan asam urat
Ø  Ny.N mengatakan tidak tahu cara memodifikasi lingkungan penderita asam urat
Data objektif :
Ø  Skala nyeri ekstermitas bawah nyeri sedang dengan skala 5
Ø  Karakteristik nyeri seperti ditusuk-tusuk
Ø  Nialai asam urat 7,5 mm/dl
Nyeri pada keluarga Tn.N khususnya Ny.N berhubungan dengan ketidakmampuan keluaraga mengenal masalah kesehatan asam urat

B.     Diagnosa keperawatan
a.       Resiko terhadap penurunan curah jantung pada keluarga Tn.N khususnya Ny.N berhubungan dengan ketidakmampuan kelurga merawat anggota keluarga dengan hipertensi.
No
Kriteria
Skor
Bobot
Nilai
Pembenaran
1.
Sifat masalah:
Ancaman kesehatan
2
1
2/3x1=2/3
Penurunan curah jantung belum terjadi, hipertensi yang dialami hilang timbul dan belum dilakukan tindakan apapun, nyeri tengkuk, sakit kepala dan susah tidur pada malam hari yang dirasakan. Jika tidak segera ditangani akan menimbulkan masalah yang lebih berat
2.
Kemungkinan masalah dapat diubah:
Mudah
2
2
2/2x2=2
Sumber dana pengobatan Ny.N pribadi. Jarak fasilitas kesehatan bisa dijangkau dengan kendaraan bermotor, keluarga memiliki kemampuan untuk merawat dan mengerti sedikit tentang hipertensi
3.
Potensi masalah untuk dicegah:
Cukup
2
1
2/3x 1=2/3
Hipertensi Ny.N hilang timbul dan berlangsung lama sejak 4 tahun. Meski nilai tekanan darah dalam kategori hipertensi, namun faktor keturunan dan usia dapat mempengaruhi keberhasilan pengobatan. kelurga memiliki motivasi untuk merawat
4.
Menonjolnya masalah :
Masalah dirasakan tetapi tidak perlu segera ditangani
1
1
½ x 1= ½
Masalah kesehatan Ny.N yaitu hipertensi dirasakan tetapi keluarga merasa tidak perlu segera ditangani karena belum dirasakan berhari-hari

Total skore


3 5/6


b.      Nyeri pada keluarga n.N khususnya Ny.N berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga mengenal masalah kesehatan asam urat.
No
Kriteria
Skor
Bobot
Nilai
Pembenaran
1.
Sifat masalah:
Tidak atau kurang sehat
3
1
3/3 x 1= 1
Ancaman kesehatan karena Ny.N mengeluh nyeri pada sendi kaki, skala nyeri sedang dengan skala 5, karakteristik seperti ditusuk-tusuk
2.
Kemungkinan masalah dapat diubah:
Sebagian
1
2
½ x 1 = 1
Sebagian karena Ny.N tampak ingin sembuh dan mau mengetahui cara mengatasi asam urat dan Ny.N tidak tau tentang asam urat dan komplikasi dari asam urat.
3.
Potensi masalah untuk dicegah:
Rendah
1
1
1/3x1= 1/3
Potensi masalah untuk dicegah rendah karena Ny.N tidak tahu tentang makanan pantangan untuk asam urat
4.
Menonjonya masalah :
Harus segera ditangani
2
1
2/2 x 1 = 1
Harus segera ditangani karena kadar asam urat Ny.N sudah tinggi.

Total skore


3 1/3









C.     Daftar diagnosa bedasarkan prioritas
a.  Resiko terhadap penurunan curah jantung pada keluarga Tn.N khususnya Ny.N berhubungan dengan ketidakmampuan kelurga merawat anggota keluarga dengan hipertensi, skor 3 5/6.
b. Nyeri pada keluarga Tn.N khususnya Ny.N berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga mengenal masalah kesehatan asam urat, 3 1/3.
D.    Perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi keperawatan
Pada bagian ini akan diuraikan secara sistematis mengenai perencanaan, tindakan keperawatan, dan evaluasi dari masing-masing tujuan khusus, sebagai berikut :
1.      Diagnosa keperawatan I
Resiko terhadap penurunan curah jantung pada keluarga Tn.N khususnya Ny.N berhubungan dengan ketidakmampuan kelurga merawat anggota keluarga dengan hipertensi.

Tujuan umum :
Setelah dilakukan 4 kali kunjungan rumah, penurunan curah jantung tidak terjadi pada keluarga Tn.N khususnya Ny.N.
Tujuan khusus I :
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan 1 kali pertemuan, keluarga Tn.N khususnya Ny.N dapat menjelaskan kembali tentang:
a.       Pengertian hipertensi
b.      Penyebab dari hipertensi
c.       Tanda dan gejala dari hipertensi
Kriteria : Respon verbal
Standar : Hipertensi adalah tingginya tekanan darah dimana tekanan diatasnya lebih dari 140 mmHg dan bawahnya diatas 90 mmHg. Menyebutkan 3 dari 11 penyebab penyakit hipertensi yaitu faktor penyakit, faktor genetik, faktor usia, faktor gender, kurang gerak, asupan garam berlebih, obesitas, kurang tidur, makanan berlemak, gaya hidup tidak sehat, stres. Menyebutkan 3 dari 10 tanda dan gejala hipertensi yaitu sakit kepala bagian tengkuk, perasaan ingin muntah, mudah lelah atau letih, gelisah dan gugup, sesak nafas, sulit tidur, keluar keringat berlebih, mengalami penurunan kesadaran, gemetar, pandangan kabur.
Perencanaan :
a.       Diskusikan bersama keluarga pengertian hipertensi dengan menggunakan lembar balik.
b.      Tanyakan kembali kepada keluarga tentang pengertian hipertensi.
c.       Berikan reinforcemen positif atas usaha yang dilakukan keluarga.
d.      Diskusikan bersama keluarga penyebab hipertensi dengan menggunakan lembar balik.
e.       Motivasi keluarga untuk menyebutkan kembali penyebab hipertensi.
f.       Berikan reinforcemen positif atas usaha yang dilakukan keluarga.
g.      Diskusikan bersama keluarga tentang tanda dan gejala hipertensi dengan menggunakan lembar balik.
h.      Motivasi keluarga untuk menyebutkan kembali tanda dan gejala hipertensi.
i.        Berikan reinforcemen positif atas usaha yang dilakukan keluarga.
Pelaksanaan tindakan keperawatan tanggal 30 Mei 2016 pukul 09.30 WIB
TUK I :
a.       Mengucapkan salam.
Respon : keluarga menjawab salam
b.      Mendiskusikan bersama keluarga pengertian hipertensi dengan menggunakan lembar balik.
Respon : keluarga menyimak penjelasan dari perawat dan aktif berdiskusi.
c.       Menanyakan kembali kepada keluarga tentang pengertian hipertensi.
Respon : keluarga dapat menyebutkan kembali pengertian hipertensi.
d.      Memberikan reinforcemen positif atas usaha yang dilakukan keluarga.
Respon : keluarga tampak senang mendapatkan pujian dari perawat.
e.       Mendiskusikan bersama keluarga penyebab hipertensi dengan menggunakan lembar balik.
Respon : keluarga tampak aktif berdiskusi dengan perawat.
f.       Memotivasi keluarga untuk menyebutkan kembali penyebab hipertensi.
Respon : keluarga termotivasi untuk menyebutkan kembali penyebab hipertensi.
g.      Memberikan reinforcemen positif atas usaha yang dilakukan keluarga.
Respon : keluarga tampak senang mendapatkan pujian dari perawat.
h.      Mendiskusikan bersama keluarga tentang tanda dan gejala hipertensi dengan menggunakan lembar balik.
Respon : keluarga tampak aktif berdiskusi dengan perawat.
i.        Memotivasi keluarga untuk menyebutkan kembali tanda dan gejala hipertensi.
Respon : keluarga termotivasi untuk menyebutkan kembali tanda dan gejala hipertensi.
j.        Memberikan reinforcemen positif atas usaha yang dilakukan keluarga.
Respon : keluarga tampak senang mendapatkan pujian dari perawat.
Evaluasi keperawatan tanggal 30 Mei 2016 pukul 09.50 WIB.
Evaluasi subjektif :
a.       Keluarga menjawab salam
b.      Ny.N menyetujui pertemuan saat ini selama kurang lebih 20 menit.
c.       Ny.N mengatakan penyakit hipertensi adalah penyakit darah tinggi yang melebihi batas normal yaitu 140/90 mmHg.
d.      Ny.N mengatakan penyebab hipertensi adalah komsumsi garam berlebih, keturunan dan stres.
e.       Ny.N mengatakan tanda dan gejala hipertensi adalah sakit kepala, mata kunang-kunang, mudah lelah.
f.       Ny.N mengatakan sering mengeluh sakit kepala bila tekanan darahnya meningkat.
Evaluasi objektif :
a.       Ny.N tampak menyetujui kontrak.
b.      Ny.N tampak aktif dan menyimak penjelasan yang diberikan.
c.       Ny.N tampak menyebutkan pengertian hipertensi.
d.      Ny.N tampak menyebutkan 3 dari 11 penyebab hipertensi.
e.       Ny.N tampak menyebutkan 3 dari 10 tanda dan gejala hipertensi.
Analisa data : TUK I tercapai
Planing : Lanjutkan TUK II
Tujuan khusus II
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan 1 kali pertemuan, keluarga Tn.N khususnya Ny.N mampu mengambil keputusan untuk merawat anggota keluarga yang menderita hipertensi dengan cara :
a.       Menyebutkan akibat lanjut tidak diobati hipertensi.
b.      memutuskan merawat anggota keluarga yang menderita hipertensi.
Kriteria : Respon verbal
Standar : Menyebutkan 2 dari 4 akibat lanjut tidak diobatinya hipertensi yaitu stroke, penyakit jantung, gagal ginjal dan kerusakan otak. Keluarga memutuskan untuk merawat anggota keluarga dengan hipertensi, dengan ini rajin kontrol kepetugas kesehatan.
Perencanaan :
a.       Jelaskan pada keluarga akibat lanjut dari hipertensi bila tidak diobati menggunakan lembar balik.
b.      Motivasi keluarga untuk menyebutkan kembali akibat  lanjut dari hipertensi bila tidak diobati.
c.       Berikan reinforcemen positif atas usaha yang dilakukan keluarga.
d.      Diskusikan kembali tentang keinginan keluarga untuk merawata anggota keluarga dengan hipertensi.
e.       Berikan reinforcemen positif atas usaha yang dilakukan keluarga.
Pelaksanaan tindakan keperawatan tanggal 30 Mei 2016 pukul 09.30 WIB.
TUK II :
a.       Menjelaskan pada keluarga akibat lanjut dari hipertensi bila tidak diobati.
Respon : keluarga tampak mendengarkan penjelasan dari perawat.
b.      Memotivasi keluarga untuk menyebutkan kembali akibat  lanjut dari hipertensi bila tidak diobati.
Respon : keluarga termotivasi dan menyebutkan kembali akibat lanjut hipertensi bila tidak diobati.
c.       Memberikan reinforcemen positif atas usaha yang dilakukan keluarga.
Respon : keluarga tampak senang mendapat pujian dari perawat.
d.      Mendiskusikan kembali tentang keinginan keluarga untuk merawata anggota keluarga dengan hipertensi.
Respon : keluarga mendengarkan penjelasan dan aktif berdiskusi.
e.       Memberikan reinforcemen positif atas usaha yang dilakukan keluarga.
Respon : keluarga tampak senang mendapat pujian dari perawat.
Evaluasi keperawatan tanggal 30 Mei 2016 pukul 09.50 WIB.
Evaluasi subjektif :
a.       Ny.N mengatakan akibat lanjut hipertensi yang tidak diobati adalah stroke dan gagal ginjal.
b.      Ny.N bertanya bagaimana cara merawat dengan hipertensi.
c.       Ny.N mengatakan akan rajin kontrol ke tenaga kesehatan terdekat.
Evaluasi objektif :
a.       Keluarga tampak mendengarkan penjelasan yang diberikan.
b.      Ny.N tampak kooperatif dan aktif saat berdiskusi.
Analisa data : TUK II tercapai.
Planing : Lanjutkan TUK III.
Tujuan khusus III :
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan 1 kali pertemuan, keluarga Tn.N khususnya Ny.N mampu mengetahui cara perawatan hipertensi dirumah dengan cara:
a.       Menyebutkan cara perawatan hipertensi dirumah.
b.      menyebutkan macam-macam buah-buahan penurun hipertensi.
c.       Membuat obat tradisional untuk hipertensi.
d.      Keluarga akan memberikan cara pengobatan tradisional herbal pada anggota keluarga yang sakit.
Kriteria : Respon verbal, afektif, dan psikomotor.
Standar : Menyebutkan 3 dari 5 cara perawatan hipertensi dirumah yaitu istirahat teratur atau kontrol stress, olahraga teratur, memberikan obat tradisional, memeriksakan anggota keluarga yang sakit bila tidak bisa ditangani dirumah, mematuhi diit yang dianjurkan (rendah garam,rendah kolesterol). Menyebutkan 3 dari 6 macam-macam buah penurun hipertensi yaitu buah beri, jeruk, mengkudu, mentimun, belewah, tomat. Keluarga mendemontrasikan ulang pembuatan obat tradisional herbal dengan mentimun parut dan akan memberikan cara pengobatan tradisional herbal ini pada anggota keluarga yang sakit. Pada kunjungan tak terencana, keluarga membuat obat tradisional untuk hipertensi.
Perencanaan :
a.       Diskusikan bersama keluarga cara perawatan hipertensi dirumah.
b.      Motivasi keluarga untuk menyebutkan kembali cara perawatan hipertensi dirumah.
c.       Berikan reinforcemen positif atas usaha yang dilakukan keluarga.
d.      Diskusikan bersama keluarga macam-macam buah penurun hipertensi.
e.       Motivasi keluarga untuk menyebutkan kembali macam-macam buah penurun hipertensi.
f.       Berikan reinforcemen positif atas usaha yang dilakukan keluarga.
g.      Demontrasikan kepada keluarga cara pembuatan obat tradisional herbal dengan mentimun parut untuk hipertensi.
h.      Berikesempatan kepada keluarga untuk membuat obat tradisional yang telah diajarkan.
i.        Berikan reinforcemen positif atas usaha yang dilakukan keluarga.
j.        Pastikan keluarga akan melakukan tindakan yang diajarkan bila mengalami hipertensi.
k.      Lakukan kunjungan tidak terencana.
Pelaksanaan tindakan keperawatan tanggal 10 Juni 2016 pukul 09.30 WIB.
a.       Mendiskusikan bersama keluarga cara perawatan hipertensi dirumah.
Respon : keluaga tampak aktif saat berdiskusi
b.      Memotivasi keluarga untuk menyebutkan kembali cara perawatan hipertensi dirumah.
Respon : keluarga menyebutkan kembali cara perawatan hipertensi dirumah.
c.       Memberikan reinforcemen positif atas usaha yang dilakukan keluarga.
Respon : keluarga tampak senang mendapat pujian dari perawat.
d.      Mendiskusikan bersama keluarga macam-macam buah penurun hipertensi.
Respon : keluaga tampak aktif saat berdiskusi
e.       Memotivasi keluarga untuk menyebutkan kembali macam-macam buah penurun hipertensi.
Respon : keluarga menyebutkan kembali macam-macam buah penurun hipertensi.
f.       Memberikan reinforcemen positif atas usaha yang dilakukan keluarga.
Respon : keluarga tampak senang mendapat pujian dari perawat.
g.      Mendemontrasikan kepada keluarga cara pembuatan obat tradisional herbal dengan mentimun parut untuk hipertensi.
Respon : keluarga memperhatikan cara pembuatan obat tradisional.
h.      Memberi kesempatan kepada keluarga untuk membuat obat tradisional yang telah diajarkan.
Respon : keluarga memperagakan ulang cara pembuatan obat tradisional dengan baik.
i.        Memberikan reinforcemen positif atas usaha yang dilakukan keluarga.
Respon : keluarga tampak senang mendapat pujian dari perawat.
j.        Melakukan kunjungan tidak terencana.
Respon : Ny.N tampak sering meminum air mentimun.
Evaluasi keperawatan tanggal 10 Juni 2016 pukul 10.00 WIB.
Evaluasi subjektif :
a.       Ny.N mengatakan cara perawatan hipertensi dirumah adalah istirahat, olahraga teratur dan minum obat.
b.      Ny.N mengatakan buah-buahan penurun hipertensi adalah jeruk, mentimun, mengkudu.
c.       Ny.N mengatakan ingin mencoba membuat obat tradisional.
d.      Ny. N mengatakan membuat obat tradisional hipertensi dengan menggunakan 2 buah mentimun berukuran sedang dan kalau yang besar 1, dicuci bersih, diparut, kemudian disaring airnya, lalu diminum 2 sampai 3 kali sehari.
e.       Ny.N mengatakan akan membuat obat tradisional mentimun parut jika ada yang menderita hipertensi.
Evaluasi subektif
a.       Keluarga tampak menyimak penjelasan cara perawatan hipertensi dirumah.
b.      Ny.N tampak menyebutkan 3 dari 5 cara perawatan hipertensi dirumah.
c.       Keluarga tampak menyimak penjelasan tentang macam-macam buah-buahan penurun hipertensi.
d.      Ny.N tampak menyebutkan 3 dari 6 macam-macam buah-buahan penurun hipertensi.
e.       Ny.N tampak memperagakan ulang pembuatan obat tradisional yaitu mentimun parut.
f.       Pada pukul 18.30 WIB, Ny.N tampak sedang meminum air mentimun saring yang pertama.
Analisa : TUK III tercapai.
Planning : Lanjutkan TUK IV.
Tujuan khusus IV :
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan 1 kali pertemuan, keluarga Tn.N khususnya Ny.N mampu memodifikasi lingkungan yang dapat mencegah hipertensi, dengan cara : menyebutkan cara memodifikasi lingkungan.
Kriteria : Respon verbal dan psikomotor.
Standar : Keluarga menyebutkan 2 dari 4 cara memodifikasi lingkungan yang dapat mencegah hipertensi yaitu menghindari stres, mengurangi komsumsi garam berlebih, mengurangi komsumsi minuman berkafein dan berakohol.
Perencanaan :
a.       Diskusikan bersama keluarga cara memodifiksai lingkungan yang dapat mencegah hipertensi.
b.      Motivasi keluarga untuk menyebutkan kembali cara memodifikasi lingkungan yang dapat mencegah hipertensi.
c.       Berikan reinforcemen positif atas usaha yang dilakukan keluarga.
Pelaksanaan tindakan keperawatan tanggal 11 Juni 2016 pukul 10.00 WIB.
a.       Mendiskusikan bersama keluarga cara memodifikasi lingkungan yang dapat mencegah hipertensi.
Respon : keluaga tampak aktif saat berdiskusi
b.      Memotivasi keluarga untuk menyebutkan kembali cara memodifikasi lingkungan yang dapat mencegah hipertensi.
Respon : keluarga menyebutkan kembali cara memodifikasi lingkungan yang dapat mencegah hipertensi.
c.       Memberikan reinforcemen positif atas usaha yang dilakukan keluarga.
Respon : keluarga tampak senang mendapat pujian dari perawat.
Evaluasi keperawatan tanggal 11 Juni 2016 pukul 10.20 WIB.
Evaluasi subjektif :
Ny.N mengatakan cara memodifikasi lingkungan yang dapat mencegah hipertensi adalah menghindari stres dan mengkomsumsi garam berlebih.
Evaluasi objek :
a.       Keluarga tampak mendengarkan penjelasan yang diberikan.
b.      Ny.N tampak koperatif dan aktif saat berdiskusi.
Analisa : TUK IV tercapai.
Planing : Lanjutkan TUK V.
Tujuan Khusus V :
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan 1 kali pertemuan, keluarga Tn.N khususnya Ny.N mampu memanfaatkan pelayanan kesehatan dengan cara:
a.       Menyebutkan fasilitas kesehatan yang dapat dikunjungi.
b.      Menyebutkan manfaat kunjungan ke fasilitas kesehatan.
c.       Memanfaatkan pelayanan kesehatan dalam merawat penyakit hipertensi.
Kriteria : Respon verbal dan psikomotor.
Standar : Keluarga dapat menyebutkan jenis fasilitas kesehatan yang dapat dikunjungi yaitu Puskesmas, klinik dan Rumah Sakit. Manfaat mengunjungi tempat-tempat fasilitas kesehatan yaitu mendapat pelayanan kesehatan hipertensi, mendapat penyuluhan kesehatan tentang hipertensi. Keluarga akan membawa anggota keluarga yang sakit ke tempat-tempat fasilitas kesehatan.
Perencanaan :
a.       Diskusikan bersama keluarga jenis fasilitas kesehatan yang dapat dikunjungi.
b.      Motivasi keluarga untuk menyebutkan kembali cara jenis fasilitas kesehatan yang dapat dikunjungi.
c.       Berikan reinforcemen positif atas usaha yang dilakukan keluarga.
d.      Diskusikan bersama keluarga mengenai manfaat pelayanan kesehatan.
e.       Motivasi keluarga untuk menyebutkan kembali manfaat kesehatan.
f.       Berikan reinforcemen positif atas usaha yang dilakukan keluarga.
g.      Diskusikan tempat pelayanan yang tepat untuk keluarga.
h.      Motivasi keluarga untuk membawa anggota keluarga yang sakit ke fasilitas kesehatan.
i.        Berikan reinforcemen positif atas usaha yang dilakukan keluarga.
Pelaksanaan tindakan keperawatan tanggal 12 Juni 2016 pukul 10.00 WIB.
a.       Mendiskusikan bersama keluarga jenis fasilitas kesehatan yang dapat dikunjungi.
Respon : keluaga tampak aktif saat berdiskusi
b.      Memotivasi keluarga untuk menyebutkan kembali jenis fasilitas kesehatan yang dapat dikunjungi.
Respon : keluarga menyebutkan kembali jenis fasilitas kesehatan yang dapat dikunjungi.
c.       Memberikan reinforcemen positif atas usaha yang dilakukan keluarga.
Respon : keluarga tampak senang mendapat pujian dari perawat.
d.      Mendiskusikan dengan keluarga mengenai manfaat pelayanan kesehatan.
Respon : keluarga aktif berdiskusi.
e.       Motivasi keluarga untuk menyebutkan kembali manfaat pelayanan kesehatan.
Respon : keluarga menyebutkan kembali manfaat pelayanan kesehatan.
f.       Mendiskusikan tempat pelayanan kesehatan yang tepat untuk keluarga.
Respon : keluarga aktif berdiskusi
g.      Memotivasi keluarga untuk membawa anggota keluarga yang sakit ke fasilitas kesehatan.
Respon : keluarga mengatakan akan membawa Ny.N ke klinik.
h.      Memberikan reinforcemen positif atas usaha yang dilakukan keluarga.
Respon : keluarga tampak senang mendapat pujian dari perawat.



Evaluasi kperawatan tanggal 12 Juni 2016 pukul 11.40 WIB.
Evaluasi subjektif :
a.       Ny. N mengatakan tempat pelayanan keseatan yang bisa dikunjungi adalah puskesmas atau klinik.
b.      Ny.N mengatakan manfaat tempat pelayanan kesehatan adalah dapat mengobati hipertensi yang dialami Ny.N.
c.       Ny. mengatakan akan berobat ke klinik besok sore.
Evaluasi objektif :
a.       Keluarga tampak aktif dan kooperatif berdiskusi dengan perawat.
b.      Ny.N tampak dapat menyebutkan tempat pelayanan kesehatan yang dapat dikunjungi.
c.       Ny.N tampak dapat menyebutkan manfaat dari pelayanan kesehatan.
d.      Ny.N mempunyai keinginan untuk berobat ke klinik.
e.       pada tanggal 13 Juni 2016 Ny.N berobat ke klinik.
Analisa : TUK V tercapai.
Planing :  Masalah teratasi pertahankan intervensi.
 
BAB IV
PEMBAHASAN

Dalam bab ini penulis akan membahas mengenai kesenjangan antara teori dan kasus, yaitu dengan membandingkan dan mengemukakan alasannya termasuk faktor pendukung dan penghambat dalam memberikan asuhan keperawatan pada Ny.N dengan masalah kesehatan utama yaitu hipertensi. Pembahasanan ini sesuai dengan tahap proses keperawatan keluarga dimulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
A.    Pengkajian
Tujuan dari pengkajian adalah untuk mengumpulkan data klien sehingga diketahui masalah kesehatan yang terjadi pada Ny.N. Pada saat pengkajian diperoleh data melalui observasi, pengukuran, pemeriksaan fisik, dan wawancara, yang meliputi data dasar keluarga, lingkungan, struktur keluarga, fungsi keluarga, stress dan koping keluarga, harapan keluarga terhadap asuhan keperawatan keluarga dan fungsi perawat kesehatan.
Pada penjajakan tahap pertama, data penulis dapatkan sebagai berikut : komposisi keluarga berjumlah lima orang yang terdiri dari ayah, ibu dan tiga orang anak yang merupakan ciri keluarga inti (muclear family) bedasarkan teori. Tingkat pendidikan kepala kelurga SMA, anggota keluarga yaitu Ny.N SMA dan anak-anaknya masih sekolah An.D SMK, An.N SD dan An.D belum sekolah. Hal ini penulis memberikan informasi ringan dengan bahasa yang mudah dimengerti terkait masalah kesehatan yang dihadapi.
Untuk status ekonomi, penghasilan yang didapat Tn.N mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari dan Tn.N juga memiliki tabungan keluarga walaupun sedikit.
Pada tahap perkembangan keluarga  Tn.N termasuk keluarga dengan anak usia remaja, dimana An.D kini berusisia 16 tahun, dengan tugas perkembangan yang disesuaikan dengan teori yaitu; memberikan perhatian lebih dari orang tua kepada anak usia remaja, mendiskusikan kegiatan didalam dan diluar sekolah, memberikan kebebasan dalam batasan tanggung jawab dan mempertahankan komunikasi dua arah.
penulis mendapati tidak ada kesenjangan antara teori dengan data tugas perkembangan yang ada dimana An.D sudah mulai bertanggung jawab dengan kebebasan yang diberikan oleh orang tuanya, mendiskusikan kegiatan didalam dan diluar sekolah, dan sebagai orang tuanya Tn.N dan Ny.N memberikan perhatian lebih pada An.D dan mempertahankan komunikasi dua arah.
Dari data riwat keluarga, dari pihak keluarga Ny.N terdapat penyakit keturunan hipertensi, dan ini merupakan faktor penghambat tingkat keberhasilan asuhan keperawatan keluarga. Hal ini disiasati penulis dengan memberikan pendidikan kesehatan terkait masalah kesehatan yang dialami.
pada pengkajian lingkungan pada keluarga Tn.N, data yang dikaji disesuaikan dengan konsep teori serta format keluarga yang penulis dapatkan, dan data lingkungan ini penulis menilai menjadi faktor pendukung dimana karakteristik komunitas sangat kental rasa kekeluargaannya, fasilitas kesehatan yang terjangkau, begitu pula untuk sistem pendukung keluarga baik formal, yaitu fasilitas puskesmas bagi Ny.N , maupun informal dengan biaya pribadi dan saudara Tn.N.
Untuk struktur keluarga, pola komunikasi baik. Tidak terdapat kesenjangan karena seluru anggota keluarga Tn.N berperan dengan fungsinya masing-masing dalam keluarga.
Untuk fungsi keluarga Tn.N, penulis mencantumkan tahap-tahap sesuai teori yaitu menurut Friedman (2002), dimulai dengan fungsi afektif yaitu, perlindungan psikolosgis, rasa aman, interaksi, mendewasakan, mengenal indentitas individu. pada fungsi efektif, Tn.N selalu mengingatkan An.D bila tidak bersekolah atau tidak shalat. ini menjadi faktor pendukung dalam pemberian asuhan keperawatan keluarga. Untuk funsi sosial tidak ada kesenjangan. Dalam faktor budaya, tidak ada faktor yang bertentangan dengan kesehatan.
stress jangka pendek yang dirasakan keluarga Ny.N mengakui sering kambuh darah tingginya dan sekarang sedang meningkat tekanan darahnya serta mengeluh sering pusing, Ny.N berharap supaya cepat sembuh. Stress jangka panjang, Ny.N mengakui dan berharap penyakit darah tinggi nya cepet sembuh, Ny.N pun memikirkan keuangan yang kedepan untuk anak-anaknya.
Pada pemeriksaan fisik dikeluarga Tn.N ditemukan Ny.N kurang sehat. penulis menilai bedasarkan data yang didapat dari pernyataan Ny.N sendiri yaitu, tekanan darah 140/120 mmHg, Ny.N mengatakan sering pusing dan terdapat riwayat penyakit keturunan dari keluarga yaitu hipertensi. Penulis mendapatkan keterangan dari keluarga bahwa keluarga sudah memanfaatkan fasilitas kesehatan meskipun jarang.
Pada penjajakan tahap kedua meliputi ketidak mampuan keluarga mengenal masalah kesehatan, ketidak mampuan keluarga mengambil keputusan, ketidak mampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit, ketidak mampuan keluarga memodifikasi lingkungan dan ketidak mampuan keluarga memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada.
Saat wawancara tentang penyakit hipertensi, Ny.N mengatakan adalah penyakit darah tinggi, penyebabnya adalah banyak komsumsi yang asin-asin, dengan gejala pusing, dan penanganannya dengan istirahat teratur. Ny.N mengatakan akibat lanjut hipertensi adalah stroke. Cara perawatan dirumah keluarga tidak tahu banyak, begitu pula cara memodifikasi lingkungan dengan hipertensi. Keluarga pun jarang memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada dilingkungannya. Untuk penyebab hipertensi pada Ny.N yaitu faktor keturunan dan usia.
Selama proses pengkajian ini, penulis melakukan kunjungan rumah berkala, sehingga akan melancarkan asuhan keperawatan yang diberikan. Keluarga sangat koperatif dalam menjawab semua pertanyaan, dan hal ini penulis rasakan sebagai faktor pendukung . Namun ada faktor penghambat karena keluarga tidak dapat hadir semua saat mengkaji karena harus berkerja dan bersekolah. Hal ini penulis siasati dengan melakukan pengkajian pada malam hari, sehingga semua anggota keluarga dapat berkumpul semua dirumah.
B.       Diagnosa keperawatan
Dari masalah yang ditemukan, didasarkan pada tipologi diagnosa keperawatan keluarga, penulis mendapatkan dua diagnosa pada keluarga Tn.N khusus nya Ny.N diagnosa resiko tersebut yaitu; Resiko terhadap penurunan curah jantung pada keluarga Tn.N khususnya Ny.N berhubungan dengan ketidakmampuan kelurga merawat anggota keluarga dengan hipertensi, skor 3 5/6. Diagnosa kedua yaitu, Nyeri pada keluarga Tn.N khususnya Ny.N berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga mengenal masalah kesehatan asam urat, 3 1/3. Diagnosa yang diperioritaskan bedasarkan teori adalah diagnosa dengan skor tertinggi yaitu; Resiko terhadap penurunan curah jantung pada keluarga Tn.N khususnya Ny.N berhubungan dengan ketidakmampuan kelurga merawat anggota keluarga dengan hipertensi, skor 3 5/6.
Dalam penegakan diagnosa, penulis tidak mengalami hambatan karena data yang didapatkan dapat dianalisa untuk mengidentifikasi masalah keperawatan keluarga. Keluarga Tn.N pun sangat kooperatif dalam memberikan informasi terkait masalah kesehatan keluarganya.
C.       Perencanaan
Perencanaan disusun bedasarkan prioritas masalah yang ditemukan melalui penampisan masalah, yang dilihat dari sifat masalah, kemungkinan masalah dapat diubah, potensi masalah untuk dicegah dan menonjolnya masalah, resiko penurunan curah jantung menjadi prioritas utama dalam penyusunan rencana tindakan keperawatan keluarga.
Secara teori, langkah perencanaan meliputi penentuan sasaran prioritas, kriteria, standar evaluasi serta menyusun rencana tindakan untuk mengatasi masalah keperawatan yang ditemukan. Selain itu, dalam menyusun rencana tindakan keperawatan diarahkan untuk mencapai kemampuan keluarga dalam melaksanakan fungsi keluarga dalam pemeliharaan kesehatan.
Dalam penyusunan rencana keperawatan keluarga, penulis sesuaikan dengan sumber daya keluarga. Intervensi yang dibuat diharapkan dapat mengarahkan perilaku keluarga guna mencapai keberhasilan intervensi.
D.      Pelaksanaan
Secara teori, implementasi keperawatan keluarga mengacu pada intervensi yang dibuat, dengan memperhatikan prioritas masalah dan tidak mengabaikan sumber daya keluarga serta pendokumentasian tindakan. Pada saat implementasi, penulis sesuaikan dengan intervensi yang dibuat dan bekerja sama dengan keluarga dalam mencapai tujuan yang diharapkan. TUK 1, TUK 2, TUK 3, TUK 4, dan TUK 5 telah tercapai pada diagnosa pertama. Upaya penulis untuk mencapai tujuan tersebuat dengan cara memberikan informasi dan mendemontrasikan pengobatan tradisional serta menganjurkan hal-hal yang diperbolehkan untuk mengatasi masalah yang dihadapi keluarga.
Pada pelaksanaan tindakan, penulis sesuaikan dengan sumber daya dan sumber dana yang ada pada keluarga dan memodifikasi tindakan sesuai kemampuan keluarga agar tidak menyulitkan. Pada tahap implementasi, penulis lebih banyak memberikan pendidikan kesehatan tentang hipertensi karena ketidak tahuan keluarga tentang hipertensi. Oleh sebab itu, penulis sangat berharap petugas puskesmas dapat memberikan informasi kepada warganya tentang hipertensi secara berkala mengingat kemampuan kongnitif masyarakat yang berbeda-beda. Pada tahap ini, penulis mengalami hambatan karena keterbatasan waktu, sehingga diagnosa kedua tidak dapat dilakukan sehingga memerlukan tindak lanjut dari petugas puskesmas.

E.       Evaluasi
Tahap evaluasi digunakan untuk menilai keberhasilan dengan metode observasi langsung, wawancara, memeriksa laporan dan stimulasi. Terkait asuhan keperawatan keluarga yang penulis lakukan, metode evaluasi yang digunakan adalah observasi langsung pada masalah kesehatan Resiko terhadap penurunan curah jantung pada keluarga Tn.N khususnya Ny.N berhubungan dengan ketidakmampuan kelurga merawat anggota keluarga dengan hipertensi. Penulis langsung mengamati melalui observasi dan latihan stimulasi tentang perawatan hipertensi dirumah dengan membuat obat tradisional. Pada diagnosa pertama, TUK 1, sampai TUK 5 telah tercapai, serta memerlukan tindak lanjut oleh petugas kesehatan khususnya pihak puskesmas terkait. 
BAB V
PENUTUP

Pada bab ini penulis akan membuat kesimpulan dan memberikan saran dalam pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga pada keluarga Tn.N khususnya Ny.N dengan hipertensi di Rt 01 Rw 06 Kelurahan Jatikarya, Kecamatan Jatisampurna, Kota Bekasi.
A.    Kesimpulan
Asuhan keperawatan pada keluarga Tn.N dilaksanakan pada tanggal 30 Mei 2016, dan tidak mengalami hambatan yang berarti. Bedasarkan Bab IV yaitu pembahasan, penulis dapat menyimpulkan dalam beberapa hal sebagai berikut;
Dari hasil pengkajian Ny.N, didapatkan etiologi hipertensi karena faktor usia dan keturunan. Hipertensi yang terjadi pada Ny.N termasuk dalam klasifikasi tingkat satu. Pada pengkajian ditemukan masalah yang terjadi pada Ny.N yaitu dengan dua masalah yang didasarkan pada pemeiksaan fisik, wawancara, dan observasi langsung. Keluarga sangat koperatif dalam hal ini, sehingga penulis tidak mendapatkan hambatan dalam pengumpulan data.
Setelah data terkumpul, ditemukan dua diagnosa keperawatan resiko yaitu;  Resiko terhadap penurunan curah jantung pada keluarga Tn.N khususnya Ny.N berhubungan dengan ketidakmampuan kelurga merawat anggota keluarga dengan hipertensi, dan Nyeri pada keluarga Tn.N khususnya Ny.N berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga mengenal masalah kesehatan asam urat.
Untuk perencanaan keperawatan keluarga, disusun bersama keluarga dengan memperhatikan sumber daya keluarga dan perencanaan yang dibuat bedasarkan prioritas masalah yang dihadapi keluarga. Pada perencanaan, penulis tidak mengalami hambatan karena keluarga sangat kooperatif.
Pada pelaksanaan keperawatan keluarga, penulis bekerjasama dengan keluarga dalam mencapai tujuan yang diharapkan bersama. Untuk mencapai itu semua, penulis memberikan informasi tentang kesehatan dan memberikan penyuluhan serta demontrasi yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi keluarga. Pada tahap ini, penulis mengalami hambatan yaitu pelaksanaan diagnosa kedua, tidak dapat melakukan implementasi karena keterbatasan waktu.
Evaluasi pada masalah Resiko terhadap penurunan curah jantung pada keluarga Tn.N khususnya Ny.N berhubungan dengan ketidakmampuan kelurga merawat anggota keluarga dengan hipertensi, dan Nyeri pada keluarga Tn.N khususnya Ny.N berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga mengenal masalah kesehatan asam urat, tercapai sebagian, karena tidak mungkin tercapai dalam waktu yang singkat berhubungan dengan perilaku keluarga. Untuk itu diperlukan kerjasama dengan pihak Puskesmas.
B.     Saran
Untuk dapat meningkatkan asuhan keperawatan keluarga Tn.N dengan anggota keluarga Ny.N yang mengalami hipertensi, maka pada kesempatan ini penulis merencanakan beberapa saran.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, setiap perawat keluarga diharapkan terus menggali ilmu pengetahuan guna memodifikasi tindakan yang diperlukan, didasarkan dan disesuaikan pada sumber daya keluarga dengan multi kondisi, mengembangkan komunikasi tarapeutik, dimana dominasi implementasi keperawatan keluarga itu sendiri terletak pada teknik komunikasi, tetap memperhatikan respon dari keluarga dan memberikan upaya balik yang positif dengan memberikan pujian supaya apa yang disampaikan dapat dipahami dan diterima oleh keluarga. Dan yang terpenting, lakukan pendekatan dengan keluarga secara berkala untuk menimbulkan rasa “trust” demi kelancaran asuhan keperawatan keluarga. Untuk keluarga Tn.N diharapkan dapat melakukan perawatan dan tetap memantau anggota keluarga yang sakit setelah mendapatkan penyuluhan.
Diharapkan petugas Puskesmas, supaya menindaklanjuti perencanaan yang telah penulis buat dengan melakukan kunjungan rumah guna melanjutkan implementasi dan mengevaluasi asuhan keperawatan sesuai diagnosa kedua yang belum tercapai. Pemberian penyuluhan secara berkala diharapkan dapat dilakukan mengingat kemampuan kongnitif masyarakat yang berbeda-beda.
DAFTAR PUSTAKA


Sharif La Ode.(2012). Asuhan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta:Nuha     Medika.
Mary, Digilio,& Dkk.(2014). Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Rapha Publishing.
Ardiansyah, Muhamad.(2012). Medikal Bedah. Jogjakarta:DIVA Perss.
Mansjoer, Arif, & Dkk(2009). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta:Media Aesculaplus.
Elizabeth Tara, MD. & Eddy, Soetrisno.(2012) Buku Pintar Terapi Hipertensi. Jakarta:RESTU AGUNG & TARAMEDIA.
dr.H.Tubagus Erwin Kusuma,Sp.KJ (K). Bebas Hipertensi dengan Self-Hynosis. Jakarta:NOURA BOOKS.
Dr. Sandra Cabot.(2005) Buku Pintar Terapi Jus. Jakarta:DELAPRASTA Publishing.
Triwinarsih, Indah.(2012). Asuhan Keperawatan Keluarga Ny.N khususnya Ny.A Dengan Hipertensi Di Rt 05 Rw 09 Kelurahan Jatiwarna Kecamatan Pondok Melati Kota Bekasi. Program D III Akademi Keperawatan Antariksa Jakarta.

 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar